Jenna baru saja selesai bertemu dengan Profesor Gil, dosen yang membimbingnya mengerjakan projek akhir semester. Setelah projek itu selesai, maka Jenna bisa fokus belajar untuk ujian akhir yang menentukan kelulusannya.
Keluar dari gedung fakultasnya, Jenna hampir saja terhuyung ke belakang begitu melihat Kane berdiri di ujung anak tangga.
"Astaga apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jenna masih mencoba mengatur napasnya.
"Mengajakmu makan siang," jawab Kane santai.
Jenna semakin heran. Apa yang membuat pria itu susah payah datang ke kampus hanya untuk mengajakanya makan siang? Kane bisa dengan mudah mengirim Jenna pesan dan gadis itu akan datang ke kantor meski dengan kaki terikat.
Meski ada 'hubungan' di antara keduanya, Jenna masih menganggap Kane bosnya. Itu artinya ia masih menuruti apa yang Kane perintahkan—meski kadang Jenna ingin menghajar mulut kotornya.
"Kau sudah selesai dengan urusanmu?" tanya Kane menunggu Jenna menuruni tangga.
Jenna mengangguk. Ia berjalan di samping Kane. "Kenapa kau tidak telepon saja aku?"
Kane mengangkat bahunya. Satu tangannya berada di saku celana, sementara tangannya yang lain merangkul Jenna.
"Kane, tidak di sini." Jenna menjauh dari Kane. "Bagaimana kalau temanku melihat?"
"So?"
Aku belum memberitahu mereka, bodoh!
Membayangkan reaksi teman-temannya saat Jenna menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Kane membuat Jenna panik.
"Unlike you, I still care about my reputation. And my peace," sahut Jenna.
Kane menatap gadis di hadapannya dengan alis terangkat. "Really?"
"Aku tidak mau berakhir menjadi tajuk berita 'CEO Kane Hayes cute PDA with random girl, oh that's his assistant' di tabloid murahan," gerutu Jenna.
Mendengar celoteh Jenna, Kane terkekeh. "Bukankah itu sebuah keuntungan untukmu?"
Jenna merasa tersinggung. Bibirnya cemberut. Ia memukul bahu Kane. "Fuck you Mr.Oh-I'm-the-CEO-all-girls-should-be-thankful-to-be-fucked-by-me," ejeknya sambil mengibaskan rambut dengan tangannya.
"Hei, guys!" Jenna sontak berbalik begitu sebuah suara menyapa keduanya. "Apa yang kalian lakukan berdua di sini? Hayes Corp bekerja sama dengan NYU?" Olivia melirik Jenna dengan seringai kecil.
"Olivia!" seru Jenna menyembunyikan gugupnya. Ia memperkenalkan Olivia pada Kane dan sebaliknya.
"Your back picture don't do justice, Sir," ujar Olivia sambil menjabat tangan Kane. Pria itu melihat ke arah Jenna dengan tatapan bertanya-tanya.
"Olivia hanya bercanda," ujar Jenna salah tingkah sambil melotot ke arah Olivia. "Kita kembali ke kantor? Sebaiknya kita harus cepat berangkat sebelum jam makan siang berakhir."
Olivia mengeluh. "Kukira kita bisa mengobrol," gerutunya. Ia melihat ke arah Kane dengan tatapan membunuh. "Especially with you and your intention with my Jen-Jen. I'm watching you, you Goddamn hot fucking CEO."
"Olivia!" omel Jenna. "Kita mengobrol di rumah, oke? Aku masih harus bekerja."
"Sure." Ekspresi Olivia berubah riang. "Sampai bertemu di rumah," lanjutnya memeluk Jenna singkat.
Sebelum berjalan pergi, Olivia masih menggoda Kane. "See you Mr. CEO. Can't wait to see your front part."
Jenna hampir saja mengejar Olivia dan memukul sahabatnya itu jika ia tidak ingat kalau Kane ada di sampingnya. Terkadang Jenna ingin menyumpal mulut Olivia. Tapi meski dengan celotehan dan sifat blak-blakannya, Jenna tahu Olivia hanya ingin melindungi teman-temannya dari pria-pria brengsek yang banyak ditemui di New York.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loathe You | BOOK 1 | TERBIT ✔️
Romance[LIMA CHAPTER TERAKHIR DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN] Hampir lulus kuliah, Jenna Lim hanya ingin segera punya pekerjaan agar tetap bisa menetap di New York. Dia kemudian mendapat pekerjaan sebagai anak magang di kantor milik Kane Hayes atas rekome...