00

56 10 8
                                    



Ia memang sekelumit cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia memang sekelumit cerita. Tentang sosoknya yang katanya telah pulih dari luka yang membawanya pada titik terendah.

Tentang masalalu, yang pernah membawanya pada rasa paling bahagia, yang telah hancur.
Kini, sosoknya menjadi yang paling terlupakan.

Ia di tinggal, dengan luka yang sialnya hanya ia yang merasakan.

Ia adalah Aksara Sabiru, sosoknya masih sangat kecil untuk merasakan luka.

Tapi katanya tak apa, ia sudah terbiasa menerima keadaan yang tak lagi sama.
Ia menghargai keputusan orang dewasa yang sering dia sebut orang tua, yang memilih berpisah.
Ia menghargai keputusan kakaknya yang memilih tinggal sendiri karena sudah tidak membutuhkan wali.

Ia juga menghargai ayah ibu yang tidak ingin membawanya tinggal.

Kejadiannya sudah lima bulan lalu, tapi setiap lontaran kata yang di ucapkan ibu masih membuatnya sakit.

Kata ibu, dirinya hanya sumber masalah. Aksara tidak mengerti, kenapa ia di sebut sebagai sumber masalah. Dirinya tidak nakal, ia tidak pernah membuat masalah di sekolah.
Lantas, bagian mana yang membuatnya menjadi sumber masalah?

Usianya masih sangat belia untuk tinggal sendiri di sebuah kos kecil dekat tempatnya bersekolah.
Lima bulan lalu, ibu mengantarkannya untuk tinggal di kos kecil yang kini menjadi tempatnya berpulang.
Tidak ada bising, yang biasanya ia dengar kala ibu dan ayah sedang beradu argumen.
Kos kecil itu tampak tenang dan damai. Meskipun begitu, ia masih merindukan kebersamaan bersama keluarganya.

Ayah kembali ke kota asalnya di Surabaya.
Kakak yang usianya terpaut tujuh tahun darinya itu tinggal di sebuah apartemen yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal,
Sedangkan ibu, kini, tengah di sibukkan dengan persiapan pernikahan keduanya dengan pria baru yang mungkin, bisa membahagiakan ibu.

Malam itu, Aksara tengah menikmati malam dengan di temani secangkir kopi instan yang di buatnya.
Ia duduk di balkon bersama dengan kak Mahen, tetangga kamarnya yang kini tengah menempuh pendidikan kuliah.

Dering ponsel membuatnya kembali meletakkan secangkir kopi pada meja.
Ia memekik senang kala membaca pesan dari kakaknya yang ingin bertemu dengannya besok.

"Ada apa, Aksa?" Tanya Mahen yang telah berhenti memetik senar gitar.

"Kak Juna ngajak makan siang bareng besok," jawabnya dengan riang.

"Pasti mau bagi uang bulanan dari ayah lo kan? Mau di antar besok?"

Aksara menggeleng sembari tersenyum manis.
"Besok kak Juna mau jemput ke sekolah. Terimakasih tawarannya kak, gue ke kamar dulu."

Mahen mengangguk sebagai jawaban.

Bahagianya Aksara Sabiru itu sederhana. Buktinya, hanya mendapatkan pesan singkat dari kakak satu-satunya itu sudah membuat hatinya di penuhi rasa bahagia.

Pulih adalah pilihan terbaik bagi Aksara yang telah di tinggal.
Belum sepenuhnya memang,
Masih ada ruang kecewa di dalam hati kecilnya, yang sewaktu-waktu akan meluap dan sulit untuk di kendalikan.
Akan tetapi, Aksara akan berubah dan berteman dengan pulih.

Akan tetapi, Aksara akan berubah dan berteman dengan pulih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



SELAMAT MEMBACA 🫶🫶

100824
21:33

Teman pulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang