6. Kencan (part 2)

9 2 3
                                    

Laufey dan Mimi duduk bersebelahan. Situasi yang akan mereka hadapi cukup menegangkan yang membuat mereka berdua saling memegang tangan.

Genggaman tangan Mimi terasa semakin kuat meskipun tidak sampai membuat sakit. Laufey menoleh ke arah Mimi. Sebutir peluh meluncur di pelipis gadis itu. "Takut?"

Mimi tidak merespons. Kepalanya menunduk mengikuti arah pandangnya yang turun.

Beberapa saat lalu, gadis itu bicara panjang lebar mengenai sakit hati yang dia rasakan. "Padahal kami sudah lama kenal. Orang tuaku juga setuju jika aku hidup bersama dengannya. Tapi, dia …. Dia dengan mudahnya berselingkuh ketika sudah mendapat posisi cukup tinggi dalam tentara kerajaan," curhatnya.

"Aku paham perasaanmu. Aku juga sering merasakan pengkhianatan. Di saat aku sedang tenggelam dalam arus romansa, entah sebab apa, gadis yang kucintai menjadi pencetus perpisahan kami," sahut Laufey, "yang penting sekarang, kita harus maju dan memulai ulang kisah asmara dengan orang di depan mata kita. Meski butuh waktu, kita pasti bisa."

Setelah Laufey mengutarakan kekecewaan versi miliknya, Mimi terdiam. Dan situasi itu berlanjut hingga kini.

"Kamu tenang saja. Akulah yang saat ini di sampingmu. Apa pun yang akan terjadi, aku akan menjagamu segenap jiwa-raga. Entah monster, penjahat, atau mantan pacar picikmu itu, aku tidak akan membiarkanmu terluka atau kehilangan sehelai rambut pun. Aku janji," ucap Laufey, berusaha menenangkan kekasihnya.

Gadis itu tetap tidak merespons. Ekspresinya juga tidak berubah.

Laufey memutar otak mencari kemungkinan lain yang membuat kekasihnya terus murung. Jika bukan Devon penyebabnya …. Sebuah dugaan tiba-tiba tebersit dalam benaknya. "Ah, mungkinkah kamu mengkhawatirkanku setelah perseteruan dengan mantanmu? Kamu tenang saja. Kalau Devon berani melapor yang nggak-nggak tentangku ke serikat, aku berani bertaruh serikat akan melindungiku."

"Hon!" panggil Mimi. Suaranya lemah seperti berbisik.

"Ya?" Laufey mendekatkan kepalanya ke Mimi. Rasa was-was memenuhi dadanya saat mendengar suara Mimi yang melemah. "Kamu butuh sesuatu? Atau ada yang sakit?"

"Aku .... Aku menyesal naik rollercoaster ini," aku Mimi, tepat ketika kereta berhenti di titik tertinggi.

Bibir Laufey membungkam erat. Lidahnya getir mengingat permintaan Mimi beberapa waktu lalu. Tepatnya, setelah mereka keluar dari pos keamanan alun-alun Kerajaan Elpana, satu jam lalu.

Laufey, Mimi, dan Devon hanya dimintai keterangan sesampai mereka di pos keamanan. Devon yang tidak ingin disalahkan, berusaha keras mengelak perbuatannya dalam mencela Mimi, dengan menyalahkan Laufey.

Latar belakang Devon yang seorang keturunan bangsawan serta Laufey yang seorang penjelajah membuat para petugas keamanan hanya bisa memberi peringatan ringan. Tentara yang menjaga keamanan negara dari negara lainnya dan penjelajah yang sering bergelut dengan monster-monster di luar sana, sama sekali bukan tandingan petugas keamanan biasa seperti mereka.

Pada akhirnya, Devon pergi dengan menahan sakit dan malu, sementara Laufey mengajak Mimi untuk meneruskan kencan. Seperti rencana awal, setelah ketemuan di Kedai Kofi, mereka pergi ke Kavinar, tempat bermain terbesar di Kerajaan Elpana.

"Aku ingin naik itu!" Mimi menunjuk rel tertinggi rollercoaster usai membeli tiket. Dua pipinya yang membesar membuat bibirnya terlihat tipis dan kecil. Dia masih kesal atas perlakuan Devon terhadapnya.

"Kamu yakin? Sudah pernah naik itu sebelumnya?"

"Belum. Tapi, aku ingin naik itu untuk melepas stres."

"Es krim dari Kedai Kofi tadi nggak bisa nurunin stresmu?"

Usai keluar dari pos keamanan, mereka harus kembali melewati Kedai Kofi untuk pergi ke stasiun. Perjalanan menuju Kavinar memerlukan waktu setengah jam naik kereta api. Tepat di depan kedai, mereka dicegat seorang pramusaji yang memberikan pesanan mereka. Mimi menghabiskan es krimnya dan donat-donat itu dalam kereta.

Spear Wielder: Pengguna TombakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang