"Ayah?"
"Ada apa Pangeran keenam?"
"Apa Ayah melihat Kakak pertama?" Tanya Thorn penasaran.
Raja Riko mengangguk kecil lalu berkata, "Halilintar tadi meminta izin ke Ayah katanya dia ingin pergi kesuatu tempat, tapi Ayah tidak tau dia mau pergi kemana. Yang jelas sampai saat ini Kakak mu itu belum pulang dari perginya." Ujar Riko membuat Thorn mengangguk.
"Hm..... Kira–kira Kakak kemana ya? Kok lama banget sih perginya, gak mungkin kan kaloh Kakak bersenang–senang tanpa Thorn?" Ujar Thorn cemberut.
"Atau jangan–jangan Kak Hali pergi sama para Pangeran yang lain lagi, tanpa mengajak Thorn? Huaaaaa Thorn gak mau!" Katanya sebal.
Riko tersenyum menatap Thorn yang mudah sekali cemburu jika sudah menyangkut masalah Kakak pertamanya itu.
"Thorn, kamu ini bicara apa sih? Para Pangeran yang lain sedang berada di istana mereka masing–masing sekarang, mana mungkin mereka ikut pergi bersama Halilintar. Lagi pula Ayah heran dengan kalian, kenapa sih kalian selalu saja memperebutkan Halilintar? Padahal menurut Ayah dia itu Kakak yang adil, lho." Kata Riko setelah mengingat–ingat beberapa kejadian yang pernah terjadi.
"Hum, Ayah diem deh Ayah tuh gak tau urusan anak muda! Kaloh Thorn jelasin pun Ayah tetap gak bakalan paham!" Kata Thorn lalu berlalu pergi meninggalkan Riko yang kebingungan.
"Astaga, anak–anak itu jika sudah masalah Halilintar aja gak ada yang mau mengalah, lagi pula memangnya kamu pikir Ayah mu ini tidak pernah mudah hah?"
"Jika saja Halilintar itu bukan Kakak kalian apalagi jika dia adalah seorang perempuan Ayah yakin kalian pasti akan memperebutkan dirinya, haduh pusing sendiri deh," Celetuk Riko.
°°°°°°
"Lantas siapa kau?"
"Aku....." Halilintar menggantung kata–katanya. Laki–laki berusia 16 tahun itu menarik nafas nya dalam lalu menghembuskan nya.
"Saya adalah Halilintar Arendra Zeosu, Pangeran pertama sekaligus calon Putra Mahkota selanjutnya dari kerajaan Zeosu. Kedatangan saya kesini karna.... Saya beberapa hari ini, sering mendapatkan mimpi dari seorang Nenek Tua yang selalu saja menyuruh saya pergi ke Goa Yeurces ini." Jelas Halilintar, sedangkan sang arwah Mafsiko pun terdiam.
Nenek tua ya? Apa yang dimaksud oleh Halilintar itu adalah Peri Spirit yang mampu melihat masa depan?
"Apa yang dia katakan didalam mimpi mu?" Sebuah suara terdengar setelah lamanya terdiam. Kali ini, suara nya berbeda dari yang sebelumnya.
Jika boleh jujur Halilintar sedikit merinding, mungkin memang benar tidak hanya ada satu dua disana, tapi mungkin ribuan, bahkan ratusan yang melihat dirinya. Dia saja yang tidak dapat melihat mereka.
"Dia mengatakan bahwa aku harus pergi ke Goa Yeurces setiap harinya. Terkadang dia juga mengatakan bahwa aku lah yang terpilih itu. kekuatan itu akan bangkit sebentar lagi." Jelas Halilintar. Lagi dan lagi arwah–arwah disana terdiam.
"Ga--gawat...! Ini benar–benar gawat!" Arwah lain berseru, membuat Halilintar menautkan satu alisnya bingung, gawat? Memangnya ada apa?
"Apa maksud mu?" Tanya Halilintar bingung.
"Pangeran Aren..... Sebentar lagi peperangan darah yang akan memakan banyak korban akan segera dimulai,"
"..... Pe--peperangan da--darah? Bukan kah, peperangan itu telah usai jutaan tahun yang lalu?"
"Memang, tapi para kubu magiceses tidak akan pernah berhenti untuk menghabisi para penerus Mafsiko selanjutnya, mereka sengaja menumbalkan generasi Mafsiko selanjutnya kepada Dewa Iblis agar kekuatan mereka makin kuat. Dan salah satu syarat agar ritual itu berhasil harus ada ribuan, atau bahkan jutaan nyawa yang melayang! Dan satu lagi, ku rasa Nenek Tua yang selalu muncul dalam mimpi mu itu adalah Peri Spirit masa depan yang menyamar menjadi wanita tua,"
"Memang benar, setiap generasi Mafsiko selanjutnya pasti akan mendapatkan mimpi seperti itu semua, hanya saja mungkin yang menyampaikan mimpi itu berbeda. Jika benar, kekuatan kau akan aktif sebentar lagi Halilintar, disaat umur mu 17 tahun kekuatan itu akan aktif, jangan sampai para magiceses itu tau, jika tidak kau akan tau sendiri resikonya."
"Membunuh atau dibunuh. Mati atau hidup ada ditangan mu. Kau yang mampu melawan mereka. Jika kau berhasil mengalahkan mereka, maka peperangan ini tidak akan pernah terjadi lagi di generasi selanjutnya,"
"Jadi.... Aku? Sang penerus yang dimaksud itu?"
"Iya, kau yang dimaksud itu Halilintar."
"Bagaimana caranya untuk menghentikan peperangan darah ini? Atau bahkan menghentikan agar generasi terakhir Mafsiko ini hanya aku saja?" Tanya Halilintar, membuat para arwah itu terdiam.
"...."
"Ada, ada satu cara agar kau bisa menghentikan generasi Mafsiko ini, tapi....."
"Tapi apa?"
"Kau.... Kau harus berkorban demi semuanya. Kau harus mengorbankan nyawa mu demi mengakhiri generasi Mafsiko. Disaat itu, kau bersumpah pada Dewa Kehidupan bahwa hanya kau lah generasi terakhir Mafsiko, kau bersumpah bahwa tidak akan ada lagi peperangan darah yang akan terjadi, kau harus melakukan itu tepat setelah kau berhasil membunuh pemimpi magiceses Mafia dan Pyscopat."
M a F s I k O (3)
"Ayah,"
"Apa Ayah sudah menemukan generasi Mafsiko selanjutnya itu?" Tanya sang anak–Petai.
Sang Ayah–Ejojo pun tersenyum smrik didepan anaknya. "Kau tenang saja Putra ku, Ayah mu ini sudah menemukan generasi selanjutnya Mafsiko itu."
"Benar kah, Ayah? Lantas siapa yang penerus itu?"
"Penerus itu kali ini adalah lawan yang tidak bisa kita kalah kan dengan mudah,"
"Maksud Ayah?"
"Generasi Mafsiko kali ini jatuh kepada.... Halilintar Arendra Zeosu, Pangeran pertama sekaligus calon Putra mahkota kerajaan Zeosu. Laki–laki sempurna yang di karuniai tuhan semua spirit elemen bahkan spirit terlarang,"
"Ap---apa? Jadi dia generasi selanjutnya itu? Jika begitu tidak akan mudah mengalahkan nya!"
"Jelas, dia memang tidak pernah kalah dalam setiap pertarungan apapun, Pangeran yang tidak pernah mengenal ampun jika sudah berada di medan perang."
"Lalu bagaimana caranya kita bisa mengalahkan dia Ayah?"
"Tenang saja, Dewa Iblis telah memberikan kita satu rencana," Seringai tipis terukir diwajah Ejojo sang pemimpin magiceses Pyscopat.
–TBC–
KAMU SEDANG MEMBACA
Elemental House
De Todo"Kak, jangan nekat buat ngelakuin itu semua sendiri, kakak masih punya kita disini." "Lah anjir sempak lo bolong gitu malah bangga sih kudanil." "Tugas tim itu untuk dilakukan bersama-sama kan? bukannya buat berjuang sendirian." "Buah rambutan buah...