Prolog

46 10 4
                                    

Napasku tersengal, seolah-olah paru-paruku tercekik. Jantungku berdegup begitu kencang, seakan-akan akan meledak dari dadaku. Aku memacu kakiku untuk berlari lebih cepat tetapi tidak bisa.

Aku menyesal.

Aku begitu menyesal karena tak pernah olahraga.

Dengan panik aku mencoba membuka pintu gedung yang paling besar di area ini, tetapi nihil, pintunya tidak bisa terbuka. Luka di telapak tanganku mengucurkan darah, membuatku meringis kesakitan. Namun, ketakutan dan kepanikan lebih kuat daripada rasa sakit yang kurasakan.

Aku menoleh ke belakang. Sosok misterius itu masih mengejarku. Aku segera berlari ke tempat lain, ke tempat yang biasanya ramai oleh orang-orang.

Nihil. Tempat itu kosong, sunyi.

Dadaku terasa sakit karena jantung dan paru-paruku bekerja keras. Kepalaku berdenyut, rasa pusing membuat dunia berputar. Aku harus mempertahankan kesadaranku atau sosok itu akan menangkapku. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari tempat sembunyi. Namun saat menoleh ke belakang, aku tidak lagi melihat sosok yang mengejarku.

Ke mana dia? Apa dia menyerah menangkapku?

Tiba-tiba, aku disergap dari belakang. Tangan kuat menutup hidung dan mulutku, memutus aliran napas dan mengunci jeritanku. Aku mendongak dan mendapati sosok itu sudah berhasil menangkapku.

Matanya yang sayu menatapku, membuatku semakin ketakutan.

Aku berusaha berontak dan melepaskan diri, tetapi dia menahanku dengan kuat. Tubuhku sudah terlalu lemah untuk melawan.

Sosok itu lalu menempelkan dahinya ke dahiku. Sesaat kemudian, kepalaku sangat sakit dan terasa ingin pecah. Aku tidak bisa berteriak karena mulutku masih tertutup. Seolah menggantikanku berteriak, sosok itu berteriak sangat keras hingga suara jeritannya menggema di dalam kepalaku, membuat telingaku berdengung.

Air mataku keluar, menahan rasa sakit yang luar biasa di kepalaku. Cairan hangat dengan bau zat besi mengalir dari hidung dan mulutku—darah.

Apa aku akan mati di sini?

Pandanganku mengabur. Kesadaranku akan segera menghilang. Mati-matian aku berusaha mempertahankan kesadaran, tetapi aku tidak bisa bernapas dan kepalaku semakin sakit. Samar-samar di ujung mataku, aku melihat dua orang dengan jas hitam dan kacamata hitam berlari menghampiri.

Dalam sisa kesadaranku, sosok itu berbisik di telingaku.

*

*

*

"Hari ini 1 Januari 2025! Tepat tanggal 1! Populasi dunia sudah berkurang sebanyak 80%!"

*

"Sebanyak 182 dari 195 negara telah hancur!"

*

"Hari ini hari bersejarah! Entah apa yang ada di pikiran PBB!"

*

"Kita menjadi saksi mata dari sejarah besar!"

*

*

"Ada bintang jatuh! Ayo buat permohonan!"

***

~ECHOES~

*

Akhirnya, hari ini ECHOES dirilis!

Bagi teman-teman pembaca yang menemukan cerita ini, jika belum membaca ISOLATED, sangat disarankan untuk membaca ISOLATED terlebih dahulu.

Tapi, ECHOES bukan sekuel dari ISOLATED, ya! Meski begitu, dua cerita ini punya hubungan yang kuat.

Silakan dibaca sampai habis walaupun hari ini baru prolog~

Chapter baru dari ECHOES akan dipublikasikan setiap dua minggu sekali. Rencananya pada malam Minggu, tetapi juga bisa jadi di malam hari lain sesuai mood author.

Siapkan cemilan dan minuman, siapa tahu butuh teman buat nemenin baca. Have fun

31 Juli 2024
Izask & Brina

EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang