21 Maret 0024
Hari keduaku di Adels. Aku tidak melakukan aktivitas apapun hari ini selain datang ke klinik untuk menjalani proses pemeriksaan kesehatan dan pengukuran tubuh. Prosesnya tidak terlalu lama karena aku sudah melewati beberapa tahap pemeriksaan kemarin.
Selesai menjalani pemeriksaan kesehatan aku segera pulang ke asrama. Yang kulakukan hanyalah rebahan di kamar dan keluar kamar ketika jam makan siang. Selebihnya, aku terus di kamar hingga sore hari. Alissa juga melakukan hal yang sama, tetapi ketika sore dia keluar kamar, katanya ingin jogging sore.
Sore hari, sebuah notifikasi masuk ke ponselku. Itu merupakan pesan dari pihak sekolah untuk memberitahukan tentang pembagian kelas. Ada empat kelas yaitu kelas 1-1 hingga 1-4. Namaku sendiri ada di kelas 1-1. Setiap kelas terdiri dari 25 orang, jadi total murid baru Adels ada 100 orang, sesuai dengan yang diberitahukan oleh dr. Narethia.
Ekspresiku berubah menjadi kesal lantaran melihat nama Louis Magnius berada di kelas yang sama denganku. Kenapa aku jadi harus sekelas dengannya, sih? Bahkan namanya tepat berada di atas namaku
Aku lalu menelusuri lebih lanjut untuk mengingat nama-nama teman sekelasku. Perhatianku tertuju pada nama Aurora Amrond. Dia punya nama belakang yang sama dengan kepala sekolah Adels, Lucius Amrond. Sepertinya Aurora adalah putri dari Mr. Amrond, atau paling tidak mereka berkerabat dekat.
Kemudian, ada satu nama lagi yang menarik perhatianku, yaitu Alissa Fennan, teman sekamarku. Ternyata aku sekelas dengannya. Ngomong-ngomong tentang Alissa, saat aku masih kelas 4 SD aku pernah melihat nama dan wajahnya beberapa kali di berita TV. Oleh karena itulah aku mengenali wajahnya saat kami pertama kali bertemu, walaupun wajahnya berubah cukup banyak dari wajah kecilnya.
Alissa merupakan anak yang berbakat di bidang atletik, terutama lari jarak pendek. Dia pernah memenangkan medali emas lomba lari di kancah nasional dengan kecepatan yang fantastis, yang mana itu hampir tidak mungkin untuk ditempuh oleh anak berusia 10 tahun. Meski begitu, Alissa tidak diikutkan ke kancah internasional karena dicurigai dia curang sehingga perolehan medali emasnya pun dibatalkan.
Aku tidak bisa membayangkan seperti apa perasaan Alissa saat itu. Saat itu dia terlalu kecil untuk menerima kenyataan bahwa dia didiskriminasi hanya karena dugaan curang yang tidak berdasar dan tanpa bukti. Setelah berita bahwa dia tidak jadi diikutkan ke lomba lari di kancah internasional, namanya tidak pernah lagi muncul di TV maupun di media sosial. Klarifikasi pun tidak pernah, atau aku melewatkan informasinya. Tidak kusangka aku bertemu dengannya di sekolah ini.
Kelasku unik juga. Aku langsung tertarik pada tiga nama sekaligus. Aku penasaran akan bagaimana kehidupan sekolahku selama tiga tahun ke depan. Semoga aku tidak dirundung.
***
Malam kedua di Adels. Laki-laki berambut perak itu kembali melihat ke arah jendela kamarku. Masih dengan tatapan dan ekspresi kosong yang sama. Sebenarnya aku tidak yakin apakah dia memang melihat ke arah jendela kamarku karena jarak kami terpaut jauh. Aku di lantai 5 sedangkan dia di bawah. Namun, tetap saja dia menakutkan.
Hal ini terus berlanjut hingga malam keempat, malam sebelum hari pertama sekolah. Laki-laki itu selalu melihat ke arah jendela kamarku, entah apa yang ia inginkan. Yang jelas, setelah ini aku bertekad untuk tidak lagi melihat langit malam lewat jendela kamar asrama jika laki-laki itu ada di bawah. Lebih baik aku membaca jurnal ilmiah sampai pusing dan tertidur.
***
24 Maret 0024
Hari ini hari pertama dimulainya sekolah. Kupandangi diriku yang mengenakan seragam Adels di depan cermin yang ada di pintu lemari pakaian. Terdiri dari kemeja putih lengan panjang yang dilapisi blazer hitam dengan pinggiran berwarna emas, dasi kupu-kupu berwarna perak dengan motif kotak-kotak merah, serta rok selutut yang juga bermotif kotak-kotak berwarna hitam dan emas. Rambut pirangku yang panjang sebahu kukuncir ke belakang, karena aku tidak suka membiarkannya terurai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes
Misterio / Suspenso[SANGAT DISARANKAN UNTUK MEMBACA ISOLATED TERLEBIH DAHULU] "Kumohon ingatlah aku." Luna Emeryn, gadis yang berasal dari keluarga yang bukan orang kaya dan juga bukan orang miskin terpaksa masuk ke Accademia del Sole, sebuah sekolah asrama yang terke...