³⚠️

615 46 0
                                    


Tidak jahat apanya, Aslan sangatlah jahat. Contohnya sekarang ini, Dara sudah berkali-kali memukul pria itu tapi Aslan masih tidak mau melepaskan Dara dari pelukan nya.

"Aslan lepaskan aku!"

"Kau bau alkohol!"

"Diam!"

Dara mengatupkan mulutnya mendengar bentakan Aslan, tangannya berhenti memukuli pria itu. Dara rasanya ingin menangis, dalam hati ia merapalkan segala doa.

"Kau tahu Adara. Aku sungguh membenci mu!"

"Apa salah ku?! Kamu masih marah karena perjodohan ini, aku sudah bilang untuk batalkan saja tapi kamu tidak melakukannya!"

"Berani sekali meninggikan suara pada ku!"

"A-asla-n.."

Luruh sudah air mata Dara karena Aslan yang mencekik lehernya cukup kuat.

"Ingat Adara, kehidupan mu tidak akan pernah tenang mulai sekarang."

Setelah mengucapkan itu Aslan keluar dari kamar Dara. Meninggalkan Dara yang menangis sesenggukan sambil memegang lehernya yang sakit.

"Haslan j-jemput aku," lirih Dara.

Dara menangis sampai tertidur kalau bukan kepala pelayan yang membangunkan mungkin sampai pagi Dara tidak akan bangun.

"Di mana Adara?"

"Nona mengatakan kalau sedang tidak enak badan tuan, nona akan makan di kamar saja." Desi menjawab pertanyaan Aslan yang sedang menunggu Wily menyajikan makanan.

***

"Lama gak ketemu, kabar kamu gimana sayang?"

Dara menatap wajah mertua nya dengan ekspresi malu-malu. "Keadaan aku baik bun, Aslan terlalu memanjakan ku."

Wanita itu tertawa puas. "Anak itu ngaku nya enggak suka, tapi apa."

Dara tersenyum salah tingkah namun keadaan hatinya berbeda. Apa keputusan nya untuk tidak mundur kali ini adalah keputusan yang baik?

"Bunda hanya berkunjung sebentar, bunda titip Aslan ke kamu ya. Kalau dia nyakitin kamu adukan saja ke bunda, biar bunda jewer telinga nya."

Dara mengangguk cepat. "Baik bun pasti aku adukan," ujarnya sambil menggandeng tangan Anne yang berjalan keluar.

"Hati-hati bunda!"

Dara melambaikan tangannya saat mobil milik Anne meninggalkan rumah Aslan, sepeninggal Anne ekspresi Dara berubah menjadi sendu. Dia memegang lehernya yang masih terasa sakit. Cekikan Aslan pada lehernya tidak main-main.

***

Seminggu ini Aslan tidak pernah terlihat di kediaman, kepala pelayan mengatakan kalau Aslan ada perjalanan bisnis ke Tokyo. Cabang perusahaan miliknya bermasalah di sana, ada beberapa orang nakal yang menyelundupkan uang ke dalam kantong pribadi.

Dara sekarang ada di rumahnya sendiri. Menemui mami dan papi nya. Di mansion Aslan dia sangat kesepian, cuma bisa berkebun atau bercengkrama dengan beberapa pelayan dan Dara lama-lama kelamaan bosan juga. Jadi pikirnya tidak ada salahnya untuk datang ke rumah kedua orangtuanya.

"Adara ingat jangan menyusahkan suami mu, tidur juga jangan mengorok!"

Dara menatap papi nya tertawa diam-diam melihat nya yang di omeli oleh mami nya. Padahal mau Dara tidur mengorok atau bahkan kayang Aslan tidak akan merasa terganggu, mereka kan tidur secara terpisah.

"Papi jangan menertawai ku atau uang papi akan aku keruk habis dari ATM," ancam Dara main-main. "Keruk saja, satu ATM kosong 'gak akan bikin papi miskin." sahut Hadi dengan senyum sombong nya yang membuat Dara semakin kesal.

"Dasar orang kaya!" sungut Dara.

"Ternyata kamu di sini, aku panik nyariin kamu."

Dara menatap wajah Aslan yang tiba-tiba datang dengan ketakutan. Bayang-bayang pencekikan itu masih membekas di ingatan nya.

"A-aku lupa memberi tahu kamu kalau a-aku ke rumah mami, maaf."

"Loh nak Aslan ayo duduk dulu, sana bikinin suami mu kopi." Selyn mendorong tubuh putri nya menyuruh nya untuk ke dapur.

"Tidak perlu. Aku ke sini untuk menjemput Adara, aku memiliki kejutan untuknya."

"Tidak bisa di tunda dulu?" tanya Hadi. Aslan tersenyum dan menggeleng, "maaf pi aku sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari sebelum pulang dari Jepang."

"Rupanya nak Aslan ini sangat romantis ya, tidak menyesal mami menjodohkan Adara dengan kamu. Adara cepat bereskan barang-barang mu,"

Adara menggeleng. "Aku masih mau sama mami dan papi," ujarnya memohon. Selyn memukul pantat putri nya. "Tidak usah kekanakan seperti itu!"

"Maaf ya nak Aslan, Adara terlalu manja. Mami titip dia ya, kalau nakal jewer aja."

"Aku 'gak mungkin jewer Adara, dia terlalu manis."

Selyn tertawa pelan mendengar penuturan Aslan. Setelah berpamitan Aslan membantu Dara masuk ke dalam mobil. Kepergian mereka di tatap aneh oleh Hadi. Pria baruh baya itu meragukan sesuatu. Saat istrinya pergi ke dapur untuk membereskan cangkir dan piring bekas camilan tadi ia menghubungi seseorang.

"Fateh paman perlu bantuan kamu ... Ah begitu, baiklah tidak apa-apa."

"Ya, ya nanti telepon kembali setelah urusan kamu selesai ... Terimakasih, maaf menganggu pekerjaan mu."

Hadi berdecak tidak puas mendapatkan jawaban yang tidak sesuai. Sekali lagi Hadi menatap halaman yang sudah kosong itu, perasaannya mengatakan kalau putri nya berada di tangan orang yang salah. Tapi semoga saja firasat nya salah kali ini.

***

Bad Marriage | EXTRA PART ADNBL [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang