Hellooow cayank♡♡
Selamat membaca dan beri wai vote ++ komen yyeahh!
U ´ᴥ' U
Malam berganti menjadi pagi setelah matahari terbit kembali. Bunga-bunga di halaman rumahnya nampak kembali disinari matahari, terlihat segar dan cantik saat dipandang mata. Biasanya Liano melihat Bunda yang menyiram bunga di pagi-pagi seperti ini. Tapi hari ini anak itu hanya duduk di teras dengan selimut membalut, nampak lesu dan pucat.
"Masuk aja yuk? Om lap pakai air hangat, mau?" Om Mario mengelus rambut Liano yang duduk di pangkuannya, dia ikut memandangi bunga-bunga yang nampak segar.
Liano menggeleng, "Bunda nda puyang-puyang, Om. Jemput yuk?"
"Bunda kan lagi istirahat, dek," kata Om Mario.
"Di mana? Kan lumah Bunda di sini, halusna Bunda tilahat di lumah ja," suara Liano terdengar penuh kebingungan. Anak kecil itu menatapi pagar yang senantiasa terbuka, sengaja dia minta begitu supaya Bunda tahu kalau Liano menunggu.
"Di..." Mario tak tahu harus beri jawaban apa, kalimatnya menggantung di kata pertama.
"Mana, om?"
"Rumahnya yang baru."
Kepala Liank langaung menunduk, bocah itu memainkan jemarinya, "Bunda puna lumah balu? Nda ajak Nono?"
Mario diam, tak mau memberi sepatah pun jawaban sebab bagaimanapun dia masih sabgat ingin menyuarakan penolakan terhadap takdir yang terjadi.
"Lumah baluna Bunda badus, Om? Lumahnya nyaman nda ya?"
Mario berdeham, "Mungkin iya."
"Liano makan dulu," suara Om Rian membungkam bibir Liano yang baru saja ingin bersuara. Om Mario langsung membawa raganya dan si Kecil ke dalam rumah, langsung mendapati hidangan di meja makan dan teman-temannya yang sudah berkumpul. Liano menatapi mereka satu per satu, baranhkali ada raga Bunda yang tak sempat dia lihat di mana-mana sejak tadi.
"Adek bayi masih sakit kepala?" Rakael mendekati Liano dengan sebuah termometer di tangannya, "Om cek ya? Nanti kita jajan permen kapas!"
"Nda mu pemen tapas," Liano menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Om Mario.
Om Mario akhirnya mendudukkan diri di sofa ruang keluarga, di hadapan meja yang kini menyajikan banyak makanan. Dia mengelus punggungnya Liano, "Adek maunya apa?"
"Tue ijo," jawabnya.
"Nanti kita cari kue ijo ya, sekarang kita makan dulu," Om Rakael masih mendekati Liano, dia duduk do samping Mario dan mulai menyelipkan termometer itu ke ketiaknya Liano.
"Kalang ja," Liano tak menolak perbuatan Om Rakael, anak itu malah menyamankan diri di gendongan om Mario.
"Adek sarapan dulu, habis itu kita jalan-jalan," kata Mario sambil menerima semangkuk bubur hangat buatan Naufal.
"Om Nana udah masakin adek bubur nih, mhmmm~ enak lho~" Mario mulai meletakkan bubur itu di atas meja perlahan-lahan.
"Mu tue ijo!" Kaki-kakinya Liano digerakkan brutal, rengekannya juga terus terdengar.
"Sebentar, adekkk," Rakael lalu segera meraih termometer itu, tubuh Liano lagi-lagi digendong oleh Mario dan dibawa mundar-mandir sambil dielusi punggungnya.
"Oh shit," Rakael menatap ke arah Liano yang masih merengek.
"Your language!" Mario menegur langsung.
Rian melirik ke arah termometer yang ada di tangan Rakael, mata elangnya menatap Liano yang masih menangis. Tangan kekarnya segera melepaskan celemek yang menempel di badan, Rian lalu berjalan mendekati Liano dan menggendong bocah kecil itu. Dipukpuknya punggung yabg gemetar itu pelan-pelan, bibirnya juga bersenandung kecil di telinganya Liano.
"Adek mau kue ijo?"
Liano mengangguk.
"Om Acen beliin, ya. Adek nangisnya berhenti dulu tapi," Hansen yang sudah berpakaian rapi itu berdiri di depan Rian, tangannya menghapus air mata Liano.
Naufal juga datang menghampiri dan mulai memasang plester penurun demam di dahinya, "Udahan dulu ya nangisnya?"
Tangan kanan Liano tertunjuk ke atas, "Lima tue ijo," katanya.
Hansen dan Rian saling berpandangan, rasana Hansen ingin tergelak tapi dia memilih terkekeh kecil dan mengangguk, "Udahan dulu nangisnya. Kalo ngga nanti om kasih kue ijonya ke miyong."
"Nda leh!" Kaki Liano menendang kecil ke arah Hansen.
"Oke, oke, mana senyumnya?"
"HUWEEEE TUE IJOOO!"
"Iya, iya. Jangan nangis, om berangkat nih," Hansen berbalik badan sehabis mengelus kepalanya Liano. Barulah setelah itu Liano bisa tenang dan bersandar di dadanya om Rian.
U ´ᴥ' U
Tak lama sehabis itu, pesanan Liano tiba. Anaknya masih jadi kepompong selimut dan dipangku oleh Mario.
"Tue ijo!" Mata Liano berbinar mendapati kresek bening yang dibawa oleh Hansen.
"Nih tue ijonya," katanya meniru gaya bicara Liano.
"Hngg!" Alisnya tentu bertaut dan menatap Hansen garang, Liano langsung rebut plastik itu.
Si Gembul itu langsung memakan makanannya sambil fokus menonton televisi, si Garfield yang sedang dia senangi.
"Mana terima kasih untuk om Acen?" Tanya om Mario, tangan pria itu mengelus surai Liano.
"Lupa," Liano tertawa tanpa dosa, dia lalu menatap Hansen yang duduk di sofa saamling mereka, "timaaci om Acen!"
Bermain ponsel itu cuma gimmick, tentu, dia langsung menoleh dan tersenyum lebar, "Sama-sama, bayi."
Tangan Liano sibuk dengan kresek bening itu, dia lalu menyodorkannya pada Hansen, "Om mbil atu ja," katanya.
Hansen menggeleng, "Om ngga suka ijo."
Alis Liano ditekuk lagi, "Om halus cuka ijo!"
"KKP ya adek," kata Hansen sambil meraih satu kue ijo. Mario tertawa melihat keduanya, dia juga ikut meraih satu kue ijo sebab Liano yang lagi jadi pemaksa.
Sambil terus elus-elus kepalanya Liano dan nunggu bocah itu mau makan bubur, Mario berbicara pelan, "Adek bareng om aja, ya?"
"Mang Bunda temana?"
"Bunda ngga pulang..."
Senyumnya Liano merosot.
"Gak apa-apa, kan ada om Mario sama om-om lain di sini," kata Hansen.
"Eum, Nono bareng om-om."
Tidak ada yang aneh, tapi Mario dan Hansen kompak tertawa.
"Om-om katanya."
U ´ᴥ' U
Gimana?
Semoga suka. Next Liano bakal ngapain yeah?🤔🤔 ada request?
Btw, maaf yeah wai jarang up.. dari kemarin sakit, gara2 digempur ospek😿😿 tapi sekarang sudah agak okk!
Cayank-cayank di sini ada yang ambil/lagi kuliah sastra Inggris? Yang iya bole tolong dm wai di twitter yya🥺 @noyiacc (yang maw dm-an jg leh di sana yyaw)
Okke, kita ketemu di cerita wai yang lainnn~
C u mwaaaaaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Papa Bos (temp. paused)
RandomLiano punya om, namanya Om Mario--tapi Liano panggil dengan sebutan Om Mario Bos, yang tanpa disangka-sangka akhirnya dia panggil Papa. Selamat datang di kehidupan Liano, balita yang akhirnya punya Papa dan dikelilingi oleh empat teman Papanya yang...