Sudah tiga bulan berlalu sejak Yujin, Wonyoung, Gaeul, Jiwon, Rei, dan Hyunseo tiba di tempat perlindungan ini. Tempat yang dulunya terasa asing kini sudah menjadi bagian dari hidup mereka.
Para penghuni lama telah menerima kehadiran mereka dengan tangan terbuka dan keenam gadis itu kini berbaur dengan baik. Mereka membantu dengan berbagai pekerjaan sehari-hari; Yujin dan Wonyoung sering ikut dalam tim berburu, sementara Gaeul, Jiwon, Rei, dan Hyunseo membantu di dapur, memasak makanan hangat untuk semua orang.
Suasana tempat perlindungan itu sendiri penuh dengan hiruk-pikuk aktivitas. Di sudut-sudut, orang-orang memperbaiki peralatan. Ada yang sedang mengajarkan anak-anak kecil yang tak sempat bersekolah cara membaca, dan beberapa lainnya sedang membangun barikade tambahan untuk memperkuat pertahanan.
Di tempat perlindungan ini, kehidupan berjalan dengan keteraturan yang terjaga meskipun ancaman dari luar terus mengintai. Tenda-tenda dan bangunan sementara berdiri kokoh di tengah area yang dikelilingi oleh dinding-dinding tinggi yang dibangun dari puing-puing dan bahan yang ditemukan.
Tempat ini terasa seperti benteng terakhir umat manusia, penuh dengan aktivitas dari pagi hingga malam.
Di pusat tempat perlindungan, ada sebuah bangunan kecil yang berfungsi sebagai markas komando. Di dalamnya, Ketua Han, seorang pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih dan wajah penuh kerutan, duduk di meja kerjanya.
Dia adalah pemimpin yang bijaksana dengan pengalaman sebagai pensiunan tentara, seseorang yang dihormati oleh semua orang. Ketua Han memiliki pandangan yang tajam dan sikap yang tegas, selalu berusaha mempertimbangkan setiap keputusan dengan hati-hati demi keselamatan semua orang.
Bersama Ketua Han, ada beberapa pemimpin lainnya yang memegang tanggung jawab penting. Ibu Kim, seorang wanita kuat yang kebetulan juga punya latar belakang militer, bertanggung jawab atas logistik dan distribusi makanan.
Wajahnya yang tenang dan suaranya yang dingin sering menenangkan orang-orang yang cemas tentang persediaan yang semakin menipis. Ada juga Dokter Lee, seorang pria kurus dengan kacamata tebal, yang mengurus kesehatan dan medis di tempat perlindungan.
Meskipun penampilannya lemah, Dokter Lee selalu bekerja tanpa lelah untuk memastikan setiap orang mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.
Selain para pemimpin ini, tempat perlindungan juga dilindungi oleh kelompok penjaga yang sangat kuat, mereka adalah Ryujin, Yeji, Lia, Yuna, dan Chaeryoung. Mereka adalah garis pertahanan pertama dan terakhir melawan ancaman dari luar. Mereka jugalah yang membawa Yujin dan teman-temannya ke tempat ini.
Kehadiran mereka memberikan rasa aman bagi semua penghuni tempat perlindungan. Meskipun ancaman dari luar selalu ada, dinding si tempat ini berdiri melindungi mereka. Setidalnya itulah yang mereka pikirkan.
Di atas menara pengawas, suasana yang berbeda terasa. Yujin berdiri di atas sini, rambutnya tertiup angin yang sejuk namun hatinya penuh dengan perasaan tak menyenangkan.
Dia menatap ke cakrawala dengan wajah tegang. Dari ketinggian itu, Yujin bisa melihat hamparan tanah luas yang dipenuhi reruntuhan dan pepohonan yang nampak begitu lebat.
Matahari yang mulai terbenam menambahkan sentuhan yang nampak dramatis pada pemandangan tersebut, menciptakan bayangan panjang yang terlihat seperti tangan-tangan hitam yang siap merenggut harapan terakhir umat manusia.
Di dalam hatinya, Yujin merasakan ketidaknyamanan yang semakin membesar. Dia tahu, seakan ada suara lembut namun mengerikan yang berbisik di telinganya, memperingatkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Dia menggenggam erat senapan di tangannya seolah-olah itu bisa memberinya kekuatan untuk melawan apapun yang akan datang. Yujin menoleh sebentar ke bawah, melihat teman-temannya yang sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Senyum tipis muncul di wajahnya.
Mereka telah melalui banyak hal bersama, dan Yujin bertekad untuk melindungi mereka, apapun yang terjadi.
Namun, di balik senyum itu, kecemasan masih membayangi hati gadis itu. Waktu mereka semakin sedikit dan Yujin tahu bahwa persiapan harus segera dilakukan.
Selama tiga bulan terakhir, Wonyoung, Rei, Jiwon, Gaeul, dan Hyunseo telah menjalani latihan intensif dalam bela diri dan penggunaan senjata api di bawah bimbingannya.
Meski Hyunseo adalah yang termuda di antara mereka, semangat dan dedikasinya tak kalah dengan kakak-kakanya yang lebih tua. Bahkan, semangatnya seolah mengalahkan kegembiraan seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru.
Dia telah menjadi ahli dalam menggunakan senapan sniper, keterampilan yang meningkat pesat dengan setiap latihan.
Pagi hari biasanya dimulai dengan latihan fisik dan teknik bertarung. Wonyoung, dengan keanggunan serta kecepatan dan jangkauan tangan dan kakinya memperlihatkan kemajuan signifikan dalam pertarungan jarak dekat.
Rei menunjukkan keterampilan tempur yang luar biasa, dengan reaksi cepat dan gerakan yang terkoordinasi dengan baik. Jiwon dan Gaeul juga menunjukkan peningkatan yang drastis.
Jiwon sekarang sudah jadi seorang gadis yang tangkas dan berani, dia mampu menghadapi simulasi situasi berbahaya dengan tenang, sementara Gaeul, dengan kekuatan fisiknya, telah belajar memanfaatkan tenaga dengan lebih efisien dan efektif.
Hyunseo, dengan senapan sniper di tangannya, menghabiskan waktu berlatih di tempat yang aman di luar tempat perlindungan, mengasah kemampuannya menembak dari jarak jauh. Kegembiraan gadis muda itu, yang tampak seperti seorang anak kecil sangat menular, memotivasi teman-temannya yang lain untuk berlatih dengan lebih keras.
Setiap kali dia mengarahkan senapan, fokus dan ketepatan tembakannya menunjukkan betapa cepatnya dia menguasai keterampilan tersebut.
Angin yang berhembus lembut menerpa wajah Yujin lagi, menyibakkan rambutnya yang panjang. Dalam keheningan itu, pikirannya melayang kembali ke apa yang akan terjadi di masa depan.
Dia mengingat dengan jelas apa yang akan terjadi. Dia tahu bahwa waktu mereka di tempat perlindungan ini terbatas. Meskipun tempat ini tampak aman sekarang kenyataan yang dia bawa dari masa depan berkata lain. Dalam hitungan minggu, zombie-zombie yang mengintai di luar sana akan mulai berevolusi dengan cepat. Perubahan itu akan mengubah segalanya.
Zombie baru akan muncul—lebih cepat, lebih kuat, dan lebih cerdas dari sebelumnya. Mereka tidak lagi hanya berkeliaran tanpa tujuan, tetapi akan mulai berburu dengan strategi, menembus pertahanan yang selama ini mereka anggap tak tertembus. Tempat perlindungan ini, yang telah menjadi rumah bagi mereka semua, tidak akan seaman ini lagi.
Yujin merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Dia ingat saat-saat mengerikan ketika mereka diserang oleh gelombang zombie yang berevolusi. Teman-teman dan sekutu-sekutunya bertempur mati-matian, banyak yang gugur dalam pertempuran yang tak seimbang.
Kehancuran itu tidak bisa ia lupakan; pemandangan darah, jeritan kesakitan, dan rasa putus asa yang mencekam.
Dia kembali menguatkan dirinya. Yujin tahu bahwa dirinya telah diberikan kesempatan kedua. Kesempatan untuk memperingatkan dan mempersiapkan semua orang sebelum malapetaka itu terjadi. Dia tidak akan membiarkan sejarah terulang lagi.
Yujin turun dari menara pengawas setelah penjaga yang baru datang menggantikannya.
"Wonyoung, aku ingin bicara sebentar. Panggil yang lain," kata Yujin dengan senyuman.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
(IVE) Rebirth In Apocalypse Season 2
FanficSetelah berhasil menemukan tempat perlindungan yang aman, Yujin dan teman-temannya-Wonyoung, Rei, Jiwon, Gaeul, dan Hyunseo-menikmati kehidupan yang relatif tenang di tengah dunia yang dilanda wabah zombie. Namun, ketenangan ini segera terguncang k...