Bab 2

6 1 2
                                    

Diserang Monster

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diserang Monster

"Ugh" aku mengernyitkan kedua alisku. Merasakan sekujur tubuhku remuk. Kenapa aku selalu saja mengalami siksaan berat disekujur tubuh. Aku mengharapkan kematian agar segera bertemu dengan Bunda dan tak merasakan sakit lagi karena pukulan dari Ayah.

Sial, keluar dari kandang harimau masuk kandang singa. Sebenarnya ini zaman apa? Kenapa aku ada di sini? Dan kenapa jadi siluman rubah pula? Tubuh yang masih gontai memaksa tangan terjulur memegangi benda panjang yang menancap perut bagian kiri. Namun, kenapa?

"Loh, kok? Mana panahnya? Kenapa sudah terbalut begini? Apa orang yang memanah juga orang yang mengobati? Terus buat apa? bukannya dia memanah tujuannya untuk membunuh?" masih banyak pertanyaan yang ada dikepalaku. Namun aku tahu pasti tak aka nada jawaban. Karena aku sendiri di ruangan ini.

Aku menelisik seluruh bangunan yang kini kutempati. Ini bukan penjara atau tempat pengasingan. Karena struktur bangunan tepatnya ruangan ini meiliki ornament dan barang-barang apik serta berkilauan.

Aku tak asing, kamar ini seperti sangat familiar bagiku. Pintu yang tadinya tertutup rapat kini terbuka. Aku kedatangan dua orang. Satu wanita paruh baya dan satunya lagi masih muda, dia mengenakan pakaian lebih lusuh. Apa mungkin dia pelayan si wanita paruh baya itu?

"Anakku, kau sudah sadar?" tanya wanita paruh baya.

Anak? Siapa? Aku? Aku makin tak mengerti. Keningku menyatu.

"Oh, sayang. apa lukamu masih sakit? Hm?" tanya wanita itu dengan lemah lembut.

Mulutku mulai terbuka dengan sedikit gugup, karena aku tak tahu dia ini jahat atau baik padaku. Baru sadar saja aku sudah mendapat pukulan orang sekampung mana kena panah lagi. Kalau panah asmara enak, nah ini?

"An-anda siapa?" tanyaku.

Kini ganti wanita itu yang mengernyitkan dahinya. "Jasmine Nyx, apa maksudmu? Tentu saja aku Ibumu. Apa tak hanya kena busur panah? Kepalamu juga terbentur?" wanita itu memegang kepalaku dan memeriksa. Tapi dia seperti memegang bola. Kepalaku diputar-putar seenak jidatnya.

"STOP! Aduh, puyeng!" teriakku.

"Nyonya, jangan terlalu keras. Kasihan, nona Mine baru saja sadar." Gadis muda itu membelaku.

Jadi namanya Jasmine. Aku menengok kaca yang ada di sebelah kananku saat ini. "Wah! Gila sih, cakep bener si Jasmine." Gumamku dalam hati. Tanganku reflek memegangi wajah.

"Apa benar dia baik-baik saja?" tanya orang yang dipanggil Nyonya itu.

Gadis yang ada di sebelahnya mengangguk. "Saya yakin, Nyonya. Mungkin saja ini karena nona baru saja sadar."

"Hah. Untung saja aku lekas menyelamatkannya. Jika tidak pangeran sialan itu sudah membawanya pada Raja bajingan itu." tangannya mengelus dada.

"Kalau boleh tahu nama anda siapa, Nyonya?" tanyaku yang membalikkan badan.

FOX IS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang