8. Rubah dan kelinci

224 35 3
                                    

Phayu bangkit untuk duduk bersandar, dia juga membawa tubuh Rain agar berada di atas tubuhnya, namun tubuh mungil itu tidak menghadapnya.

"Phi Phayu! Apa yang kamu lakukan!"

"Membuatmu nyaman dengan penisku, kamu suka posisi ini, bukan?"

"Itu bukan aku!"

"Lalu siapa, hmm."

"I–itu ... itu, itu buka ahhh Phi."

Tanpa mendengarkan pihak lain untuk menyelesaikan kata-katanya, Phayu bergerak cepat mendorong pinggang Rain ke bawah, hingga kemaluannya benar-benar masuk sempurna ke dalam lubang milik Rain.

Meskipun licin yang dihasilkan Omega belum sebanyak malam tadi, Phayu masih dapat dengan mudah menembus dinding-dinding ketat itu, karena kegiatan yang mereka lakukan beberapa jam sebelumnya.

"Heat hari kedua mu mungkin tidak akan terlalu membuatmu kehilangan kesadaran. Jadi ingat ini, aku menidurimu karena kamu yang memulai Rain."

"Ahh Phi, tapi kamu yang ahh ... feromonmu Phi, eunghh."

Phayu tidak membiarkannya melengkapi kata-kata itu, ia mulai bergerak perlahan setiap kali Rain berbicara.

"Ughh!" Rain tersentak, karena ia merasakan titik manisnya diserbu terus-menerus dengan keluar masuknya penis Phayu.

"Ah, heunghh ... ssh aahhh ... Phi Phayu."

Rain benar-benar merasakan ketebalan dan panjangnya dari benda yang ada di dalam dirinya.

Tubuh Rain naik dan turun bersama ritme yang Phayu gunakan untuk mendorong pinggulnya, agar penisnya terus masuk ke dalam. Namun, Phayu berhenti ketika Rain merasa akan datang.

Pria yang tadi bersandar kini berbaring dengan kaki terbuka lebar, memberikan ruang untuk gerak Rain.

"Bergerak Rain, lubangmu menjepit penisku," titah Phayu.

"Tapi aku ... akhh!"

Phayu mendorong pinggulnya lagi ke atas agar Rain bergerak dan tak membuang waktu dengan pembicaraan omong kosong.

"Bergerak ... ahh, ya Rain, terus aah."

Walaupun ini pertama kalinya bagi Rain melakukan seks pada posisi tersebut, ia mengikuti nalurinya untuk bergerak atas perintah Phayu, dan ketika Rain mendengar desahan itu, ia bergerak seperti ritme yang Phayu gunakan.

"Bagus Rain ... ah, haa ... aah, kamu belajar dengan baik, Rain ahh!"

Entah itu pujian atau provokasi, yang pasti Phayu berhasil membuat Rain bergerak lebih jauh.

Dia menaikturunkan dan menggoyangkan pinggulnya sendiri, Rain mencari hal yang seperti Phayu lakukan padanya dengan mencengkeram kedua paha Phayu.

Hasratnya untuk menuntaskan apa yang dimulai, memenuhi rasa ingin lebih dari sekadar menggoyangkan pinggul pada batas penis yang keras.

Rain bergerak lebih cepat dari sebelumnya, kedua tangan yang tadi bertumpu pada paha Phayu, kini berada di kedua puting susunya.

"Ahh, Phi Phayu ... ah!"

Gerakannya melambat ketika kemaluannya mengeluarkan sperma ke atas seprai, kedutan pada penisnya tak lagi sehebat saat akan pelepasan.

Ia mengatur napasnya, namun orang di belakangnya menggeram karena tak lagi merasakan gerakan pada penisnya.

Phayu duduk dengan kasar dan membalikkan tubuh Rain, membuat tubuh mungil itu menghadapnya.

"Phi sakit! Kenapa tidak dilepas!"

Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Rain, menangkup bibir manis semerah ceri dan mencicipinya dengan mulut. Begitu dalam, intens dan penuh gairah.

Begitu dia menarik diri dari ciuman itu, tampak benang saliva terhubung dari keduanya. Phayu membelai tubuh serta rambut kepalanya yang halus dan ia berbisik di telinga Rain.

"Aku belum selesai Rain, kenapa kamu berhenti, hmm."

Perkataan Phayu membuat bulu kuduk Rain berdiri, ia tak menyangka jika saat ini dia dan Phayu melakukan seks secara sadar, meski pada awalnya feromon itulah yang menyebabkan mereka seperti sekarang. Akan tetapi, feromon tidak terlalu mengontrol mereka.

Jadi, kendali ada pada diri mereka.

"Aku sudah datang Phi dan aku lelah, biarkan aku pergi."

"Tentu, setelah aku selesai."

"Phi ah!"

Phayu terus melancarkan aksinya, hingga Rain kembali orgasme dan begitu juga dengan Phayu. Keduanya mencapai klimaks bersamaan, penisnya benar-benar jauh di dalam perut Rain dengan posisi duduk.

Rain menahan bahu Phayu, ketika dia hendak mengangkat tubuhnya untuk mengeluarkan kemaluan darinya, tindakannya itu sampai membuat Phayu mengernyit karena heran.

"Ada apa?" tanyanya lembut.

"Tunggu sebentar, aku ... aku masih terlalu sensitif kalau harus bergerak sekarang," ucapnya sambil memalingkan wajah.

Phayu tersenyum secara tak sadar karena pernyataan yang tiba-tiba itu, ia merasa gemas dengan orang di pangkuannya, dia bahkan mencium pipi Rain dengan cepat.

"Kalau begitu, mau membicarakan kontrak sambil menunggu?"

"Kontrak!" serunya, wajah yang tadi di palingkan kini menatap wajah orang di depannya penuh emosi.

"Jangan bergerak tiba-tiba seperti itu, kamu mau aku menidurimu lagi?"

"Mesum!" Rain menampar pipi kanan Phayu dan langsung beranjak dari pangkuannya, mengeluarkan kemaluan yang hampir keras kembali.

Ia menarik selimut yang ada di dekatnya dan pergi ke kamar mandi, meninggalkan Phayu dengan kondisi tanpa busana.

Rain tidak tahu berapa lama ia di dalam sana, karena saat ia keluar dari kamar mandi, dirinya hanya melihat barang-barang yang ada di ruangan tersebut, namun cukup berbeda. Karena tidak ada pakaian yang berserakan dan tempat tidur juga rapi dengan set yang baru.

Dia menutupi dirinya menggunakan selimut tadi, ia berpikir pakaian apa yang akan dikenakannya jika pakaiannya sendiri lagi-lagi menghilang.

Kemudian dia melangkahkan kakinya ke tempat tidur dan duduk di sisi kanan kasur.

Rain melihat ke cermin, lalu berdiri. Ia menurunkan selimut hingga pinggang, memperlihatkan perutnya yang rata.

"Aku, apa aku benar-benar akan hamil? Dia berkali-kali melakukan knotting, sekarang aku harus bagaimana? Aku juga gila meminta bantuannya tadi malam, itu sebabnya Omega tidak boleh sembarangan membantu! Tapi aku? Aku sangat berani menolong orang asing dan lihat sekarang." Rain melihat perutnya pada cermin.

"Hah, bodoh!"

Tubuhnya berangsur turun, membuatnya duduk di lantai dan setetes air matanya jatuh.

Pria yang tadi hendak berkata setelah masuk kamar pun langsung lari pada Rain, dia menaikkan selimut guna menghangatkan tubuh Omega, lalu merengkuhnya.

Phayu tidak bertanya ataupun berkata untuk menenangkan, ia hanya memeluk dan sesekali mengusap serta menepuk punggung yang terbalut selimut.

Tanpa diberitahu, Phayu juga dapat merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Rain.

Baru kali ini Phayu merasa bahwa ada orang, yang tidak berniat meraup keuntungan pribadi darinya.

Meskipun begitu, ia masih belum sepenuhnya memercayai orang di dalam pelukannya dan dia juga masih perlu memastikan tentang hatinya sendiri.
















🌪🌧
☆Jangan jadi silent reader's, tinggalkan jejak dengan vote ★

LOVE GEOMETRY ⊹⊹ OMEGAVERSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang