16. Menjadi perawat

127 23 1
                                    

Di malam yang sunyi, seorang pria terbangun dengan peluh dingin membasahi dahinya. Matanya mengerjap perlahan, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya di sekitarnya.

Kepalanya masih terasa agak berat, tetapi ia tidak begitu memedulikan hal tersebut. Sebab saat ini, ia merasa kehilangan dari bangun tidurnya, hingga perasaan khawatir mulai merayapi benaknya.

Dengan susah payah, Alpha bangkit dari tempat tidur, langkahnya tertatih karena tubuhnya masih lemah. Dia berjalan menuju ruang tamu, berharap menemukan orang yang mengusap rambut kepalanya hingga tertidur.

Setiap langkah terasa berat dan rasa cemas mendorongnya untuk terus maju. Ketika sampai di ruang tamu, dia tidak melihat orang tersebut, matanya kembali mencari dan menemukannya.

Pemuda yang dicarinya, berdiri membelakanginya di dapur.

Dia kembali berjalan, ingin mencari kehangatan lain meski tubuhnya masih hangat, karena demam yang belum mereda.

Omega tertegun, karena seseorang memeluknya dari belakang. Dia merasakan napas hangat menyentuh kulit lehernya, Rain mencoba berbalik, tetapi Alpha membenamkan kepala di dagunya.

"Kamu terbangun?" tanyanya dengan suara lembut, dan Rain mendapat anggukan pelan dari Phayu.

"Bisakah kamu melepaskanku?"

Rain tahu bertanya di situasi saat ini, seperti sedang menusuk hati seseorang dengan jarum besar yang transparan. Namun, berada dalam pelukan orang di belakangnya, membuatnya linglung akan respons yang seharusnya ia berikan pada Phayu.

"Maafkan aku," bisik Phayu.

Efek dari demam, mengambil alih sisi lemah Phayu. Dia tahu dirinya memang bersikap lancang, akan tetapi dengan memastikan Rain di pelukannya, membuatnya tahu bahwa dia tidak sendirian. Hingga, rasa khawatirnya pun tergantikan oleh perasaan nyaman.

"Apa tidurku sangat lama?" tanyanya pelan, sambil melepaskan pelukannya.

"Ya, dan aku khawatir malam ini kamu akan tidur lebih larut. Walaupun demam, kadang tidur lebih lama bisa membuat mata tetap terjaga."

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Aku tidak mau mengganggu tidurmu, lagi pula kamu memang butuh istirahat. Karena tubuhmu, jelas menunjukkan tanda kelelahan." Rain berbalik dengan mangkuk berisi sup.

Omega itu berjalan ke meja makan dan diikuti Phayu, dia meletakkan sup berisi daging ayam di meja.

"Duduk dan makan, perutmu tidak boleh kosong," ucapnya, "coba ini, aku tidak tahu apakah sup ini sesuai seleramu atau tidak."

"Kamu yang membuatnya?" Phayu duduk perlahan dan mengambil sendok dari tangan Rain.

"Ya, aku membuat tambahan untuk melengkapi makanan yang sudah ada di meja." Rain juga duduk di kursi depan Phayu.

"Kenapa tidak meminta bibi yang membuatkannya?"

"Kamu takut aku meracunimu atau apa?"

"Bukan itu, maksudku, mereka bisa membantumu untuk urusan memasak. Jadi, kamu tidak perlu repot ke dapur."

"Mereka tidak ada, di siang hari dan sore, dan saat aku turun untuk mencari mereka lagi, hanya ada makanan ini. Mereka sebenarnya ke mana?" tanya Rain sedikit penasaran.

"Maaf, aku lupa. Aku memberi perintah baru untuk mereka beberapa hari yang lalu."

"Kenapa?"

"Rain, apa ini?"

Phayu tidak ingin Rain tahu, kalau dirinya memerintahkan mereka karena Rain berada di rumahnya. Jadi, ia mengalihkan pembicaraan.

"Sup ayam jahe, cobalah."

LOVE GEOMETRY ⊹⊹ OMEGAVERSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang