2. Meet Him Again

238 10 0
                                    

Ringisan yang dapat ia utarakan begitu pertama kali dirinya membuka netranya. Selain rasa pusing yang menyerang kepalanya karena di bangunkan secara tiba-tiba, ada juga rasa kesal karena teriakan ibunya yang tak kunjung redah dalam memanggil namanya. "Iya, ibu! Ini aku sudah bangun!" Sahutnya yang juga berteriak karena malas menghampiri sang ibu.

"Bangunkan juga adikmu! Kalian ada kelas pagi ini!" Seruan yang ibunya berikan, yang sedari tadi tidak jengah membangunkan anak perempuannya. "Jangan lama-lama! Ibu sama ayah sudah menunggu kalian berdua di bawah! Kita sarapan bersama!" Sambung sang ibu.

Dengan helaan nafas kesal, ia pun segera beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Ia tidak berniat mandi lama saat ini. Hanya mandi singkat saja. Tidak perduli bersih atau tidak. Yang penting ia sudah shampo-an sama tidak merasakan lengket di tubuhnya.

Setelah selesai mandi dan berpakaian serta memoleskan sedikit bedak dan juga liptint di wajah serta bibirnya, ia segera bergegas menuju kamar adiknya yang hanya berbeda 1 bulan darinya. Tidak pakai mengetuk pintu lagi, ia langsung masuk ke dalam kamar adiknya. "Vederico Timothy! Bangun woy! Ayo kuliah! Kau kan ada kelas pagi ini! Ibu sudah menyuruh kita untuk bergegas ke bawah! Jadi, cepat ke bawah sebelum---"

"Berisik, Veronica." Teguran yang Vederico berikan, yang langsunh memotong ocehan kakaknya yang sangat berisik dan memekakan telinganya.

"Ya makanya bangun! Ayo bangun ish! Nanti di marahin ibu loh! Aku bilangin ibu pokoknya kalau kamu gak mau bangun!" Seruan yang ia berikan, tidak perduli akan perintah adiknya yang menyuruh dia untuk diam. Lagi, yang tertua dan kakak disini tuh dia! Beraninya adiknya ini memerintah dirinya?! Walaupun tubuhnya ini sangat tidak cocok dipanggil kakak dan banyak orang yang mengira kalau dirinya ini adalah bungsu di keluarga serta adiknya adalah sulung di keluarga? Dirinya tetap seorang kakak dan anak sulung dikeluarganya.

Sedetik, dua detik, dirinya ini masih setia menunggu balasan atau reaksi adiknya. Namun tidak ada pergerakan atau tanda-tanda adiknya mau bangun dari tidurnya! Adiknya ini hanya diam saja dan tentram dalam mimpinya.

Dengan perasaan kesal, akhirnya ia membuka suara kembali. "Wuah, beneran nantangin ibu! Aku beneran teriak nih! Aku hitung dari satu sampai tiga ya! Satu--- dua-- ti---"

"Iya iya! Ini udah bangun! Puas?!" Sentakan kesal yang adiknya berikan, yang saat ini tengah mengusap wajahnya frustasi.

Dan dia yang melihatnya pun langsung tersenyum senang. "Kalau gitu cepat mandi! Ibu sama ayah udah nunggu di bawah!" Titahnya yang saat ini tengah bersedikap dada dalam menyuruh kembaran yang hanya berbeda beberapa bulan ini.

"Mandiin." Rengekan yang adiknya berikan, yang saat ini sudah merentangkan kedua tangannya untuk di gendong. Persis seperti bocah.

Sedangkan dirinya yang melihat itu semua? Ia langsung mendelik geli ketika melihat adiknya yang bertubuh besar bertingkah seperti itu. Ia langsung melempar adiknya dengan bantal yang ada di dalam kamar adiknya sebagai hadiah. Setelah memastikan adiknya ini sudah masuk ke dalam kamar mandi, baru lah ia keluar dari kamar sang adik.
***

Saat ini dirinya tengah berjalan di lorong kampus menuju kelasnya yang di adakan pagi ini. Berjalan dengan sendirian, tanpa sahabat di sisinya. Willona? Entahlah, dia juga tidak tau di mana sahabatnya ini sekarang.

Sedangkan adiknya? Dia dan adiknya beda kelas. Adiknya yang mengambil jurusan manajemen bisnis karena dia yang akan meneruskan perusahaan ayahnya. Serta dirinya yang memilih untuk mengambil kelas akuntansi.

"Selamat pagi, Veronica Valverde." Sapaan yang diberikan oleh seseorang dengan suara baritone miliknya, yang sukses membuat dirinya yang tengah berjalan dengan tentram pun langsung menghentikan langkahnya.

Nama dia itu Veronica Timothy, bukan Veronica Valverde! Sejak kapan dia ganti marga?! Dengan perasaan kesal yang telah memuncak karena pria itu dengan asal mengganti marganya. Ia langsung menoleh, menatap pria yang telah beraninya mengubah marga miliknya. Apakah orang ini cari mati dengan dirinya?!

Namun, ketika ia menoleh, ia dapat melihat seseorang yang ia lihat tadi malam. Langsung saja melengos, dan melanjutkan acara jalannya yang sempat tertunda. Sementara pria yang ada dibelakangnya? Dia langsung menghampiri dirinya. "Hai, sweatheart? Mau ke kelas?" Pertanyaan yang pria ini berikan, yang saat ini sudah memamerkan senyuman singkat miliknya.

"Menurut anda?" Pertanyaan balik yang ia berikan, dengan intonasi yang sangat tidak bersahabat.

"Aku juga ingin ke kelas kamu kok. Kita sekelas tau." Seruan yang pria ini berikan, sukses membuat dirinya langsung memberhentikan jalannya sesaat, dan langsung menatap pria yang ada disampingnya ini dengan tatapan nyalang. "Maaf ya, Tuan Valverde. Tapi bercandaan anda saat ini sangat tidak lucu." Ucapnya, yang langsung menyentak tangan pria yang yang ada di pundaknya, dan langsung menyikut pria ini, lalu setelahnya ia pergi dari hadapan pria ini.

Dan William yang tengah meringis karena ulah wanitanya, ia langsung menyusul wanita tadi yang saat itu sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas.

Serta Veronica yang baru saja duduk di bangkunya pun di buat kesal pagi ini karena kedatangan pria gila yang ia temui diclub tadi malam. Bukan hanya itu! Pria gila ini juga ada di kelasnya, dan langsung duduk di sampingnya. Di mana saat itu belum ada yang seseorang yang menduduki kursinya.

"Setelah kelas, ada acara?" Pertanyaan yang pria ini berikan, yang masih setia menatap wajahnya dari samping.

"Ada. Aku sangat sibuk." Balasnya. Kenapa membalas? Karena pria gila yang ada disampingnya ini tidak akan berhenti bertanya, sebelum ia menjawab pertanyaan yang dia berikan.

"Oke, kalau gitu aku akan mengajak dirimu ke suatu tempat setelah kelas berakhir" Seruan yang pria gila ini sampaikan, yang tentunya membuat dirinya speechless begitu mendengar seruannya. Hell! Dia menjawab kalau dia sedang sibuk! Kenapa laki-laki yang ada di sampingnya ini malah berkata sebaliknya?!

Dengan hembusan kasar, dia langsung menoleh ke arah pria gila yang ada disampingnya ini. "Dengar ya, Tuan Valverde yang terhormat. Apakah telinga milikmu ini sedang ada masalah? Aku berkata kalau nanti sepulang kelas, aku ada acara dan tidak bisa menerima tawaran milikmu untuk mengajakku ke tempat yang kau inginkan." Serunya, yang masih berusaha berkata sopan dan menahan rasa kesal, sekaligus menahan rasa ingin meninju wajah milik pria ini, karena ulah pria yang ada disampingnya ini selalu membuat dirinya naik pitam.

"Aku tidak menerima penolakan, sayang. Cukup tadi malam kau menolak diriku." Kalimat acuh yang pria ini berikan, yang tidak perduli dan mengidahkan perkataannya, kalau dirinya tidak bisa.

"Tapi--" perkataannya terputus begiru saja karena kedatangan dosen mereka. Dengan helaan nafas kasar, ia pun hanya bisa diam, dan memperhatikan dosen yang memulai kelasnya.
---

Kelas pun telah selesai. Langsung saja bergegas keluar dari kelas. Sungguh, ia tidak mau berurusan dengan pria gila yang ia temui tadi malam, yang telah mengusik hidupnya. Pria tidak jelas, yang dia sendiri tidak tau mengenai asal-usulnya.

Ketika tengah berjalan dengan tenang, pergelangan tangannya langsung di tahan seseorang ketika dirinya sedang berjalan menelusuri lorong kampus. Belum sempat ia memprotes, pria gila ini sudah menarik dirinya. Membawa dirinya ke tempat parkir kampus, lalu memasukkan dia ke dalam mobil miliknya, di ikuti olehnya.

Dan pria ini langsung menjalankan mobilnya, meninggalkan area kampus, menuju suatu tempat. Setelah beberapa menit melintasi jalan, mobil yang dikendarai oleh pria ini akhirnya sampai di tempat yang mereka inginkan.

"Tuan Valverde, sebenarnya kita ini mau ke mana?" Pertanyaan yang ia berikan secara tergesa, menyamai langkah pria  yang terus menarik dirinya.

Karena tidak mendapatkan jawaban dari pria ini, ia langsung menyentakan tangan pria ini dari pergelangan tangannya. "Apakah kau tuli?! Aku sedang bertanya kepada dirimu! Kita mau ke mana?!" Teriakan kesal yang akhirnya ia berikan.

"Menurut kamu? Kita akan ke mana kalau saat ini kita ada di bandara?!" Jawaban yang langsung William berikan, yang sama kesalnya kepada wanita yang ada di hadapannya ini.

"Aku tau kita mau keluar negeri. Tepatnya mau ke mana?!" Protesan yang masih ia berikan akan jawaban retorik milik pria ini.

Bukannya menjawab pertanyaan yang ia berikan, pria gila nan tidak jelas ini malah menggendong dirinya ala karung beras, dan langsung masuk ke dalam pesawat pribadi milik pria ini, tanpa memperdulikan protesan yang terus keluar dari mulutnya.

THIS IS YOUR MISSION? - JENSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang