4. Let's Married

208 6 0
                                    

Seminggu sejak kembalinya dia dari Los Angeles. Selama satu minggu juga dia tidak bertemu pria gila yang telah mengganggu kehidupannya ini. Dan bagaimana mengenai perasaannya selama ditinggal pria gila itu? Tentu saja sangat senang! Selama satu minggu ini hidupnya benar-benar damai tanpa adanya gangguan dari laki-laki tidak jelas bernama William Valverde itu!

Dia tidak tau ke mana perginya pria gila itu, dan dia juga tidak mau tau juga keberadaan dari pria gila itu. Ia juga tidak tau bagaimana bisa pria itu tau di mana tempatnya berkuliah dan siapa yang berani membocorkan ini semua kepada dia? Sampai-sampai pria itu bisa datang dan berkuliah di kampusnya. Padahal ia sangat tau kalau sebelumnya pria gila itu tidak ada di kelasnya.

Dan saat ini, ia baru saja menyelesaikan kelasnya setelah beberapa jam berhadapan dengan dosennya yang sangat tidak jelas dalam mengajar. "Kita jadi kan nanti?" Pertanyaan yang temannya berikan, memastikan kembali dirinya mengenai rencana mereka nanti untuk pergi ke pusat perbelanjaan terbesar yang ada di Jakarta.

"Tentu saja! Kita sudah berjanji untuk menukar photocard. Kalau aku dapat biasmu, aku akan memberi dirimu. Tapi kalau kau dapat photocard biasku, kau harus menukarnya dengan-ku." Serunya.

Yup, mereka memang berencana untuk membeli sebuah album dari boygroup terkenal yang saat ini sedang mengadakan come back. Siapa lagi kalau bukan NCIT 2023. Come back yang paling di tunggu, ya walaupun tidak full member. Karena 3 membernya sudah keluar dan tidak akan pernah kembali lagi ke dalam group ini, tapi masih dalam 1 perusahaan yang sama.

Mereka berdua pun langsung berjalan beriringan di sepanjang koridor, menuju luar kampus. "Tapi kalau aku dapat pc Jung Yunho, aku gak mau tukar loh!" Seruan yang temannya berikan, yang membuat dirinya langsung memutarkan kedua bola matanya malas. "Iya iya! Aku kalau dapat pc TY juga gak mau di tukar." Balasnya dengan nada yang sangat ketus, sama seperti temannya inj.

"Aku yang ke rumah kamu, atau kau yang ke rumah aku?" Tanya temannya lagi, sebelum masuk ke dalam mobil kekasihnya. "Aku yang ke rumah kamu." Jawabnya.

Setelah mendapatkan jawaban darinya, temannya pun langsung masuk ke dalam mobil kekasihnya dia. Tinggal lah dirinya sendirian dan dia hanya bisa menghela nafasnya kasar, lalu hendak masuk ke dalam mobilnya.

Tapi, ketika ia baru saja membuka pintu mobilnya, suara telepon dari ponselnya yang berbunyi ini sukses mengurungkan niatnya. "Nomor yang tidak di kenal?" Gumamnya yang tengah menatap layar ponsel miliknya. Langsung saja ia mengangkat telepon itu.

Hallo, selamat siang. Dengan saya Veronica Timothy. Ada yang bisa--

Hallo, sayang.

Siapa ya? Sepertinya anda salah orang.

Ini aku, William Valverde. Masa iya kau lupa dengan calon suami kamu sendiri.

Aish, cepat katakan apa mau kamu?! Aku sedang tidak ada waktu untuk meladeni ucapan tidak pentingmu ini.

Segera pulang ke rumah. Aku ada di rumah kamu.

Ck! Jangan mengada! Kau tidak tau di mana rumahku berada!

Kata siapa? Aku tau! Bahkan aku sudah ada di rumah kamu. Cepat-lah! Ibu dan ayahmu sudah menunggu.

Sepertinya kau mabuk, Tuan Valverde. Kalau--

Apa yang akan kau pertaruhkan kalau aku memang ada di rumah kamu?

Apapun. Karena aku yakin kau tidak tau rumahku.

Oke. Aku akan menunggu kedatangan kamu, sayang.

Setelah mengatakan itu, pria gila ini langsung mematikan teleponnya secara sepihak. Dan ia yang melihatnya hanya bisa menggeleng heran. Ia juga langsung masuk ke dalam mobilnya menuju rumahnya untuk memastikan ucapan pria gila tadi. Ia tidak tau apa yang ada di pikiran pria ini. Hilang selama satu minggu, lalu tiba-tiba menelepon dirinya dan berkata sudah ada di rumahnya.

Kalau dia boleh memilih siapa laki-laki tergila di muka bumi ini? Jawabannya adalah William Valverde! Setelah itu adik laki-lakinya. Yup, kedua pria gila itu tidak ada rasa lelah dan jengah dalam memancing emosi serta amarahya.

Setelah sampai di depan rumahnya, ia langsung masuk ke dalam rumahnya. Meninggalkan mobilnya tepat di depan rumahnya. Dan betapa terkejutnya dia begitu ia masuk, netranya malah menangkap sosok laki-laki yang sangat tidak dia sukai sedang bersenda gurau dengan ibunya. Siapa lagi kalau bukan pria gila yang tadi berbicara dengannya melalui telepon, yang tidak main-main dengan ucapannya?!

Langsung saja saja ia menghampiri pria gila ini, dan menarik pria ini pergi menjauh. "Yak! Sedang apa kau di sini?!" Pertanyaan tidak bersahabat yang langsung ia berikan. Ia juga langsung menyentakan tangan pria ini, begitu mereka telah jauh dari keluarganya.

"Bukan kah aku sudah memberitahu dirimu tadi? Dan karena aku yang memenangkan pertaruhan ini, aku minta hadiah yang kau taruhkan." Serunya, disertai dengan kerlingan di mata miliknya.

"Cepat katakan apa mau kamu, dan pergi dari rumah ini! Aku tidak ingin kau mengeluarkan kalimat aneh di depan kedua orang tuaku." Serunya yang sudah muak akan pria gila ini, yang sangat diluar batas pikirannya.

"Apakah kau takut kalau aku memberitahukan kepada kedua orang tua kamu kalau kita sudah pernah tidur bersama? Ya walaupun aku dan kamu tidak pernah melakukan hal apapun." Ledekan yang saat ini William berikan kepada wanita cantik dihadapannya ini. Entah kenapa dirinya sangat suka memancing kekesalan dan kemarahan wanita mungil yang ada dihadapannya ini.

"Coba saja kalau berani! Akan aku patahkan leher kau itu!" Ancaman yang ia berikan. Saat ini wajahnya sudah memerah menahan kesal dan rasa ingin meninju rahang milik pria gila ini.

"Sayang, jangan bertindak anarkis seperti itu. Kalau kau patahkan leherku? Bagaimana bisa aku mencium dirimu nanti." Balasan disertai tatapan nakal yang ia berikan, akan ancaman yang diberikan wanita imut ini, yang semakin imut dan juga lucu dikala sedang marah.

"Dalam mimpi-mu! Siapa juga yang mau di cium olehmu! Cepat katakan apa mau kamu, dan pergi dari sini!" Sentaknya, yang sudah tidak tahan akan keberadaan pria gila ini.

Sedangkan pria ini langsung mengeluarkan selembar surat. "Aku ingin kau menandatangani ini." Serunya, yang langsung memberikan kertas dan bolpoin kepada dirinya.

Ia yang melihatnya pun langsung memutarkan kedua bola matanya jengah, dan langsung menandatangani surat itu, tanpa melihatnya terlebih dahulu. "Sudah, bukan? Sekarang kau pergi dari rumahku!" Usiran yang langsung ia berikan. Dia juga sudah mengembalikan kertas dan bolpoin kepada pria ini.

Bukannya pergi, pria gila yang ada dihadapannya ini malah tersenyum senang. "Oke, pernikahan kita akan di laksanakan dalam dua minggu lagi."

Perkataan pria gila ini tentu saja bagaikan petir di siang bolong untuk dirinya. "Yak! Apa maksud-mu!" Geramnya marah akan penuturan yang diberikan oleh pria ini! Dia tau kalau pria ini gila. Tapi dia gak nyangka kalau pria ini segila ini?! Apa-apaan dia, langsung main nikah-nikah aja?!

Dan William yang mendengarnya hanya mengedihkan bahunya acuh, seraya menampilkan surat yang di tanda tangani materai oleh wanita ini. "Kau sudah menandatangani surat, bahwa kau setuju untuk menikah dengan diriku dalam dua minggu ke depan." Serunya, seraya menunjukkan surat yang di tanda tangani wanita ini.

"Yak! Apa-apaan kau! Aku tidak setuju. Aku--"

"Tidak ada penolakan, sweetheart. Siapa suruh kau tidak membaca isi surat itu? Aku tidak melarang kamu untuk membaca isi surat, bukan? Terlebih ini hadiah atas taruhan yang kau berikan. Kau bilang akan memberikan apapun untuk diriku, bukan?" Ujarnya, yang sudah menampilkan wajah penuh kemenangan.

Dan ia yang mendengarnya pun lantsung menggeram kesal! Pria yang ada di hadapannya ini sangat pintar dalam bicara. "Ck! Terserah dirimu! Aku akan menikah dengan dirimu. Tapi dengan satu syarat!" Pasrahnya. Toh, pria gila ini tidak akan bisa penuhi syarat yang ia berikan.

"Apa?" Tanyanya, yang sudah menaikkan salah satu alisnya.

"Aku akan menikah dengan dirimu, kalau kau sudah mendapatkan restu dari kedua orang tuaku."

THIS IS YOUR MISSION? - JENSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang