Jamal dan Wahyu mendaki bersama rombongan teman kuliahnya yang membuka jasa open trip ke Gunung. Mereka pergi bersama tujuh teman kampusnya.
Perjalanan naik gunung yang di gadang - gadang bakalan menyenangkan malah jadi menyeramkan ketika mereka te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nyi Branang menatap dalam ke mata masing-masing anak muda yang duduk di sekelilingnya.
Ruang interogasi yang sebelumnya terasa pengap kini seolah dipenuhi oleh kehadirannya yang penuh misteri.
Nyi Branang mulai berbicara, suaranya terkesan tua namun tetap berwibawa, seolah setiap kata yang keluar dari mulutnya membawa makna yang dalam.
"Kalian bertiga sudah mengalami perjalanan yang panjang dan melelahkan. Namun, perjalanan kalian belum selesai. Kalian berada di antara dua dunia, dan hanya ada satu cara untuk benar-benar kembali ke tempat asal kalian." kata Nyi Branang, matanya berbinar dengan pengetahuan kuno yang tak terucapkan.
Wahyu, Jamal, dan Jusuf menatapnya dengan penuh harap.
"Saat ini diri kalian ada dua di bumi." ujar Nyi Branang menjelaskan dengan detail. "Jika kalian tidak segera pergi, aku takut diri kalian yang asli akan terdampak."
"Apa yang harus kami lakukan, Nyi?" tanya Wahyu dengan nada penuh kekhawatiran.
Nyi Branang tersenyum lembut, seolah memahami semua ketakutan mereka.
"Kalian harus menyelesaikan apa yang belum selesai di dunia ini. Ada sesuatu yang tertinggal, sesuatu yang belum terselesaikan. Itulah mengapa kalian dikembalikan ke tahun ini. Kalian harus mencari tahu apa itu, dan hanya dengan menyelesaikannya kalian bisa pulang."
Jamal mengerutkan kening, mencoba memahami ucapan Nyi Branang.
"Bagaimana kami bisa tahu apa yang belum selesai? Kami bahkan tidak tahu kenapa kami berada di sini." kata Jamal, frustrasi mulai terdengar dalam suaranya.
"Jawabannya ada di gunung ini." kata Nyi Branang dengan tegas. "Gunung ini menyimpan rahasia yang tak terhitung. Kalian harus mendengarkan, merasakan, dan menemukan petunjuk. Hanya dengan begitu kalian akan mengerti apa yang perlu diselesaikan."
Petugas basecamp yang dari tadi mendengarkan dengan seksama akhirnya angkat bicara.
"Kami akan membantu kalian dalam pencarian ini. Kalian tidak sendirian." katanya, memberikan sedikit ketenangan pada ketiganya.
Nyi Branang mengangguk. "Baiklah, kita akan mulai pencarian ini esok pagi. Kalian harus beristirahat malam ini, kumpulkan kekuatan kalian. Dan ingatlah, selalu dengarkan suara gunung ini. Ia akan memandu kalian."
"Baik, Nyi.."
Malam itu, Wahyu, Jamal, dan Jusuf ditempatkan di sebuah tenda dekat basecamp.
Ketiganya duduk di dalam tenda, mencoba mencerna semua yang baru saja mereka dengar.
Wahyu meremas tangannya, rasa cemas jelas terlihat di wajahnya.
"Kita benar-benar belum pulang, ya?" katanya pelan, suaranya hampir tak terdengar.
Jamal, yang duduk di sebelahnya, meletakkan tangannya di paha Wahyu, dan menepuk-nepuk nya dengan lembut.
"Tidak apa-apa, kita akan segera menemukan jawabannya. Nyi Branang pasti tahu apa yang harus kita lakukan." katanya, meskipun dalam hatinya dia pun merasakan ketakutan yang sama.