You I'll Be In My Heart-Phil Collins
Ayah: "Janji. Aku akan berobat dan kembali ke rumah dengan cepat, jadi kamu jangan khawatir, sayang. Tapi kalau ada yang mengkhawatirkan kamu atau menanyakan di mana aku pergi, tolong katakan pada mereka bahwa ayahmu sedang dirawat karena sakit kanker."
Putri: "Baiklah, ayah."
Ayahmu memeluk kamu lagi dan mengusap-usap kepala kamu: "Aku harus pergi sekarang, tapi ingat ya, sayang? Jangan khawatir sama ayah. Kalau ada yang tidak enak, katakan pada suster atau dokter. Ok?"
Putri: "Baiklah, ayah."
Ayahmu mencium kening kamu dan pergi dari kamar.
Aku berlari mengejar ayah.
Ayahmu sudah hampir sampai di pintu kamar, tapi ia menyadari kamu dan berbalik: "Kenapa kamu mengejar saya? Apakah ada yang terjadi, sayang?"
Aku memeluk ayah.
Ayahmu tersenyum dan memeluk kamu balik, mengusap-usap punggung kamu: "Tidak apa-apa, sayang. Hanya aku harus pergi sekarang karena saya sudah terlambat untuk berobat."
Putri: "Baiklah, ayah."
Ayahmu memeluk kamu dan berbisik: "Sayang, aku sayang sama kamu. Jangan lupa untuk selalu mencintaiku ya?"
Putri: "Ya, ayah."
Ayahmu mencium kening kamu dan keluar dari kamar.
Aku membiarkan ayah pergi.
Beberapa menit kemudian...
Ayahmu tidak kembali dan kamu mulai merasakan ada yang salah.
Aku mulai mencari ayah.
Ayahmu tidak ada di mana pun. Kamu mencoba meneleponnya tapi nomor ayahmu off, kamu khawatir dan panik.
Putri: "Ayah, dimana ayah?"
Kamu mulai mencari di rumah dan bertanya pada suster yang merawat ayahmu. Tapi mereka tidak tahu. Ayahmu belum pernah pergi tanpa memberitahu kamu, ini benar-benar aneh...
Putri: "Ayahku dimana?"
"Dia... Dia ada di rumah sakit, tapi kenapa kamu tidak tahu? Ayahmu pergi ke sana pagi tadi. Apakah kamu lupa?" Dokter ayahmu tampak khawatir.
Putri: "Dia di rumah sakit tapi tidak ada di kamar."
"Mungkin dia ke kamar yang lain, atau mungkin dia pergi ke ruangan lain. Tapi kamu jangan khawatir, sayang. Ayahmu pasti akan baik-baik saja." Dokter ayahmu tampak berusaha menenangkan kamu.
Putri: "Aku mau ketemu ayah, hiks."
Dokter ayahmu mengusap-usap pundak kamu dan menenangkan: "Jangan khawatir, kita akan pergi ke sana sekarang."
Aku menunggu lagi.
Dokter ayahmu mulai memimpin kamu keluar dari rumah sakit, dan kalian pergi menuju ruangan dimana ayahmu dirawat.
Putri: "Dimana dia?"
Dokter ayahmu berhenti di depan pintu kamar yang tertulis nama "Ayahmu": "Kita sudah sampai."...
Aku melihat ke arah kamar itu.
Ayahmu masih di dalam kamar, dia tidak sadar kamu sudah sampai. Dia tampak tidur.
Putri: "Ayah!"
Ayahmu membuka mata dan berbalik ke arah kamu. Dia tampak terkejut, tapi langsung tersenyum lebar: "Kamu... Aku pikir aku lupa memberi tahu kamu kalau saya di rumah sakit..."
Aku masuk ke kamar dan memeluk ayah.
Ayahmu memeluk kamu dan mencium kening kamu. Dia tampak bahagia: "Saya tidak pernah meninggalkan kamu, sayang..."
Putri: "Aku kira ayah pergi."
"Tidak, sayang, saya tidak akan pernah meninggalkan kamu. Saya masih bisa bertahan untuk kamu." Ayahmu tampak bersemangat dan memegang tangan kamu.
Putri: "Dokter, bagaimana kondisi ayah?"
"Saya belum mendengar berita yang baik dari dokter, tapi mereka bilang ayah masih hidup dan bisa bertahan. Tapi saya khawatir karena dia sudah hampir satu minggu di rumah sakit." Ayahmu tampak sangat bersedih.
Aku menoleh ke arah ayah.
Ayahmu masih menatap kamu dengan penuh kasih sayang, meskipun dia tampak sangat lelah.
Putri: "Ayah harus pergi kah?"Ayahmu memegang tangan kamu dengan kuat dan menatap mata kamu: "Saya harus tetap di sini untuk menjaga diriku sendiri, sayang. Tapi saya tidak akan pernah meninggalkanmu."
Putri: "Kalau ayah harus pergi, aku ngak apa-apa kok."
Ayahmu memegang pipi kamu dengan lembut dan berbicara: "Kamu tahu kenapa saya tidak mau pergi? Saya takut kalau kamu akan menjadi anak yang kesepian."
Putri: "Aku ngak akan kesepian kok."
Ayahmu tersenyum dan menganggukkan kepala: "Kamu pasti akan tetap baik-baik saja. Saya yakin kamu sudah besar sekarang, jadi kamu bisa menjaga diri sendiri."
Putri: "Ya, ayah, aku bisa kok."
Ayahmu memeluk kamu lagi: "Saya akan pulang secepatnya, sayang. Tapi jangan lupa untuk memberi saya kabar kalau kamu butuh sesuatu ya."
Putri: "Ya, ayah."
Ayahmu memberi ciuman di kening kamu dan menepuk-nepuk rambut kamu: "Selamat tinggal, sayang."
Aku hanya terdiam.
Ayahmu keluar dari kamar dan meninggalkan kamu sendirian. Dia tidak akan pergi untuk waktu yang lama.
Beberapa lama kemudian...Ayahmu akhirnya pulang. Dia tampak lelah dan lesu, tapi masih tetap mencoba tersenyum untuk kamu.
Putri: "Ayah."
Aku memeluknya.
Ayahmu memeluk kamu dan menciumi pipi kamu. Dia tampak sangat bahagia bisa melihat kamu.
Putri: "Ayah kembali?"
Ayahmu menganggukkan kepala dan tersenyum. Dia tampak sedikit lebih baik dari sebelumnya: "Ya, saya sudah pulang, sayang."
Putri: "Ayah sembuh?"
Ayahmu tertawa kecil dan berbicara: "Saya masih ada masalah, tapi saya akan berjuang keras untuk sembuh. Saya tidak mau kamu khawatir dengan saya."
Putri: "Aku mau temani ayah berobat."
Ayahmu tampak terkejut dengan pernyataan kamu. Dia menatap mata kamu dan berbicara: "Kamu... kamu mau menemani saya?"
Putri: "Ya, ayah, aku mau."
Ayahmu tersenyum lebar dan memegang pipi kamu: "Terima kasih, sayang, saya sangat senang kalau kamu mau menemani saya. Tapi, apakah kamu yakin? Ini mungkin akan menjadi pengalaman yang cukup berat bagi kita berdua."
Putri: "Aku mau menemani ayah, pokoknya."
Ayahmu menepuk-nepuk rambut kamu: "Baiklah, sayang, saya sangat senang kalau kamu mau menemani. Tapi tolong jangan lupa untuk memberi tahu saya jika kamu merasa lelah atau tidak nyaman ya?"
Putri: "Baiklah, ayah."
Ayahmu memeluk kamu lagi dan mencium pipi kamu. Dia tampak bahagia: "Kita akan berjuang bersama, sayang."
Putri: "Ya, ayah."Bentar lagi menuju ending nih? Jangan lupa tinggalkan jejak 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Bulan Bersama Ayah(End)
Short StoryDi tengah kesibukan kehidupan sehari-hari, seorang ayah harus menghadapi kenyataan yang mengguncang: diagnosis kanker. Dalam keadaan yang penuh kekuatan, ia bersiap untuk melawan penyakit yang mengancam hidupnya. Namun, waktu tidak berpihak padanya...