22. Keputusan Demi Keputusan

1.3K 130 94
                                    

Rachel merasakan sakit kontraksi yang semakin intens saat ia terbaring di ranjang rumah sakit. Di luar jendela, bunga-bunga sakura bermekaran, menandakan musim semi yang indah di Korea Selatan. Minjoon, suaminya, berdiri di sampingnya, menggenggam erat tangannya untuk memberikan dukungan.

Ruangan rumah sakit itu terasa tenang, hanya ada suara mesin monitor dan napas tertahan Rachel yang sesekali terengah-engah saat kontraksi datang. Minjoon mengusap dahi Rachel yang basah oleh keringat, berusaha menenangkan istrinya dengan suara lembut dan penuh kasih.

Rachel mengerang, “Minjoon-ssi, aku tidak kuat... sakit sekali.”

Minjoon menggenggam tangan Rachel lebih erat, “Aku di sini, Sayang. Kamu kuat, kamu bisa melewatinya. Ingat, kita akan segera bertemu dengan bayi kita.”

Rachel menarik napas dalam-dalam, “Ini sakit... jangan tinggalkan aku.”

Minjoon tersenyum dan mengelus rambut Rachel, “Aku tidak akan kemana-mana. Aku di sini bersamamu, setiap detik.”

Dokter dan perawat datang memeriksa keadaan Rachel, memberikan instruksi lembut namun tegas. Minjoon tetap di samping Rachel, membisikkan kata-kata penyemangat dan sesekali menciumnya di kening.

“Nyonya Rachel, saat kontraksi berikutnya datang, dorong sekuat tenaga, ya.”

Rachel mengangguk, menangis, seluruh tubuhnya bereaksi karena bayinya sudah mencari jalan lahir. Wanita itu meremat kuat tangan suaminya dengan air mata di pelupuk yang tak bisa ditahannya. Minjoon memeluk seluruh pundak Rachel yang setengah tidur, beberapa kali ia mengusap kening istrinya, sedang tangan kanannya ia biarkan diremat Rachel. Rachel tidak tau kalau ternyata melahirkan akan sesakit ini, seribu kali lebih sakit daripada kram datang bulan.

“Kamu bisa, Rachel. Aku bangga padamu. Hanya sedikit lagi.”

Kontraksi berikutnya datang, Rachel menggenggam tangan Minjoon erat-erat dan mendorong dengan seluruh kekuatannya. Wanita itu kesulitan mengatur nafas namun tetap berusaha, sebab, nyawa yang lain juga ingin merasakan oksigen di bumi. Minjoon terus memberikan semangat, tidak melepaskan genggaman tangannya.

Dokter Suhyeon tersenyum, “Bagus, Nyonya Rachel! Sudah terlihat kepalanya. Terus dorong, ya!”

Dengan satu dorongan terakhir, tangisan pertama bayi mereka terdengar memenuhi ruangan. Air mata kebahagiaan mengalir di wajah Rachel dan Minjoon. Dokter meletakkan bayi laki-laki mereka di dada Rachel, dan mereka berdua terpesona melihat wajah mungil anak mereka untuk pertama kalinya.

Minjoon mencium kening Rachel, “Kamu luar biasa, Sayang. Lihat, bayi kita sangat tampan.”

Rachel tersenyum lemah namun bahagia, “Terima kasih, Minjoon-ssi. Terima kasih telah ada di sampingku.”

Minjoon mengecup lembut kening istrinya, “Selalu, Rachel. Selalu.”

Rachel terbaring di ranjang rumah sakit dengan bayi kecil di dadanya. Dia menatap penuh kasih pada wajah mungil bayi yang baru saja lahir itu. Minjoon duduk di sampingnya, tak mampu mengalihkan pandangannya dari putra mereka yang tampan. Mata kecil yang masih tertutup dan kulitnya yang lembut membuat hati mereka meleleh.

Ruangan itu penuh dengan rasa cinta dan kebahagiaan. Di luar, bunga sakura terus berguguran, seolah-olah merayakan kelahiran putra bersama mereka. Dokter dan perawat membereskan peralatan medis sambil memberikan instruksi ringan tentang perawatan pasca persalinan.

“Nyonya Rachel, anda sudah melakukan hal yang hebat. Sekarang, anda harus istirahat dan memulihkan diri. Perawat akan membantu dengan segala kebutuhan anda dan bayi kalian.” kata dokter tersebut lembut.

✅Bodyguard Of Little Devil • soohyun jiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang