PRANGG
Botol kaca itu dilemparkan ke arah tumpukan gelas yang disusun membentuk piramid, menimbulkan suara pecahan beruntun yang mendengking di telinga. Wine seharga jutaan itu kini tidak lagi berharga. Warna merahnya dengan mengenaskan menyelimuti lantai.
Kim Yerim tidak menyembunyikan ekspresi gelap di wajahnya. Suara dentingan kaca itu sedikit mengurangi kemarahan di hatinya.
Malam ini seharusnya menjadi pesta perayaan tiga tahun pertunangannya. Namun, tokoh utama pria yang ditunggu masih belum menampilkan sosoknya bahkan setelah dua jam lebih terlewati dari jadwal dimulainya acara.
Dengan ini, Kim Yerim sukses menjadi bahan lelucon. Cerita tentang pesta yang gagal dan dia yang dicampakan oleh tunangannya sendiri akan segera tersebar. Setelah ini, orang-orang di lingkaran sosial mereka pasti akan membicarakan ini dan menertawakannya diam-diam.
Tubuhnya yang mungil ambruk ke sofa. Tangannya tercengkam erat di atas pangkuannya, tidak peduli jika kuku panjang yang telah didesain cantik itu dapat menimbulkan luka. Matanya tertuju pada serpihan kaca di lantai yang ia perbuat, tapi otaknya penuh dengan pikiran di tempat lain.
Gadis lain seumuran dengan Yerim datang dari pintu masuk. Sebagai sehabat yang paling dekat dengan tuan rumah acara, Lee Eunsaem harus menggantikan tugas Yerim untuk mengantarkan para tamu ke pintu keluar.
Bukan acara formal memang. Pesta ini hanya diperuntukkan untuk anak-anak muda, Yerim hanya mengundang kawan-kawan sebayanya. Tidak ada orang tua yang berpartisipasi, itu sebabnya Yerim sepenuhnya menjadi tuan rumah pesta.
Tidak mungkin dengan kondisi berantakan Yerim bisa mengantarkan para tamu-tamu itu pulang. Lee Eunsaem sepenuhnya mengerti kondisi gadis itu.
"YERIM!" Melihat kekacauan di dalam, Eunsaem dengan panik berlari menghampiri Yerim.
Eunsaem duduk di samping Yerim, memeriksa bolak-balik setiap bagian tubuhnya. "Apa kau terluka?" Tanyanya.
Yerim menggeleng pelan dan menjawab singkat. "Tidak."
Setelah itu akhirnya Eunsaem bisa menghembuskan napas lega. Ia tidak lupa memberikan Yerim penghiburan dan mengutarakan kekesalannya juga.
"Benar-benar Jeon Jungkook sialan itu! Dia bahkan tidak memberikan wajah kepada tunangannya sendiri. Ingin sekali rasanya mencbik-cabik wajahnya!" Eunsaem tidak menyembunyikan ekspresi membunuh di wajahnya sama sekali.
Sambil menepuk pundak Yerim, tatapan gadis itu melembut dan melanjutkan, "Yerim, lupakan tentang malam ini! Kita harus memberinya pelajaran. Rencanamu kali ini telah gagal, tapi kita masih memiliki banyak kesempatan dengan rencana lainnya, oke? Jangan pesimis seperti ini, aku tidak biasa melihat dirimu begini."
Yerim bersandar lemas di sofa, kini amarahnya lebih banyak berkurang dari sebelumnya. "Aku belum memikirkan rencana lainnya." Keluhnya sambil memejamkan mata.
Menatap keputusasaan sekilas Yerim, Eunsaem menghembuskan napas kecil. Ia ikut menyandarkan punggungnya di samping setelah mengeluarkan ponsel.
Tidak ada gunanya mengajak Yerim pulang sekarang, ia akan dengan keras kepala menolak. Biarkan dia dulu, Yerim akan pulang dengan sendirinya jika dia sudah bosan. Eunsaem memilih untuk menemaninya sambil memainkan ponsel, menggulirkan SNS yang belum ia buka seharian.
Baru saja membuka sosial medianya, di bagian atas beranda ponsel milik Eunsaem sudah disuguhkan dengan foto yang baru diunggah tiga menit yang lalu. Gadis itu sontak menegakkan tubuhnya karena kejutan.
Di dalam foto tersebut terdapat dua sosok pria yang sedang berpose. Keduanya berdiri di dekat sepeda motor, lengkap dengan jaket kulit. Helm yang digunakan untuk penutup kepala telah dilepas, menampakkan wajah menawan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ARCADE
FanfictionKim Yerim dan Jeon Jungkook sudah bertunangan selama tiga tahun, tapi hubungan keduanya kian hari semakin merenggang. Yerim dengan banyak ide-ide mengejutkan, tidak mampu menggerakkan Jungkook yang acuh setiap saat.