Jieranu terdiam dengan lamunan yang membebani pikirannya, dalam benaknya terbesit sebuah ketakutan yang selama ini tidak ingin dia rasakan lagi. Apakah dia akan kehilangan orang tuanya meski sudah diberikan kesempatan kembali ke masa lalu untuk merubah kehidupannya di masa depan, ataukah dia bisa menyelamatkan kedua orang tuanya agar dia bisa tetap bahagia suatu hari nanti.
Terdengar helaan nafas panjang sebelum sebuah pintu bewarna coklat dikamar tempat ia beristirahat terbuka, ia menoleh kearah ambang pintu terdapat seorang anak laki-laki berdiri menatap kearahnya dengan tangan bersedekap di dada. Wajahnya selalu berhasil membuat suasana hati Jieranu memburuk, alias kesal juga geram ingin mencakar muka sok keren itu.
"Kalo kesini cuman mau ketus ke Jie mah pergi aja" ujar Jieranu sebal hingga menarik selimut menutupi dirinya kembali.
"Gue terpaksa kali, lo disuruh makan sama bang Aan" jawab anak itu membalikkan badan dan melirik sekilas kearah Jieranu menggunakan ekor matanya.
"Gk pengen makan" Jieranu menjawab sembari mengubah posisi tidurnya untuk miring. Ia nampak gelisah, tidak tenang, bahkan semalaman tidak tidur sangking banyaknya pikiran yang ia tampung.
"Makan, kalo gk makan gue geret" ancam dia masih dengan nada ketus malas menjawab, namun tetap dia paksa.
"Jeigar pergi aja, Jie gk laper" jawab Jieranu kekeuh pada pendiriannya, sekali tidak maka tidak.
Terdengar langkah kaki Jeigar semakin dekat, sampailah Jieranu menatap Jeigar yang tiba-tiba menarik selimutnya begitu saja. Ia memandang Jieranu aneh yang selalu tidak mau nurut, untung saja dia seorang yang tidak mudah hilang kesabaran.
"Makan, katanya mau selamatin ortu lo. Kalo lo gitu terus gk akan ada habisnya, cepetan, makan dulu nanti sakit" ujarnya ketus.
"Hiss" saat ini Jieranu memilih mengalah, lagian ingat dia berada di rumah Cleon dengan menumpang dan masih diberi makan itu sama sekali membuat dia merasa tidak enak.
"Gitu kek dari tadi, bocah" gerutu Jeigar menaruh selimut Jieranu ke kasur yang sedari tadi jadi tempat ternyamannya.
"Hum, lo lebih bocah" jawab Jieranu.
"Apa lo bilang?" Jeigar bertanya hingga langkah kaki Jieranu terhenti membalikan badan kearah Jeigar.
"Lo lebih bocah, udah pendek, gembil pula" dia menarik gemas pipi Jeigar seperti sedang menggoda anak kecil, namun tak lama tangan itu ditepis sarkas.
"Bocah ngatain bocah mah gk waras, lagian lo apaan pakai kata lo-gue kaya gitu? Dikira keren?" Tanya Jeigar kesal saat nada bicaranya Jieranu tiba-tiba berubah.
"Ya gue belajar dari lo kok, mau jadi cowo gantle biar gk lemah lagi. Kalo gini berasa cool banget gue" dia senang hingga berbalik, ntah kenapa menggunakan kata yang cukup terbilang kurang baik untuk dirinya malah nyaman berada dilingkungan yang sekarang.
"Sialan" umpat Jeigar kesal "jadi diri sendiri lebih baik" gerutunya meninggal Jieranu melangkah lebih cepat.
"Ini jadi diri sendiri kok, ehhh tunguu gue gk tau dimana dapurnya" Jieranu berlari mengejar Jeigar karena dia memang belum hapal seluk beluk rumah milik Cleon.
"Cepet" geramnya menahan amarah, ntah kenapa dipanggil menggunakan kata 'Gue-Lo' dari Jieranu membuatnya tidak suka, tapi jika dia marah memang dia siapa? Hanya seorang yang bertemu kemarin karena Jieranu hanyut di sungai kan?
"Iyaa, bawel lo anak kecil" Jieranu merangkul Jeigar sampai orang yang ia rangkul mendengus sebal.
"Gosah sokap" dia hendak menarik tangan Jieranu tapi sang empu sigap mengeratkan rangkulannya hingga Jeigar sedikit tercekik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Changing Fate | Nosung
AdventureJieranu adalah manusia biasa, namun karena dia memang salah satu remaja laki laki yang malang, dia harus sebisa mungkin menjadikan dirinya sempurna. Tuntutan itu, sangat menggangu jieranu, ibu tirinya yang selalu memaksa ini itu membuat sosok jieran...