DAND 10

7 2 1
                                    


***

Pagi yang tenag terusik dengan bunyi dari benda berbentuk bulat yang bertengger diatas nakas. Suara nyaring berbunyi saat jarum-jarum didalamnya menunjuk tepat angka enam dan dua belas. Namun suara nyaring itu tidak berlangsung lama saat terdapat tangan yang terjulur dari balik selimut.

"Dasar alarm laknat! Ganggu tidur gue aja lo!" Zera merapatkan kembali kedua kelopak matanya setelah membuat alarm yang berada diatas nakas terlempar ke sudut kamar dan berubah menjadi kepingan-kepingan kecil.

Tapi baru saja akan menyelami alam mimpinya lagi, suara lain kembali menginterupsi.

"Zera! Bangun kamu! Sekolah! Makannya kalo malam itu tidur, bukan malah keluyuran. Kamu itu anak perempuan tapi kelakuan sama aja sama abang kamu! Mama pusing mikirin kalian berdua." Anggun yang memang baru pulang tadi subuh langsung dibuat pusing dengan laporan satpam rumah tentang kedua anaknya yang baru pulang jam 2 pagi.
Bila yang satpam sebutkan Zero, Anggun sudah tidak kaget lagi walaupun juga tidak bisa menerima, tapi ia dibuat tambah tidak bisa menerima dengan nama Zera yang juga disebut oleh pak satpam.

Suara nyaring itu kembali membuat Zera menggerakan tangannya tapi tidak dengan membuka mata. Tangan Anggun dengan sigap menarik selimut yang membungkus orang diatas kasur dihadapannya itu. Melihat anak perempuannya yang masih belum membuka kedua matanya tangan Anggun kembali bergerak kearah telinga Zera.

"Aw. Mama sakit. Aduh! Kuping Zera nanti copot ma!" Zera mencoba mengumpulkan kesadarannya dengan cepat saat merasakan sakit pada telinganya.

Bukannya melepas jewerannya saat mendengar ringisan sang anak, Anggun malah melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan tanpa banyak bicara diambilnya gayung lengkap berisi air dari bak mandi lalu menyiramkannya pada Zera yang masih mencoba mengumpulkan kesadarannya.

"Uhuk. Hua... Mama... Zera berubah jadi plojen Ma!" kesadaran yang dari tadi coba Zera kumpulkan perlahan sekarang sudah terkumpul semua sesaat air dingin yang disiramkan mamanya tanpa permisi.

"Mandi. Mama tunggu sarapan dibawah!" langkah kaki Anggun berjalan dengan pasti meninggalkan Zera yang sudah melotot kedinginan.

Mulut Zera terkatup rapat menahan sumpah serapah yang ingin ia lontarkan pada orang yang sudah melahirkannya kedunia itu.

"Inget Ra. Mama udah berjuang 9 bulan mengandung lo dan bertaruh nyawa saat melahirkan lo." kedua mata Zera terpejam sambil mengatur ritme napasnya.

Satu detik

Dua detik.

Tiga detik.

"Hua... Kucing, kelinci, ayam, domba, badak, onta, an... astaghfirullah, innalilahi maling jemuran tetangga!" teriakan Zera dalam satu tarikan napas.

"Mandi Zera! Nggak usah baca puisi!" teriak Mama Anggun yang merasakan panas pada kupingnya.

Zera menghembuskan napas lelah mendengar teriakan mamanya dan memilih mandi dengan air dingin dihadapannya agar otaknya juga ikut dingin. 20 menit waktu yang Zera habiskan di kamar mandi dengan segala ritualnya.

Setelah keluar dari kamar mandi, kini langkahnya menuju lemari dan mengambil seragam untuk hari ini. Siap dengan seragamnya kini Zera berkutat didepan meja belajarnya untuk menyisir rambutnya untuk dikuncir jadi satu dan memberi bibirnya sedikit lip tint. Tangannya meraih tas yang tergeletak disebelah meja belajar sebelum kakinya berjalan meninggalkan kamar untuk turun ke bawah.

Zera menuruni anak tangga dengan tas yang ia gendong sebelah. Tadinya ia ingin menjahili kembarannya saat melewati kamar Zero, namun urung karena tidak ada targetnya saat membuka pintu kamar Zero.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang