4.

71 12 0
                                    

Author POV

Beberapa hari kemudian

"Bu...,"

"Di sini aja, temenin aku,"

Suara serak dari seorang perempuan muda yang tengah terbaring tak berdaya di atas kasur miliknya. Meminta dan memohon kepada sang Ibu agar selalu berada didekatnya.

"Panasnya lumayan turun," ujar si Ibu.

Si Ibu pun mengganti kompres seorang perempuan muda tersebut, sebut saja si anak. Dengan kompres yang baru.

"Bu....,"

Si anak memohon lagi kepada Ibunya, namun Si Ibu hanya tersenyum.

"Sayang," Si Ibu mulai membuka suara.

Si Ibu mendekatkan diri, kemudian berbaring untuk tidur bersama anaknya itu.

"...,"

Belaian kasih sayang terus diberikan kepada si anak yang sedang lemah itu. Menatap penuh kebingungan saat kedua mata si anak penuh dengan amat sangat permohonan.

Namun, si ibu tak sanggup berucap kalimat yang mengganjal di hati. Si ibu bimbang.

"Putri," panggil lembut si ibu.

Iya, kalian tak salah dengar nama panggilan itu. Nama si anak adalah Putri!.

Ibu Putri tersenyum pahit saat melihat Putri sakit.

"Ibu tau, kamu kesepian," akhirnya si ibu membuka suara.

"Aa' kamu, Ayah, Kakek sama Nenek. Ibu tau, kalian semua pengen ibu disini aja, tapi...," Ibu menggantung ucapannya.

"Kamu tau kan masalah keluarga kita ini?,"

"Kita punya hutang banyak sayang. Makanya kita semua kerja buat ngelunasin hutang itu," lanjut si Ibu.

Putri yang mendengar penjelasan itu, wajahnya langsung menunjukkan marah.

"Tapi Bu, itu kan bukan kewajiban kita buat ngelunasin hutang!. Itu kan gara-gara Om Asep, Bu!," ucap Putri.

"Gara-gara orang itu keluarga kita yang jadi tumbal!," lanjut Putri.

Sang ibu tersentak kaget melihat anaknya itu yang berbicara dengan nada tinggi.

"Kita di peras habis-habisan Bu, makanya udah beberapa kali aku bilang ke ibu. Lebih baik kita minta tolong atau engga kita laporin ke kerajaan!. Kan calon Ratu itu temennya ibu dulu waktu kuliah. Kalo kita kayak gini terus, padahal bukan kita yang ngelakuin ya kita yang susah, Bu!," meskipun lemas tak berdaya, Putri tetap mengeluarkan unek-unek nya.

Ibunya, hanya diam dengan tatapan sendu. Tak mampu menjawab kalimat demi kalimat yang di lontarkan oleh sang anak.

"Em... Udah sayang cukup. Ayo diminum obatnya terus istirahat," si ibu pun bangun kemudian mengalihkan pembicaraan lalu menyodorkan beberapa obat dan segelas air putih.

Putri yang melihat itu, hanya bisa menghembuskan nafas beratnya. Kemudian meminum obat yang diberikan.

Lalu tak lama, dia pun perlahan mulai tertidur karena efek obat.

'Seharusnya kamu ga mikirin ini semua nak. Biarin Ibu sama Ayah aja yang tanggung jawab ini semua'

'Bukannya kita ga mau minta tolong atau ngelaporin Om kamu, tapi..... andaikan kamu tau. Kalo kita ga ngelunasin hutang itu..... Kamu.....'

'Huh..... Maaf ya sayang' batin Ibu Putri.

Seketika air mata keluar membasahi pipi Ibu Putri. Dia tak sanggup, tak sanggup membayangkan bagaimana jika keluarganya tak mau untuk membayar hutang itu.

Blue Rose and The SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang