Perjalanan dari Mt. Cook Alpine Salmon Shop menuju Aoraki Mount Cook Village kurang lebih memakan waktu selama 45 menit. Oji melajukan mobil dengan santai sambil menikmati pemandangan gunung yang terbentang, mencoba nggak tergoda dengan jalanan yang cukup lengang dan menambah kecepatannya.
Karena selain nggak ingin kena tilang atau berurusan dengan polisi di negara yang baru pertama kali disinggahinya ini, jalanan yang cukup berkelok-kelok dan naik turun bukit juga membuat Oji cukup ngeri. Nggak kebayang kalau lagi musim salju bakal gimana, apalagi kondisi jalan juga bakal jadi licin.
Sementara Oji menyetir, Yessi yang duduk di sampingnya asyik menikmati cemilan yang mereka beli saat di Christchurch kemarin. Hamparan langit biru terlihat jelas di pandangan mereka, seolah-olah begitu dekat dengan mereka dan mampu diraih. Yessi membaca papan tanda yang berada di sepanjang jalan yang menunjukkan nama tempat, serta jarak kilometernya.
"Kita liat-liat ke Mount Cook Village dulu kali ya, abis itu baru hiking." Usul Oji.
"Emang ada apa di sana?"
Oji mengedikkan bahu. "Nggak tau juga, makanya penasaran. Village itu maksudnya tempat penduduk aslinya atau gimana."
"Eh kita nanti malem tidur di mana?" Tanya Yessi, baru sadar mereka belum memutuskan bermalam di mana karena tadi Oji bimbang memutuskan apakah mereka akan bermalam di Mount Cook National Park atau Twizel.
Iya, akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di antara dua tempat itu dan nggak jadi langsung menuju Wanaka hari ini. Karena setelah dipikir-pikir sayang banget harus melewatkan beberapa tempat dan langsung menuju Wanaka.
"Twizel aja lah, cari motel deket situ. Terus besok baru lanjut ke Wanaka. Biar sekalian capek gue, terus tinggal lanjut aja. Soalnya abis dari hiking juga kita muter balik lewat pukaki lagi ke Twizel."
Yessi mengangkat kedua alisnya, baru mendengar informasi ini. "Oh, ini bukan lanjut terus aja? Gue kira searah ke Wanaka juga ini."
"Enggak, muter lagi. Tapi gue liat rute road trip orang-orang emang pada gitu sih." Oji kemudian mengulurkan ponselnya pada Yessi. "Yes, coba lo cari motel di deket Twizel. Booking yang roomnya ada twin bed. Tenang aja, nggak akan macem-macem gue." Cerocos Oji panjang lebar sebelum Yessi menentang idenya dan menuduhnya macam-macam.
"Kalo pisah room sumpah bakal ribet! Lo pasti kelabakan bangunin gue. Atau gue kesusahan bangunin lo nanti. Malem ini nggak camping-campingan dulu deh, gue lagi pengen tidur di kasur. Capek." Lanjut Oji lagi.
"Ya elah, baru hari kedua juga. Sehari tidur di tenda aja udah ngeluh. Mana jiwa petualang lo?" Timpal Yessi sambil jari-jarinya bergulir di layar ponsel Oji, mencari motel yang cukup terjangkau tapi tetap nyaman untuk mereka.
"Kalo jadi passanger princess emang enak banget sih ngomongnya."
Yessi cuma balas dengan tawa kecil, masih asyik cari-cari tempat penginapan di ponsel Oji. Dan akhirnya setelah beberapa saat menyusuri aplikasi yang menampilkan berbagai jenis penganapan dan harganya, Yessi menemukan sebuah motel yang berada di sekitar Twizel dengan harga yang cukup terjangkau. Masih dibawah satu juta, soalnya cukup sulit untuk mencari motel dengan harga segitu. Sepertinya motel yang dipilih Yessi juga memang targetnya adalah para pelancong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Owl and Wolf
Fanfictionwhat happen if Yessi and Oji decided to have short escape from all shits that happened in their life?