•••
semuanya tengah berada di kamar Bianca. yang ukuran nya tidak wajar sama sekali. begitu besar dan luas.
Saskia, Dinda, dan Amara sudah beberapa kali memainkan play station 3 milik Bianca di kamarnya.
jangan tanya kenapa Bianca memiliki nya, itu tentu saja karena dia membeli nya untuk teman-temannya mainkan jika mereka tengah bermain di kamarnya.
sedangkan, tiga gadis lain tengah rebahan di king size bed milik Bianca yang cukup untuk mereka berenam sekalipun.
dari kamar Bianca, mereka bisa melihat kearah balkon yang di tutupi jendela kaca besar. pemandangan nya sungguh terlihat indah, langit biru dan bintang-bintang yang berkilauan.
"pasti lu tiap malem mimpi indah, bi."
"nggak juga, sih. aku sering kali gabisa tidur, Ka."
Kania meliriknya dengan tatapan heran.
"kenapa coba? kamar lu senyaman ini, lho.""hm, kamar ini emang enaken, sih. cuman... kamar yang terlalu luas dan besar buat aku sendiri, kadang aku ngerasa kesepian. aku sering nangis kalo udah waktu tidur, karena aku takut sendirian." ujar Bianca dengan nada yang lirih.
"eh, serius, bi? l-lo gapapa, kan? kenapa ga telepon kita aja?" Kania mulai merasa khawatir melihat ekspresi Bianca menjadi murung.
Bianca menggeleng kecil sambil tersenyum manis.
"gak, gapapa. tiap aku nangis, kakak selalu datang ke kamar aku. dia gak pernah gak datang kalo aku lagi nangis."
"oh? padahal jarak kalian cukup berjauhan, kan?"
tanya Jessica sambil menopang dagu nya dengan tangan nya setelah melemparkan ponsel nya di kasur dengan sembarangan.
"iya. ada tempat khusus buat aku dan kakak. jadi, kayak ada dua rumah. emang ada dua, sih. pas masuk lewat gerbang depan itu kan ada dua jalur, ya. kalo ambil ke kanan itu kediaman kakak. tapi lumayan agak jauh lagi sih jalan nya, dan kalo ke kiri, kesini deh. tempat aku!"
"kediaman? buset, udah kayak kerajaan-kerajaan aja."
"gila, sampe dua rumah gitu, ya!"
"keselek kenyataan pahit, gue!" ujar Saskia yang masih bermain play station di televisi besar milik Bianca.
"yang kaya-kaya aja, kia." sindir Amara, dia pun ikut iri sebenarnya.
"rumah lu aja udah gede banget bi, apalagi rumah abang lu, ya?"
"hmm, mungkin...? kayaknya iya, sih, Ka."
"kok mungkin? jangan bilang lu gapernah ke rumah dia?"
Bianca mengangguk dengan murung setelah beberapa menit hening. semuanya, termasuk yang sedang bermain PS, menoleh kaget ke arah Bianca.
"t-the hell??"
"kalian ini adik kakak, kan?"
"yah, gua tau sih Abang lu emang dingin banget. but .... broh???"
Amara, Saskia, dan Dinda langsung teriak keheranan namun juga emosi.
Bianca terdiam, dia menundukkan kepalanya ke bawah. tubuhnya sedikit gemetar, namun tidak terlalu kelihatan.
tapi, karena Kania berada cukup dekat dengan nya, dia bisa merasakan nya.
"it's okay, bi. kalo lu gabisa cerita sekarang ke kita, gausah maksain." ucap Kania dengan senyuman seraya menepuk pundak Bianca.
"kalo lu udah siap buat cerita, kasih tau kita, ya. kita semua pasti selalu siap dengerin cerita lo!" tambah Jessica sambil tersenyum ramah.
Bianca melebarkan matanya terkejut, namun tak lama dia tersenyum kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑯𝑴𝑰𝑳𝒀 : 𝓱𝓸𝔀 𝓶𝓾𝓬𝓱 𝓲 𝓵𝓸𝓿𝓮 𝔂𝓸𝓾
Teen Fiction"aku harus segera menyatakan cintaku pada Kak Liam! tapi aku takut dia menjauhi ku." ini tentang gadis yang memiliki nasib kurang beruntung di masa lalu nya. saat remaja, perlahan-lahan gadis cantik dan kalem bernama Kania Pricilla ini mulai melihat...