2

0 0 0
                                    

Di hari lain tepat di malam harinya, salah satu bar yang terletak di pinggir kota penuh sesak dengan orang-orang yang mencari kesenangan untuk menghilangkan kepahitan dari dunianya.

Pintu bar tidak berhentinya terbuka menandakan tamu yang terus menerus datang. Sampai di pintu masuk itu menunjukkan gadis bertubuh jenjang dengan baju tanpa lengan dan hotpants yang melengkapi penampilan indanya, memasuki ruangan bar itu.

Kakinya melangkah menyusuri tempat itu dengan matanya yang menatap para pelanggan yang menikmati dunianya sendiri.

"Satu tequilla," pesannya saat memilih duduk di depan meja bartender.

"Kau baru disini?" tanya bartender berbasa-basi untuk membuka topik.

"Bisa di bilang begitu," jawabnya dengan tersenyum manis.

Setelahnya matanya kembali melirik area itu dengan tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Kau mencari patner ya disini?" tanya bartender itu sambil menyerahkan segelas pesanannya tadi.

Gadis itu menatap lekat si bartender dan tertawa kecil setelahnya.

"Entahlah, mungkin saja begitu jika aku menemui yang cocok."

"Lalu bagaiamana denganku?" tanya laki-laki berambut mangkok yang mendekati mereka.

Gadis itu menelisik penampilan laki-laki tadi dan menggelengkan kepalanya sebagai respon cepat.

"Mungkin, tidak. Maaf." tolaknya tegas dan kembali menghadap arah lain membuat laki-laki itu kecewa karena merasa tidak do hargai.

lagipula bukan kau yang sedang ku cari, batin gadis itu sambil menyesap minumannya.

Sudah hampir setengah jam dia disitu dengan minumannya yang entah sudah berapa kali di isi ulangnya. Namun, orang yang di carinya tidak kunjung datang.

haruskah kuubah arah tujuanku. apa sebaiknya kita bersenang-senang saja. pikirnya yang sudah mulai jengah untuk menunggu lebih lama.

Tangannya yang lentik menari di pinggiran gelas, dengan lentiknya memutari ujung gelas sambil berpikir sesuatu.

"Apa kau sudah bosan disini, nona?" tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul dan mendekati dirinya sambil memesan minuman.

Gadis itu tersentak dari lamunannya dan melirik ke arah orang yang mengajaknya berbicara.

Keadaan di ruangan itu terlihat gelap namun sedikit remang-remang dengan berbagai cahaya kecil disudut ruangan.

Namun, jika jaraknya sedekat ini, gadis itu dapat melihat dengan jelas lawan bicaranya. Senyuman kecil tercipta di sudutnya, merasa dirinya tidak perlu menunggu lebih lama lagi.

Bibirnya sedikit memaju, menunjukkan bahwa dia benar-benar bosan disitu.

"Sepertinya begitu. Aku merasa tidak ada yang menarik di mataku," jawabnya.

"Begitu juga denganku?" tanya pria itu dengan nada flirtingnya.

Gadis itu tertawa kecil dan kembali berkata, "Aku tidak tau. Kau baru saja datang mendekatiku, bagaimana itu bisa membuat ku tertarik?"

"Mungkin setelah kita saling menukar pembicaraan kita akan menemukan kecocokan?" ucapnya sambil menyesap minumannya.

"Begitukah?"

"Ya, tentu saja. Tertarik untuk mencobanya?"

"Boleh saja tapi kau harus tau aku tidak ahli dalam mencari topik pembicaraan," jawab gadis itu sambil memainkan gelas minumannya.

"Kau tidak perlu khawatir karena aku sangat ahli dalam hal itu."

Mendapat respon jawaban begitu, gadis itu kembali tertawa kecil.

"Begitukah?"

"Iya, kau lihat kita belum memulainya tapi kita sudah menemukan satu kecocokan yang saling melengkapi."

Gadis itu kembali tertawa menerima godaan kalimat dari pria itu. Dirinya tidak menyangka bahwa pria incaran mereka itu sangat pandai berakting laki-laki playboy.

Berakting? Ah, tentu bisa jadi. Namun, dirinya hanya menanggapi permainan dari pria itu.

"Aku tidak sabar untuk melihag kecocokan lainnya." ungkap gadis itu menatap ke arah pria di sampingnya.

Tatapannya di balas dengan pria itu bersamaan menghadapnya. Mereka berbagi tatapan yang menghangatkan. Siapapun orang yang melihatnya, akan merasa mereka sedang jatuh cinta dengan tatapan tulus seperti itu.

Tapi, tentu saja mereka tidak tau apa yang sebenarnya yang ada di pikiran dua orang itu.

Pria itu mengulurkan tangannya dan tersenyum manis sambil berkata, "Aku Garel."

Gadis itu menyambut uluran tangannya dan ikut memperkenalkan diri.

"Aku Vriska," sautnya dengan lembut.

Garel mengelus lembut tangan itu dan menciumnya sebentar kemudian kembali menatap gadis di depannya.

"Tanganmu sangat lembut, namamu sangat cantik, memang terlihat sangat cocok dengan orangnya."

Vriska tersenyum mendengar kalimat godaan itu.

"Terimakasih. "

Mereka kembali sama-sama tersenyum hangat. Setelah genggaman tangan itu terlepas, Garel membuka pembicaraan dengan hal-hal yang menarik untuk di bahas. Sehingga percakapan mereka terus berlangsung lama tanpa mereka sadari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forced Proximity (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang