Chapter 1

142 19 7
                                    

Suara sirine ambulans jelas jelas menghiasi club milik Jimmy lantaran pemuda manis yang tiba tiba saja pingsan setelah mendapatkan suntikan cepat yang seakan di tancapkan begitu saja oleh pemuda yang sebelumnya nyatanya menjadi tamu salah satu tamu VIP disana.

Aou Thanaboon Kiatniran—sepupu jauh dari pemilik club yang saat ini tengah menatap nya dengan tajam.

"Sorry brother aku mengacaukan suasana club mu ini. Aku tahu kau tak menyukai nya. Sekali lagi maaf kan aku. Jangan laporkan aku pada orang tuaku bahwa aku membuat kekacauan disini okay?" Lirih Aou sedikit memelas, yang kemudian segera berlari masuk ke dalam ambulans bersama dengan Sea yang berada di dalam nya.

"Urus kekacauan ini," lirih Jimmy dingin tak mau ambil pusing meninggalkan lokasi.

Ia tak habis fikir sepupu nya akan membuat ulah di tengah tengah kedamaian nya itu.

Langkah kaki Jimmy membawa nya menuju mobil nya yang terparkir khusus pada salah satu tempat valet.

'Apa dia baik baik saja?' Monolog Jimmy tanpa sadar terfikir begitu saja pada alam bawah sadarnya.

"Ck, apa yang aku fikirkan? Mengapa aku bisa memikirkan nya? Woah seperti nya aku benar benar kurang tidur," gerutu Jimmy ketika menyadari apa yang sempat terbesit di kepalanya.

Setelah nya ia duduk di kursi kemudi dan melajukan mobil nya menuju salah satu apartemen miliknya.

***

"Dok, bagaimana keadaan sahabat saya?"

Sang dokter tak langsung menjawab, melainkan ia menatap ke arah Aou dengan cukup serius.

"Pasien baru saja melewati masa kritis nya, beruntung pasien dengan cepat mendapatkan penanganan pertama, karena jika tidak bisa jadi keadaan pasien lebih buruk dari ini dan terjadi hal yang fatal."

Ada kelegaan yang di katakan oleh dokter nya itu, hanya saja rasa bersalah Aou semakin membendung di dalam hati nya. Ia fikir alergi Sea tak separah itu, bahkan seringkali ia bergurau pada Sea menanyakan untuk apa pentingnya membawa kotak yang berisi suntikan adrenalin tersebut.

"Melihat dari kondisi Alergi pasien, sebaiknya beberapa waktu ke depan, pasien benar benar menghindari tempat tempat yang berdebu, dan juga hindari pantangan lainnya yang di miliki pasien, sebab tadi pasien sudah mengalami anafilatik syok. Hingga saat ini pasien belum sadarkan diri."

Aou menganggukan kepala nya. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk ke depannya ia benar benar akan menjaga Sea.

Dokter yang bertemu dengan Aou tak lupa memberitahu pada Aou bahwa Sea akan berada di ICU terlebih dahulu hingga keadaannya benar benar stabil, baru dapat di pindahkan ke ruang rawat inap.

.

.

Beberapa kali Aou menghembuskan nafasnya berusaha menenangkan emosi nya yang tak stabil itu.

"Sayang," lirih seorang pemuda manis yang kini duduk di bangku kosong samping Aou.

Aou spontan menolehkan kepala nya ke arah sumber suara.

"Seharusnya aku tak memaksanya. Aku sahabat yang buruk bukan?" lirih Aou terlihat sedih ke arah sang kekasih Boom.

Gelengan kepala di berikan oleh Boom pada Aou, karena bagaimanapun juga menurut Boom perkataan tersebut tak tepat.

"Aku yang salah, bukankah aku yang memintamu mengajak Sea ikut bergabung? Jadi aku yang salah, jangan salah kan dirimu," ujar Boom yang kini menggenggam tangan Aou.

Benar ada nya jika Boom lah yang meminta Aou mengajak Sea bergabung di acara ulang tahun Aou selaku sahabat Aou sendiri, hanya saja Boom tak tahu jika Sea memiliki alergi yang akut sehingga dapat terjadi demikian.

Jika ia tahu mungkin Boom tak akan mengatakan demikian.

"Kau tak tahu akan alergi Sea, tapi aku tahu dia memiliki alergi, walaupun aku tak tahu separah apa hal tersebut dapat berakibat fatal padanya."

Boom tak lagi hanya memeluk sang kekasih, melainkan memeluknya. Ia berusaha menenangkan kekasih nya yang cukup kalut.

Ia tahu betul bahwa Aou dan Sea bersahabat dekat, bahkan sebelum mengenal nya, Aou jauh lebih mengenal Sea lebih dahulu, bahkan Sea juga lah yang membantu hubungan dirinya dan Aou sehingga seperti sekarang ini.

"Sea akan baik baik saja sayang," ujar Boom pada akhirnya pada sang kekasih.

Anggukan kepala pelan Aou berikan pada Boom, ia berusaha mendengarkan apa yang di katakan oleh Boom. Lagi pula hal yang telah terjadi tak dapat ia putar ulang kembali bukan?

***

Gelak tawa terdengar cukup melengking terdengar di dalam salah satu ruangan di rumah besar kediaman seorang mafia yang cukup di segani di kalangan mereka.

"Sepertinya bocah itu sedang di uji," celetuk pria itu ketika mendengar salah satu informasi dari anak buah nya dimana menemukan salah satu club musuh nya sedikit mendapatkan masalah malam ini.

Sang anak buah seperti biasan hanya dapat patuh mengangguk anggukan kepala mengikuti perkataan pria itu.

Tentu saja tak ada yang berani membantah pria itu. Bermain main dengan pria itu berarti sama saja tengah mengantar nyawa dengan nya.

"Bukankah sebaiknya kita mengambil kesempatan pada waktu seperti ini? Ku yakin ia tengah melonggarkan sedikit pengawasan nya," ujar prediksi pria itu dengan santai nya.

Tanpa aba aba pria itu segera menginstruksi kan anak buah nya untuk mengambil tindakan dimana ia akan sedikit menyentil musuh nya dengan caranya sendiri.

"Aku tak sabar melihat reaksi nya jika usaha nya satu persatu mulai runtuh," ujar pria itu sembari tertawa membayangkan jauh kedepan akan kehancuran musuh kecil nya.

Ya, ia menganggap musuh nya itu adalah musuh kecil nya lantaran usia kedua mafia itu terpaut cukup jauh.

"Ah, ucapkan terimakasih pada si pembuat skandal," ujar pria itu dengan santai nya.

"Baik Tuan."

'Jika saja dulu tak memancingku, maka mungkin aku tak akan membuat masalah padamu anak baru.'

——***——


To Be Continued

Leave a comment, and vote

.
.

CA

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang