Setelah bermotor sekian jam lamanya, Andi merasa lega begitu tiba di kawasan itu. Ia sempat pangling, sebab kawasan Kecamatan Rungkut telah begitu banyak berubah dibandingkan terakhir kali ia di sana. Dahulu kawasan itu sepi dan tenang. Kini kawasan itu telah ramai dengan beragam minimarket, kafe, dan tempat-tempat yang menawarkan berbagai macam jenis kuliner.
Andi berhenti sejenak di minimarket yang terletak di jalan kembar di sebelah utara kampus Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Ia membeli sebotol kopi, kemudian duduk di kursi yang tersedia di teras. Ia menarik napas dalam-dalam, menghirup udara yang dia rindukan. Dia berada di Medokan Asri Barat, yang dekat dengan kawasan Penjaringan Sari. Itu adalah dua tempat di mana ia tinggal dari kecil hingga menjelang tamat SMA. Seandainya tidak ada konflik internal yang berkepanjangan dalam keluarganya sendiri, mungkin ia tidak akan pindah rumah jauh dari sana.
Ia baru saja diterima bekerja sebagai pengajar lepas yang akan mengisi ekstrakurikuler kelas menulis, di sebuah SD swasta di lingkungan Darmo. Tugas kerjanya sudah cukup menyenangkan menurut Andi. Untuk saat ini dia tidak merisaukan akan mendapatkan gaji berapa, selama masih cukup untuk membiayai operasional bulanannya. Untuk biaya kuliahnya, ia masih bisa menyisihkan. Opsi terakhir adalah meminta kepada keluarganya, yang meskipun keluarganya akan membantu dengan senang hati, ia merasa opsi itu akan merenggut independensi berikut harga dirinya sampai seterusnya.
Saat ini Andi sedang berkuliah di Universitas Terbuka. Dulu ia pernah berkuliah di kampus negeri konvensional, tetapi tidak berlanjut. Ia mengambil jurusan sastra Inggris dengan bidang minat penerjemahan. Ia merasa menyesal karena baru mengetahui kemampuan diri dan minatnya setelah sekian tahun berada di jurusan yang berbeda. Sudah banyak tahun yang terbuang karenanya.
Ia berkeliling di area Rungkut dengan maksud mencari kos. Darmo memang terletak agak jauh dari Rungkut. Namun, bukan itu tujuan Andi mencari kos. Ia mencari kos di Rungkut semata-mata agar dia bisa tinggal di sana lagi. Bisa dibilang ada semacam rasa sentimental masa kecil.
Sudah ada beberapa rumah kos yang dia datangi, tapi selalu penuh. Waktu itu adalah dimulainya tahun ajaran baru, dan banyak rumah kos yang penuh dengan mahasiswa ataupun calon mahasiswa UPN.
Namun, ada satu tempat yang belum coba didatangi oleh Andi. Itu adalah sebuah rumah besar yang terletak di tepi jalan kembar itu. Saat ia menekan bel, datanglah seorang pria tua yang masih tampak tegap. Ia memperkenalkan diri sebagai Pak Suryadi.
"Selamat sore, apa masih ada kamar kosong di sini?"
"Masih ada, tinggal satu kamar. Dan memang hanya satu kamar yang disewakan di sini."
Kamar itu menghadap langsung ke jalan. Tirai jendela yang hijau membiaskan sinar matahari yang terpantul dari jalan. Ukurannya sangat luas bila dibandingkan standar kamar kos mahasiswa. Perabotnya lengkap, mulai dari meja kerja, almari, ranjang, sampai televisi dan AC. Pasti sewa per bulannya mahal, begitu pikir Andi. Namun ia salah. Pak Suryadi justru menyebutkan harga yang murah, lebih murah daripada kamar kos lain yang tidak seluas dan tidak selengkap ini. Maka, langsung saja Andi menyewanya.
Rumah tempat kamar itu berada adalah rumah yang besar, nyaris seperti puri. Tentunya ada banyak kamar di sana, tetapi hanya kamar menghadap jalan ini saja yang disewakan.
Ia masuk, memandang sekeliling kamar itu dan menghirup dalam-dalam udaranya. Kemudian ia berpikir, kamar ini pasti menyimpan sejarah yang panjang. Ia bertanya-tanya, kira-kira siapa saja orang yang pernah tinggal di sini. Ketika ia menghirup udara di kamar itu, secara samar tercium bau apak debu, sebagai tanda bahwa kamar ini tidak ditempati dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Andi pun beristirahat sejenak. Yang terpenting, ia sangat gembira dapat tinggal di Rungkut kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar di Tepi Jalan
Ficción General[Cerita ini diikutsertakan pada Marathon Writing Month NPC 2024] Sebuah kamar di tepi jalan raya Medokan Asri menyimpan kenangan sekaligus misteri. Banyak rumor bahwa siapapun yang tinggal di kamar itu berakhir nahas. Mereka semua lenyap tanpa jejak...