Ilesha Mutiadaksa : Apa kabar miskah?
Ilesha Mutiadaksa : Suda terhitung 10 jam kita tak berkomunikasi
Ilesha Mutiadaksa : Soal karcis parkir aku minta maaf, gak sengaja sumpa hehe....Ilesha menggulingkan tubuhnya dengan terlentang di atas karpet berbulu. Pesan 5 menit yang lalu sama sekali belum dibaca oleh Bentala. Ia menoleh ke kanan, di mana seorang anak kecil sedang bermain dengan boneka Barbie. Ilesha bersyukur keponakannya itu anteng, jadi ia tak perlu repot-repot mengasuhnya.
Ilesha kembali menggulingkan tubuhnya sampai tengkurap. Ia kembali mengetikkan pesan pada Bentala. Ilesha tak tenang, merasa dihantui rasa bersalah pada Bentala.
Haruskah ia menyalahkan kertas tak berdosa itu? Atau menyalahkan kecerobohannya?
Tentu saja ia akan menyalahkan kertas sialan yang telah membuatnya frustrasi itu!
Ilesha Mutiadaksa : Kak Ruhi marah gak?
Ilesha Mutiadaksa : Zayn jawab gak luh, bazeng!Ruhiana Putri Syailendra, guru sekaligus kakak dari Bentala, adalah salah satu harapan mereka tadi pagi. Jika bukan karena Ruhi, sudah dipastikan mereka pulang dengan kendaraan umum atau mungkin jalan kaki. Untungnya, dengan baik hati Kak Amani mau membawakan STNK milik Bentala dan menghampirinya jauh-jauh dari desa ke kota.
Ilesha hanya takut Bentala mengadu pada Ruhi jika yang menghilangkan kertas parkir itu adalah dirinya. Karena tadi Ruhi langsung menyalahkan Bentala begitu saja, namun yang dituduh malah diam tanpa merespons apa pun, hanya pergerakan yang ia tunjukkan dan langsung membereskan semuanya. Jika Bentala memberitahu, bisa-bisa hubungannya terguncang hebat, dan ia mungkin tidak akan mendapatkan restu dari Ruhi. Apalagi, pertemuan mereka sangat tidak terduga.
Ting
Ilesha tersenyum saat pesan yang ia tunggu-tunggu dari 10 jam yang lalu akhirnya muncul.
Bentala Zayn Shailendra: Teteh marah
Deg! Dua kalimat namun sudah membuat jantungnya hampir merosot ke lambung.
Bentala Zayn Shailendra : Nanti aku kabarin lagi
P maksud? Ilesha langsung bergerak lincah di layar ponselnya. Tidak bisa seperti itu. Harusnya Bentala menjelaskannya terlebih dahulu dan bercerita bagaimana kakaknya itu marah padanya, bukan malah bilang seakan-akan sedang terjadi perang Badar antar kedua persaudaraan itu.
Ilesha Mutiadaksa: Kak Ruhi marah pisan ya, Ay?
Ilesha Mutiadaksa: pliiss... Ayangg hampura. Sumpah aku gak sengaja!!!
Ilesha Mutiadaksa: ppp
Ilesha Mutiadaksa: Bentala
Ilesha Mutiadaksa: Zayn
Ilesha Mutiadaksa: Shailendra
Ilesha Mutiadaksa: Anj centang hiji
Ilesha Mutiadaksa: kehed! kamana maneh!
Ilesha Mutiadaksa: si anying bikin overthingking waeee•••🦋•••
"Anying! Cewek sia beneran ilangin karcis parkir, Tal?" tanya Naksatra yang masih tak percaya dengan apa yang Bentala ceritakan pada ketiga temannya itu.
Bentala, Rafi, dan Harsa menoleh. "Satu kali nanya lagi lo dapet gelas selusin, Tra," ujar Rafi sambil melempar cangkang kacang rebus ke wajah cowok tersebut. Sudah terhitung hampir 12 kali Naksatra mengulang pertanyaan itu.
"Tau tuh, lo nanya udah kayak gak ada topik lain aja! Lagian Bentala juga udah gak ngebahas dari tadi," sambung Harsa.
Ngomong-ngomong tentang Harsa dan Bentala, kedua cowok itu sudah kembali baikan. Mereka sudah lama kenal dan memahami sifat satu sama lain. Walau sering terlibat perdebatan, mereka selalu cepat berdamai. Bagi mereka, persahabatan lebih penting daripada masalah kecil. Yang lalu biarlah berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ephemeral (Tamat)
Teen FictionGengre: Romance, Misteri •••🦋••• Sinopsis: Ilesha Mutiadaksa adalah seorang gadis yang dibayangi masa lalu kelam, membuatnya berjanji untuk tidak lagi membuka hati pada siapa pun. Namun, semua berubah ketika Bentala Zayn Shailendra hadir dalam hi...