Menceritakan tentang kisah cinta antara mantan atlet ice skating yang cantik dengan lelaki tampan yang berprofesi sebagai pengusaha developer real estate. Semua tokoh berdasarkan sinet Ikatan Cinta.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Masa lalu Andin bagian 2
🦊🦊🦊
"Siapa anda?" tanya Andin lagi, kembali teringat kalau pria asing ini belum menjawab pertanyaannya.
"Pedro, kau hanya perlu memanggilku dengan nama itu, Andini." katanya sambil terkekeh.
Andin mengerutkan alisnya mendengar suara kekehan itu, apakah ada yang lucu sampai membuat pria bernama Pedro ini tertawa begitu?
"Anda tahu nama saya."
"Siapa yang tidak mengenal seorang skater berbakat dari Essen. Wajah cantikmu sudah banyak berkeliaran di televisi dan juga majalah olahraga, sayang."
Andin yang mendengar panggilan sayang tersebut, merasa jijik dan itu terlihat jelas di wajahnya yang tidak Andin tutupi.
"Irvan bersama anda, apakah benar?"
Pedro mengangkat bahu, seperti tak peduli dengan pertanyaan dari gadis di depannya, "Si keparat itu memang berada di tempatku! Dan itu lah alasan mengapa aku berada di sini. Menjemputmu."
"Menjemputku?" Beo Andin mengikuti.
"Kau akan tahu apa yang aku maksud nanti setelah kau ikut denganku, Andini."
Andin berdiri, tapi bahunya di pegang dari belakang dengan kuat.
"Aku tidak mau ikut denganmu Mr. Pedro. Dengan segala hormat yang saya miliki untuk anda, tolong keluar dari rumah ini, sebelum saya memanggil polisi. Percayalah, saya akan melakukannya kalau anda juga tidak membawa ayah saya kembali ke sini."
Pedro tertawa keras mendengar ancaman dari seorang gadis yang tingginya bahkan tak sampai dadanya tersebut.
Di bandingkan dengan beberapa gadis seusianya yang akan takut dan menangis jika melihat kehadiran dirinya, keteguhan dan tak kenal takut di mata gadis ini membuatnya semakin tertarik.
"Bos, akan sangat menyukai gadis aktif sepertimu."
Andin membeliak saat kata-katanya tidak di tanggapi serius oleh pria ini.
Cengkeraman di bahunya yang semakin kuat, menyebabkan Andin meringis dan kembali duduk di tempatnya.
"Apa Anda tidak mendengar apa yang baru saja saya katakan?!"
Pedro merubah raut wajahnya yang tersenyum dengan tatapan dingin, "Kau baru saja berteriak padaku, sayang. Jika itu bukan dirimu, aku sudah akan merobek mulut tak tahu diri itu sampai mereka tak bisa menutup mulut. Jadi aku akan memberi nasehat padamu. Patuh lah, maka kau tak perlu mengalami rasa sakit apa pun."
Andin menatap ngeri pada pria yang tampak menakutkan baginya saat ini. Benaknya menyiratkan pertanda, bahwa apapun yang berkaitan dengan pria ini tak pernah ada yang baik, pasti buruk.
Dia mulai ketakutan akan fakta itu.
"Bawa dia."
Perintah singkat itu, menyebabkan Andin tak lagi bisa tenang, dengan kuat Andin mencoba melepaskan cengkeraman di bahunya, tapi sungguh mengerikan sekali kekuatan pria yang memegangnya itu.
"Aku tidak mau. Lepaskan aku!" Teriak Andin ketika tubuhnya di angkat kemudian di panggul di bahu pria besar yang tadi memegangnya.
Pedro melihat dengan jengkel pada teriakan-teriakan yang Andin umpatkan.
"Apa kalian tak punya otak, sampai-sampai tidak bisa menutup mulut gadis ini?!" bentak Pedro pada bawahannya.
"Kau tak bisa membawaku, Mr. Pedro! Teman-temanku, akan mencariku begitu mengetahui aku tak datang ke klub." Andin meronta-ronta di atas bahu besar di bawahnya, karena posisinya yang terbalik, darah seperti mengalir dan berpusat di ubun-ubun kepalanya. Menyebabkan wajahnya memerah, dan kepalanya mau meledak.
Pedro terkekeh mendengar ucapan Andin barusan, "Aku tahu dirimu dengan sangat jelas, gadis manis. Paling-paling si Gerrald pelatihmu itu yang akan khawatir hilangnya dirimu. Bersosialisasi dan memiliki teman banyak itu sangat penting, Andini sayang."
"Aku yakin Gerrald akan curiga karena aku tidak memberitahunya. Dia akan meminta bantuan polisi untuk melacakku, dan saat..."
Pedro memotong harapan Andin tersebut dengan kenyataan kejam yang terdengar mengerikan, "Sebelum pelatihmu berani pergi ke kantor polisi, pistol dinginku akan meledakkan kepalanya. Jadi, diamlah. Kau sangat cerewet sekali!" gerutu pria berambut sebahu itu dengan jengkel.
Andin tertegun mendengar kata ancaman tersebut. Dia tidak mau mendengar orang yang baik padanya, menjadi celaka karena disebabkan oleh dirinya sendiri.