chapter 10

144 9 3
                                    

"Jenna." Kane berdiri di hadapan Jenna, membuat gadis itu tersentak kaget.

Jenna tidak menyadari kehadiran Kane karena ia sedang sibuk dengan ponselnya, membalas pesan teman-temannya tentang konser band indie di sebuah bar yang akan mereka hadiri. Keempatnya sudah membeli tiket jauh-jauh hari dan konser itu digelar malam ini.

"Ya?" sahut Jenna menyimpan ponselnya.

Melihat Jenna dengan heran, Kane mencoba menghiraukannya. "Kau mau makan malam sebelum pulang?"

"Maafkan aku," ujar Jenna. "Aku ada janji dengan teman-temanku. Konser band indie yang kuceritakan?"

Kane memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya. "Ah ya, aku tidak tahu kau seorang groupie. Jangan sampai aku melihat banyak redmarks di tubuhmu besok karena demi Tuhan aku akan mengeceknya."

Mendengar respon Kane, Jenna cemberut. "Hei! Unlike some people, I have some dignity," cibirnya.

Kane tidak merespon. Ia hanya memperhatikan Jenna yang kini sedang merapikan barang-barangnya sambil terus membalas pesan dari group chat.

Merasa diperhatikan, Jenna mendengus. "Don't you have to be somewhere else? Aku tidak suka kau memperhatikanku seperti itu," omelnya salah tingkah.

"Aku punya hak untuk melihat ke mana pun aku mau." Kane berujar dengan santai.

Dengusan Jenna semakin berat. "Freak!" cibirnya.
Suara Kane memberat. "Aku tidak suka mulut kurang ajarmu, kau tahu?"

Jenna menantang balik. Dihampirinya Kane hingga keduanya berdiri sejajar. Jenna harus berjinjit karena perbedaan tinggi tubuh mereka yang cukup jauh. Ia paling suka jika sudah membuat Kane kesal dengan sikapnya. Pertama, Jenna suka melihat ekspresi Kane yang menahan diri untuk marah, tapi di satu sisi terlihat sangat seksi. Kedua, Jenna senang menggoda Kane karena ia tahu pada akhirnya ia akan mendapat hal menyenangkan.

"Oh ya? What are you going to do about it?" bisik Jenna di depan wajah Kane. Matanya memicing dan dagunya terangkat.

"Don't test me, sweet." Kane memperingatkan. "Kau tahu aku tidak pernah bermain-main."

Jenna menyeringai. "Maybe I will."

Dengan satu gerakan cepat, Kane membawa Jenna ke dalam ruangannya dan mengunci pintu. Gadis itu terkesiap dan meronta. Begitu pintu tertutup, Kane menjepit Jenna di antara dirinya dan pintu. Satu tangannya menahan kedua tangan Jenna di atas kepalanya. Tangan yang lain menangkup wajah Jenna dan menyambar bibir gadis itu dengan rakus.
Jenna mengerang tertahan. Tubuhnya kehilangan keseimbangan. Jika bukan karena pintu yang menahannya, ia sudah pasti terhuyung dan berakhir di lantai dengan kedua lututnya karena kakinya kehilangan kekuatan.

Melepas kedua tangannya dari cengkraman Kane, Jenna mendorong pria itu mendekat ke arah meja kerjanya. "Mungkin aku mau makan malam sekarang. Kau mau memberikannya?" tanya Jenna dengan mata memelas—dan menyeringai di saat bersamaan.

Saat Jenna hendak naik ke atas tubuh Kane, pria itu menahannya. "Nope. That's your punishment for being a bad girl. And that's not the only one you'll get."

Kane menarik gadis itu hingga keduanya bergantian posisi. Jenna duduk di atas meja kerja Kane dan menahan tubuhnya dengan kedua siku. Pria itu merapatkan tubuhnya hingga Jenna bisa merasakan sesuatu mengeras di balik celana Kane dan menggesek bagian pahanya.

Menelusuri tubuh Jenna dengan ritme cepat dan kasar membuat gadis itu mengerang gelisah. Kalau saja mereka tidak berada di kantor, Jenna sudah pasti tidak akan menahan diri untuk bersuara. Hal itu membuat kepalanya berdenyut semakin keras.

Loathe You | BOOK 1 | TERBIT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang