Sore hari ini terlihat lebih kelabu dari biasanya. Langit yang tadinya biru kini perlahan mulai memudar dengan bias cahaya dari matahari yang mulai tenggelam. Soobin melirik sekilas jam tangannya, ah sudah hampir jam 6 sore rupanya. Pantas saja sekolah sudah mulai sepi. Para siswa sudah pulang ke rumahnya, yang tersisa hanyalah beberapa siswa yang melaksanakan kegiatan ekskul.
Soobin duduk di pinggir lapangan basket sambil memandangi beberapa siswa yang sedang latihan. Soobin biasanya ikut berlatih, namun beberapa hari ini ia seperti kehilangan tenaga untuk sekedar mengikuti kegiatan sekolah. Ia bahkan kehilangan nafsu makannya, padahal biasanya Soobin selalu memikirkan makanan apa yang ingin ia makan hari ini.
Apakah Soobin sakit? Entahlah. Soobin pun enggan untuk sekedar memeriksakan kondisiknya di UKS. Tapi rasanya Soobin benar baik-baik saja, hanya tidak punya energi saja. Soobin hanya menebak mungkin jiwa introvertnya sedang meronta, menginginkan istirahat panjang untuk memulihkan energi yang terkuras belakangan ini.
“Ah bosannya,” Soobin menggerutu sembari menguap. Ia merentangkan tangannya, meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Soobin pun memutuskan pulang saja. Rasanya berbaring di kasur empuknya itu lebih baik guna memulihkan tenaga. Soobin berlari menuju halte bus di depan sekolahnya, karena sebentar lagi akan ada bus yang datang. Bukan bus terakhir di sore ini, namun Soobin hanya tidak ingin menunggu bus selanjutnya. Ia sudah tak sabar untuk pulang ke rumah.
Soobin menghela nafas lega, syukurlah ia tidak terlambat. Ia tiba di halte tepat saat bus itu berhenti di halte yang tidak terlalu ramai. Siswa lainnya pasti sudah naik bus sebelumnya, mengingat sekolah sudah bubar sejak lebih 1 jam yang lalu.
Soobin duduk di bangku paling belakang, tempat favoritnya. Ia menyandarkan tubuhnya terutama lehernya yang pegal di bantalan kursi. Sial, mengapa Soobin tiba-tiba mengantuk. Soobin melafalkan di dalam hati jika ia tidak boleh tertidur. Jarak rumah Soobin yang tidak begitu jauh itu membuat ia khawatir melewatkan rumahnya.
“Tidak, aku tidak boleh tertidur!” Soobin menguatkan tekadnya namun matanya tidak bisa diajak berkompromi, mereka menutup dengan seenaknya. Tidak mendengarkan perintah otaknya untuk menahan kantuk sampai di rumah.
Deg. Tubuh Soobin tersentak pelan membuat Soobin terbangun dari tidurnya. Soobin membuka matanya perlahan dan dengan ajaibnya Soobin sudah berada di ruang tamu rumahnya. Soobin berdiri tepat di depan jam dinding yang kini menunjukkan pukul 5.53 sore. Sungguh ajaib, rasanya Soobin tadi sedang tertidur di dalam bus.
Soobin bertanya-tanya dalam benaknya. Mengapa kini ia sudah di dalam rumah? Apakah ia tadi mengigau? Ataukah ada yang mengangkatnya, membawanya ke dalam rumah? Tapi bagaimana caranya mereka membuka pintu? Hanya Soobin yang tahu dimana ia menyimpan kunci rumahnya.
Soobin pandangi seluruh sudut rumahnya. Marah, kesal, bingung, lelah, semua bercampur aduk di kepala Soobin. Melihat rumahnya yang kacau sekali, benda-benda berjatuhan di sana-sini. Beberapa perabotan juga pecah berserakan. Dan ini bukan pertama kali, tapi sudah Soobin alami beberapa hari terakhir. Setiap hari.
Soobin melewati semua kekacauan itu begitu saja. Soobin terlalu lelah untuk memungut benda yang berserakan maupun membersihkannya seperti sedia kala. Entah mengapa mau dibersihkan seperti apapun, rumahnya tetap kembali berantakan saat Soobin pulang sekolah. Seolah Soobin tinggal bersama orang lain di rumah ini, ataukah bersama makhluk lain? Memikirkannya saja membuat Soobin bergidik.
Soobin menghempaskan tubuhnya begitu saja ke atas ranjangnya tanpa mengganti seragamnya. Ia merentangkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya. Memutar memorinya akan apa saja yang ia alami beberapa hari belakangan ini. Sebuah kejadian yang terasa seperti berulang-ulang setiap hari dan begitu melelahkan.
Hari ini tepatnya sudah hari keempat Soobin mengalami kejadian aneh tersebut. Soobin selalu pulang dari sekolah tepat pukul 5.53 sore dan dengan keadaan rumah yang berantakan. Padahal rasanya ia membersihkan rumahnya setiap hari sebelum dirinya tidur. Anehnya lagi, mau Soobin pulang dengan cara apapun, dirinya selalu sampai di rumah tepat waktu.
Soobin hanya menatap kosong pada langit-langit kamarnya. Ia merasa rumahnya begitu sunyi, tidak ada kehidupan selain dirinya. Jangankan suara manusia, suara tikus berlarian di loteng pun tidak terdengar sama sekali. Begitu juga ibunya, satu-satunya keluarga yang ia punya sudah tidak pulang kerumah empat hari ini.
*Bersambung*
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja 5.53, Aku Pulang ✔️
FanfictionSoobin tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya, ia selalu tiba di rumahnya setiap pukul 5.53 sore secara ajaib.