Bagian 2

80 10 2
                                    

Sinar matahari pagi yang silau mengusik Soobin dari tidurnya. Perlahan ia membuka mata dan menyesuaikan bias cahaya yang diterimanya. Soobin mengerjapkan matanya memandangi seisi ruangan tempatnya berada dengan perasaan yang bingung.

“Aku sudah berada di kelas? Bukankah semalam aku tidur di kamarku? Apakah ini nyata? Atau aku sedang bermimpi?” Soobin mengutarakan banyak pertanyaan pada dirinya sendiri. Ia menengok kalender yang terpasang di depan kelas. “Ah ini hari aneh yang kelima,” gumamnya.

Soobin terduduk lesu, memandangi tangannya di atas meja. Dirinya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya belakangan ini. Mengapa ia sering berpindah-pindah tempat saat ia tertidur. Apakah ia tidur sambil berjalan. Tapi bagaimana bisa ia tidur sambil berjalan dengan jarak antara rumah dan sekolahnya yang lumayan jauh jika berjalan kaki.

Tiba-tiba suara pintu kelas terdengar di buka oleh seorang siswa. Siswa yang datang pertama kali setelah Soobin hari ini. Siswa itu masuk ke dalam kelas sambil memandang lantai dengan langkah gontai tak bersemangat. Soobin yang tentu saja mengenali teman sekelasnya itu pun tersenyum lebar.

“Taehyuuunn” seru Soobin dengan suara yang nyaring hingga membuat siswa bernama Taehyun itu terlonjak. Taehyun memandang Soobin dengan mata membola beberapa saat lalu tangannya bergerak memukul kepalanya sendiri.

“Argh sakit,” jerit Taehyun akibat ulahnya sendiri. Soobin yang melihat temannya kesakitan langsung berdiri dari kursinya dan berlari mendekati Taehyun.

“Kamu kenapa, Hyun?” tanya Soobin khawatir.

Taehyun mundur beberapa langkah. “Sepertinya aku terlalu banyak minum obat sampai aku rasa aku sudah gila.”

“Apakah sakitmu parah? Maafkan aku yang tidak menjengukmu beberapa hari ini. Aku ingin tapi aku tidak bisa,” sesal Soobin yang tidak menjenguk teman sekelas sekaligus sahabatnya yang sudah empat hari tidak masuk sekolah karena sakit.

Taehyun tidak menanggapi ucapan Soobin dan melangkah menuju mejanya yang bersebelahan dengan meja Soobin. Sebelum ia duduk, ia memandangi meja Soobin beberapa saat lalu menghela nafas berat. Soobin menyusul Taehyun dan duduk di bangkunya.

“Hyun, aku menunggumu selama empat hari ini. Aku kesepian, tidak ada yang sudi berbicara denganku. Tidak heran sih, bukannya biasanya juga begitu mereka selalu mengabaikanku. Aku hanya mampu memandangi mejamu seperti ini,” ujar Soobin sembari membaringkan kepalanya di meja dan menghadap ke arah Taehyun, memperagakan posisi duduknya beberapa hari ini tanpa kehadiran Taehyun.

Taehyun yang sedang membaca buku pelajarannya tiba-tiba mencengkeram bukunya dengan kuat. “Bisakah kamu diam? Kepalaku semakin sakit mendengar suaramu.”

Soobin mengatupkan bibirnya lalu menggembungkan pipinya menunjukkan raut wajah sedih. Ia begitu merindukan sahabatnya namun malah berakhir dibentak seperti ini. Tapi Soobin memaklumi, Taehyun memang gampang marah. Apalagi jika menghadapi Soobin yang selalu menempel bagai perangko dan mengganggunya dengan suara berisiknya.

Sejak bel masuk sampai bel istirahat berbunyi, Soobin hanya diam saja memperhatikan gurunya menjelaskan pelajaran sambil menopang dagunya. Ia baru menyadari jika dirinya pergi sekolah tanpa buku dan pulpen. Ia tidak tahu tasnya kini berada dimana, seberapa keras pun Soobin mencoba mengingat, ia tetap tak mampu mengingat.

Kelas perlahan kosong, satu persatu siswa keluar untuk beristirahat kecuali Taehyun dan Soobin. Soobin tidak bergerak dari bangkunya karena melihat Taehyun yang sedari tadi hanya memandanginya hampir tak berkedip.

“Mengapa kamu memandangku seperti itu? Apakah ada yang aneh dengan diriku?” Soobin bertanya akan Taehyun yang kini masih memandangnya.

“Kamu aneh Soobin. Benar-benar aneh. Apa kamu tidak merasa ada yang salah dengan dirimu?” Taehyun berkata pelan dan datar dengan terus memandangi Soobin. Soobin sedikit salah tingkah dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

“Sebenarnya banyak hal yang aneh, aku sampai tidak mampu membedakan mana yang nyata mana yang tidak. Mana yang mimpi mana yang bukan. Yang lebih aneh lagi aku tidur sambil berpindah-pindah tempat beberapa hari ini.” Soobin membagi sedikit rasa bingungnya kepada sahabatnya. Taehyun mengerutkan keningnya dan terlihat sedang berpikir keras.

“Berpindah tempat seperti apa? Dan kapan kamu mengalaminya?” selidik Taehyun.

“Aku akan tertidur pulas lalu tiba-tiba terbangun di ruang tamu rumahku setiap pukul 5.53 sore dan terbangun di sekolah setiap pagi. Aneh bukan?”

“Apa ada hal lain yang terjadi padamu selain itu?” tanya Taehyun dengan nada khawatir. Soobin mencoba menerawang, mengingat apa yang telah terjadi.

“Tidak ada, aku menjalani hari-hari seperti biasa. Mengikuti pelajaran di sekolah dan pulang kerumah. Itu saja, aku sampai bosan sekali karena tidak melakukan apa-apa dan terlalu banyak tidur.” Soobin menggerutu, membenci dirinya yang terlalu sering mengantuk akhir-akhir ini.

“Sejak kapan?”

“Ini sudah hari kelima.”

“Sebelum hal aneh terjadi, apa kamu mengalami sesuatu? Misalnya setelah terakhir kali kita pulang bersama.” Taehyun mencoba menggali informasi. Pasalnya Taehyun pulang sekolah bersama dengan Soobin menaiki bus lima hari yang lalu. Sebelum keesokkan harinya Taehyun jatuh sakit dan tidak dapat masuk sekolah.

“Aku tidak mengingat apapun. Aku tidak mengingat apa yang terjadi denganku sehari sebelum aku mengalami keanehan ini. Ah sakit sekali…” Soobin mendadak memegangi kepalanya yang terasa sakit seperti mau pecah. Taehyun terlihat khawatir dan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas sekolahnya.

“Ayo Soobin, kita pulang kerumahmu sekarang,” ajak Taehyun pada Soobin, Taehyun terburu-buru bangkit dari duduknya dan langsung berjalan keluar kelas. Soobin yang melihat Taehyun pergi segera menyusulnya.

“Apa kamu mau membolos?”

*Bersambung*

Senja 5.53, Aku Pulang ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang