Chapter 10| Tertekan

173 25 5
                                    

Isakan tangis tak dapat didiamkan dengan mudah dari Nat yang memang akan emosional dengan yang terjadi di sekelilingnya.

Dia akan mudah menangis jika ada hal buruk terjadi pada orang orang terdekat nya, begitu juga sebaliknya ia akan menjadi yang paling bahagia jika ada hal baik yang memang terjadi pada orang terdekatnya.

"Pa, Phi Nu benar akan baik baik saja kan? Tetapi mengapa Phi Nu belum bangun?"

Pertanyaan yang membuat Zee terdiam beberapa menit. Dia tak menyukai hal seperti ini!

Bagaimana jika trauma putranya akan kembali muncul. Ia tahu betul bahwa sang anak tak bisa dalam keadaan yang terlalu tertekan dan membuatnya stress.

Itu tak baik!

"Hng, Phi Nu mu akan baik baik saja," ujar Zee sembari mengusap pipi putranya yang tengah menatap nya sungguh sungguh, seakan apa yang di katakan oleh Zee nantinya akan menjadi suatu kenyataan.

Itu harapan dari seorang Nat.

"Baby, sebaiknya kau tidur dulu. Kau sudah terlalu lelah sayang," ujar Zee yang memeluki putranya itu.

Nat tak menjawab ia sadar bahwa tubuhnya terasa lelah, tetapi ia juga tak mau meninggalkan Nunew sendirian. Ia merasa bahwa ia harus mendapatkan informasi tentang Nunew terlebih dahulu.

Ia merasa tak tenang.

"Papa akan menunggu disini hingga kabar mengenai Nunew keluar, sedangkan Baby bisakah tidur terlebih dahulu? Paling tidak tidur di mobil, nanti Max yang akan menemanimu."

Sejenak Nat tampak berfikir keras, tetapi tak lama ia menganggukan kepala nya mengiyakan perkataan Zee tersebut.

Tepat setelah Nat menyetujui nya, dengan gerakan tangan pelan Zee segera memanggil Max yang sedari tadi berbincang dengan orang tua Nunew. Max tentu saja segera mendekat ke arah Zee.

"Ada yang bisa di bantu Tuan?"

"Temani Nat ke mobil, dia harus mengistirahatkan tubuhnya. Aku tak mau ia sakit."

Jawaban singkat padat dan jelas yang di lontarkan oleh Zee. Mau tak Max mengikuti perintah dari Zee tanpa ada bantahan sedikit pun. Lagi pula mana bisa Max membantah perkataan Zee yang memberikan dia gaji serta fasilitas yang cukup lebih dibandingkan banyak karyawan yang ada di perusahaan nya.

Max, bisa di katakan sebagai tanan kanan dari Zee, sebab sejauh ini pemuda itu mampun memahami pemikiran Zee, dan tak jarang Max juga lah yang memberikan saran layaknya sebuah konsultasi beradu pendapat dengan Zee.

"Baby, Max akan mengantar mu ya?" lirih Zee dengan nada rendah sembari melepaskan pelukannya itu.

Tubuh Nat terasa lemah, untuk bergerak saja pria kecil itu bak tak memiliki tenaga. Seperti nya energi nya telah terkuras sebelumnya menagisi Nunew-Sahabat nya yang sudah ia anggap seperti keluarganya.

Jika tak ada Nunew saat berada di UK, mungkin Nat tak langsung dapat beradaptasi dengan cepat, belum lagi di usia nya yang lebih kecil di bandingkan angkatannya itu.

"Biar saya gendong saja Tuan," ujar Max memberikan usul pada Zee.

Zee sedikit ragu, tetapi tak lama ia menganggukan kepalanya menyerakan Nat pada Max.

Max dengan hati hati mengambil Nat yang terlihat sangat lelah.

"Jaga putraku," ujar Zee ketika Nat yang justru sudah memeluki Max layak nya panda yang tengah memeluki induknya.

Pemandangan yang cukup unik sebenarnya. Jika saja bukan karena terpaksa atas kesepakatan Zee dan Nat, dimana Nat akan tetap menunggu hasil dari Nunew maka mungkin Zee tak mengizinkan Max menggendong putra kesayangannya itu.

.

.

Sebagaimana pesan dari Zee, Max membawa Nat yang nyata nya sudah terlelap dalam gendongannya dengan hati hati.

'Astaga bocah, mengapa kau santai sekali di gendong seperti ini. Bukankah aku masih termasuk orang asing dalam duniamu?' Monolog Max yang sesekali melirik wajah tenang Nat di ceruk lehernya.

Tanpa sadar sebelah tangan Max yang terulur mengusap punggung Nat. Entahlah naluri nya sebagai pemuda yang lebih tua dari Nat merasa perlu melindungi bocah itu.

***

Pria berjas putih tampak keluar dari UGD dimana tempat Nunew di bawa kedalam sana sebelumnya.

"Dimana keluarga atas nama pasien Nunew Chawarin?"

Ayah dan Ibu dari Nunew tentu saja langsung berdiri, dengan Zee yang perlahan beranjak dari posisinya.

Zee memang bukan keluarga dari Nunew, tetapi Zee telah di beri mandat oleh Nat, untuk itu ia juga ikut mendekat ke arah dokter yang ada disana.

"Kondisi pasien masih belum terlalu stabil, dan kami berencana akan menempatkannya di ICU."

Tuan Cha dan istrinya hanya dapat diam mematung mendengar penjelasan dari dokter yang tak dapat ia duga. Jika Istri dari Tuan Cha menyadari apa yang membuat Nunew menjadi seperti itu, maka berbeda dengan Tuan Cha yang terlihat seperti menahan emosi nya, lantaran ia merasa sang putra sengaja melakukan hal itu agar dapat membuat nya malu!

Menggagalkan segala cara apa yang ingin ia lakukan atas perjodohan yang diinginkan oleh Tuan Cha sendiri.

"Lakukan yang terbaik untuk nya."

Sebuah kalimat spontan yang tiba tiba saja terlontar begitu saja dari belah bibir Zee.

Spontan Tuan Cha beserta istrinya menoleh ke arah Zee. Keduanya mengenal Zee sebagaimana pengusaha muda yang memang terkenal di antara kalangan pengusaha, tetapi mereka tak menyangka jika anak nya mengenal nya!

Bukankah Zee sangat susah di temui? Bahkan Max selaku sekretaris nya saja sulit di temui, lantaran jadwal nya yang terlalu rapat.

Tuan dan Nyonya Perdpiriyawong tampak menatap satu sama lain seakan hendak bertanya dengan keadaan yang ada.

"Bukankah anda Tuan Zee? Apakah anda mengenal baik putra saya?"

Tanpa ragu Zee menganggukan kepala nya. Ia memang belum mengenal dengan baik akan Nunew, hanya saja putranya mengenal baik, bahkan selama ini Nunew lah yang turut menjaga Nat selama di UK. Jadi tak salah ia mengatakan bahwa ia mengenal baik putra pasangan Perdpiriyawong itu bukan?

"Ah, maaf kami tak tahu jika anda mengenal putra kami, dan justru mengetahui keadaan Nunew yang seperti ini."

Gelengan kepala pelan Zee berikan pada kedua orang tua Nunew tersebut.

"Jauh lebih baik jika saya mengetahui keadaan Nhu lebih cepat."

Sebuah kalimat ambigu yang justru membuat kedua orang tua Nunew kebingungan. Asumsi asumsi yang tak masuk akal justru sempat terlintas di kepala keduanya.

Tak lama setelah nya sang dokter pamit undur diri dari ketiganya, mengatakan bahwa ia akan memindahkan pasien menuju ICU.

Tuan Cha yang sebelumnya hendak bertanya pada Zee akan hal yang membuatnya penasaran justru terdistract dengan sebuah dering telefon yang masuk ke dalam handphone Zee.

"..."

"Apa?! Bawa dia ke IGD sekarang!" pekik Zee meninggi cukup terkejut dengan informasi yang di berikan oleh orang di seberang telefon.

'Kau harus baik-baik saja Baby.' Monolog Zee dalam benak.

——•••——

See you next chapter

To Be Continued

.

.

Leave a comment, and vote

.

.

CA

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Little ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang