-2- [Pertemuan]

94 5 2
                                    

Hari pertemuan yang dinantikan pun tiba. Eh, bukan berarti aku menunggu-nunggu, loh. Cuma sekedar info saja. Uhuk!

Ouwgh! Mama memaksa aku memakai baju yang terbaik [menurut Beliau]. Ayolah Ma, memangnya kenapa kalau aku hanya memakai setelan blazerku seperti biasa yang kupakai ketika kerja? Toh kita harus tampil apa adanya di depan calon kita, kan?

Dan... Mama memberikan pandangan sedingin es ketika kuucapkan itu padanya. Lalu Beliau segera mengangsurkan sebuah kotak yang di atasnya terpampang merek yang cukup ternama di dunia fashion internasional.

Mataku mengerjap-kerjap. Bukan karena takjub pada isi kotak itu , tapi lebih pada perasaan horor yang tiba-tiba saja menusuk.

Kuangkat sehelai gaun warna merah, hati-hati takut bila gerakan brutalku yang seperti biasanya membuat gaun tersebut koyak. Halus. Dan tipis dengan tali spageti warna emas. Serta kulirik seonggok sepatu warna emas yang pastinya untuk padanan gaun ini. Lagi-lagi merek ternama. Dan apesnya... jenis stiletto. Hgh.

Sumpah, berani disambar Brad Pitt, aku sangat teramat jengah memakai gaun malam model begitu. Hei, aku ini bukan Nicole Kidman yang tampak sempurna dalam balutan gaun, please..

Singkat alkisah, kami bertiga --aku, Mama dan Papa tiba di restoran Hotel Hilton. Hmm, rupanya pihak lawan, eh maksudku.. pihak Tante Poppy sudah datang terlebih dahulu.

And there he is... Pangeran Igo yang hebat serta sempurna kebanggaan Mama.

Hmm... ok, dia memang gagah dan... cute enough... menawan, simpatik, sempurna... membuatku meleleh seketika. Hah?! Seperti itukah efek yang ia timpakan padaku? Oh crap, aku mendadak kikuk salah tingkah. Memaukan sekali. memangnya aku ini anak 17 tahun apa?! Ayo dong, Lila Renata Devi... tenang, gal!

~*~ Igo POV ~*~

Hmm... ternyata itu dia calon yang digembar-gemborkan Mami padaku. Olala, yang benar saja? Dengan bodi seperti itu? Bisakah aku menolaknya? Hehe..

Tapi... ini adalah permintaan Mami selama 20 tahun ini Beliau tidak pernah meminta apapun padaku secara spesifik dan besar. Selama ini, akulah yang selalu dan selalu meminta ini dan itu pada Mami. Haruskah aku kompromi pada Mamiku tersayang?

~*~ POV Aku lagi ~*~

Wah, tampaknya aku sedang di scan oleh Igo. Apa yang ia dapat sejauh ini? Tonjolan-tonjolan lemakku di sana sini? Atau jangan-jangan ia sebenarnya SuperBoy yang bisa melihat tembus ke rokku dan menemukan selulit di pahaku? Atau.... ia sedang meratapi dada kecilku sebagai properti miliknya nanti saat kami sudah menikah? Ya Tuhan, kapan pertemuan ini selesai? Rasanya AC ruangan ini masih kalah dengan hawa panas tubuhku.

"Renata, Igo, ... sana gih kalian berkenalan sendiri." tiba-tiba Tante Poppy bersuara pada kami. Ummh... lebih tepatnya, menyuruh. Terbukti anaknya dengan patuh berlalu dari ruangan itu dan mengajakku menyingkir ke tempat lain.

Kami berdua berjalan ke kolam renang yang sudah sepi. Sebenarnya kakiku sudah lemas saking groginya. Tapi tentu saja aku tak mungkin meminta Igo menggendongku, kan?

"Namanya Renata, ya?" Igo berhenti di suatu sudut kolam. Aku otomatis ikut berhenti pula.

"Iya. Namamu... Igo, kan?" balasku.

"Yep." Kemudian ia membimbingku untuk duduk di salah satu bangku kolam. Ouwh, so sweet. Aih, kenapa aku jadi se-norak ini? Ini pasti gara-gara efek tak pernah ada yang memperlakukanku demikian. Maksudku ... menyuruhku duduk. Hei, perintah duduk dari bos-ku di kantor tak usah dihitung. Karena si Bos tak setampan Igo. Ehem!

Segitiga Sama KakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang