-6- [Duo Tamu]

66 4 3
                                    

Dan di sinilah kami bertiga, nongkrong di warung steak jalan Sudirman yang terkenal juga biasa menjadi ajang kongkow anak muda.

Rupanya mereka menepati janji. Terbukti dari aku yang selalu dilibatkan dalam tiap obrolan mereka juga sewaktu jalan menyusuri trotoar, aku mendapat kehormatan untuk berada di tengah, di antara keduanya.

Tak usah dikata berapa banyak mata yang menatap pada kami. Tatapan sirik membunuh jelas dikeluarkan para cewek yang iri denganku karena bisa menggandeng DUA cowok keren amit-amit di atas rata-rata.

Ha-ha. Kalian belum tau.

Kutegakkan dagu dengan pongah sembari menggamit keduanya tanpa peduli banyak cewek ingin melemparkan pisau padaku. Ha-ha.

Aku jadi mulai merasa nyaman dan percaya mereka bisa mengikuti aturan-aturan yang kuberikan.

Malah terkadang Kenzo dan Igo bergantian melingkarkan lengan di pundakku layaknya sohib akrab atau— pacar? Ahaa!

Pertamanya memang jengah. Oh ayolah, aku kan baru kali ini bisa seakrab ini dengan lelaki, apalagi jenis yang di atas rata-rata.

Lama-kelamaan, perlakuan mereka membuatku nyaman. Mereka memang pandai memanjakan wanita. Hm, harusnya mereka tetap normal saja.

Yang tak kusangka, ternyata bisa seasyik ini hangout bersama mereka berdua.

Tampaknya sih mereka benar-benar saling cinta dan percaya satu sama lain. Dibuktikan dengan tak adanya bias cemburu saat salah satunya merangkulku atau bercanda denganku.

Saking keponya aku, hal ini kutanyakan ke mereka.

"Enggak." demikian jawab Kenzo. "Kami nggak bakalan cemburu ma cewek."

"Kami lebih cemburu ama cowok lain. Hehe." Igo menyahut.

"Yup, apalagi Igo, cemburu berat kalo aku bercanda ama teman cowok. Hahaha." Kenzo terbahak ringan bagai kerupuk.

"Lha kamu bercandanya sering lebay kok, Zo." Igo memberi serangan balasan.

"Lebay yang mana?"

"Tuh ampe dipeluk-peluk ama Dion ato Zaki." seketika raut Igo berubah masam dan wajahnya jadi merengut disertai tingah merajuk. Keruan saja Kenzo memberikan tawa renyahnya yang kali ini mirip biskuit.

Aku yang sedari tadi menoleh ke mereka bergantian seraya ngemil kentang goreng, terkekeh geli juga. Ternyata seperti itu yang dirasakan kaum gay.

"Jadi, intinya~~ kalian berdua nggak bakal cemburu ke aku, kan?" kejarku memastikan.

"Kayaknya nggak bakal, deh. Ya kan, Zo?"

"Yup yup.."

"Walo aku..... telanjang di depan kalian?" godaku usil.

"He??" Igo mendadak merona tipis. Aih lucunya. Ingin kujilat.

"Hoi.. hoi.. Rei.." Kenzo menimpali.

Aku tertawa lepas. "Ternyata masih ada kans untuk bisa menyulut cemburu di antara kalian, ya? Hihi."

"Bukan gitu, Rei. Kami ini kan belum pernah melihat cewek bugil di depan kami secara live action."

"Biasanya liatnya di mana?" godaku masih berlanjut.

"Woi Rei.." kini giliran si imut Kenzo yang sudah mirip udang goreng. Aku terpingkal.

Selang 3 jam puas jalan-jalan dan wisata kuliner, kamipun pulang dalam damai dan riang karena acara hangout kali ini... sukses!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Segitiga Sama KakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang