Runa membanting badan ke atas kursi di dalam kereta Argo Bromo Anggrek setelah sekuat tenaga mengangkat koper—yang beratnya ngalahin balita—sepanjang puluhan langkah lebih banyak dari perkiraan karena sempat salah masuk gerbong.
Lagian bukannya tadi mau-mau aja waktu ditawarin porter buat angkatin koper, batinnya.
Runa bukannya pelit, tapi tadi dia yakin banget kalau dia langsung masuk ke gerbong yang benar—padahal benar-benar salah kaprah. Pasalnya, dia cuma bermodalkan daya ingat yang nggak secemerlang itu, harusnya kan double check tiketnya dulu.
Setelah napasnya kembali teratur dan mulai tenang duduk bersandar di bangkunya, sekarang malah kepala Runa yang mulai terasa berat karena semalam kurang tidur. Sudah lama banget dari terakhir kali gadis itu naik kereta jarak jauh untuk liburan. Packing sambil membayangkan serunya lihat pemandangan jalur utara Jawa bikin jantungnya menderu seperti habis dicekoki kafein semalaman.
Aruna Amanilla, si sebentar lagi jadi wanita dua puluh sembilan tahun, kelakuannya masih seperti anak SMP yang besoknya mau study tour bareng teman-teman seangkatan.
Mata bulatnya mengamati sekeliling, wangi kayu cendana tercium dari pengharum ruangan otomatis yang menempel di atas pintu gerbong. Satu persatu penumpang berdatangan dan menempati kursi mereka, tapi penumpang yang nantinya duduk di sebelahnya belum kelihatan batang hidungnya. Padahal tinggal sepuluh menit lagi sebelum kereta berangkat.
Untuk beberapa orang mungkin jatuhnya masih sepuluh menitan lagi sebelum kereta berangkat.
Oh, to be that chill.
Yeah, this girl is restless, dia bahkan sekarang merasa panik untuk orang yang nanti bakal duduk di sebelahnya karena satu persatu bangku kosong di gerbong ini sudah terisi dan jam digital yang terpampang di ujung gerbong terus berubah angkanya. Untuk menggeser perhatian dari hal yang nggak bisa dia atur, Runa memutuskan untuk mengecek ponselnya. Baterainya masih tersisa lima puluh persen, lalu tangannya dengan cepat merogoh tas untuk mengambil charger, kemudian dia coba colokkan ke stop kontak yang tersedia di setiap seat. Better be safe than sorry, dia nggak mau kejadian sok tahunya terulang lagi. Tapi naas, colokan di tempatnya ternyata nggak nyala.
Ya sudah, nanti ngecasnya di gerbong restorasi saja, toh baterainya masih cukup kira-kira buat sampai sepertiga perjalanan. Lagipula dia juga nggak butuh-butuh banget terkoneksi sama orang lain untuk sekarang, apalagi terkait kerjaan, rugi dong sudah ambil cuti susah-susah.
Anyway, perkara susah cuti, bukan kantornya yang susah kasih permit cuti, tapi Runa yang susah meyakinkan diri sendiri untuk ambil cuti. She's currently in the running towards becoming a key account manager, dan Wanda — yang membuatnya akhirnya cuti — adalah yang sedang neck to neck dengannya memperebutkan posisi itu.
Ini rahasia, tapi, She kinda hates Wanda.
No, hate is a strong word.
Annoyed?
Biasanya kita selalu punya seseorang yang menyebalkan tapi nggak bisa kita tinggal, kan? Wanda is that person to Runa. Nggak sesimpel karena dia saingannya aja, ya.
Pertama, menurut Runa, Wanda terlalu berisik. Semakin tua biasanya kita semakin mencari ketenangan, and you won't find it in her. Tapi, traits ini somehow berguna untuk pekerjaannya, terbukti lebih banyak klien mereka yang lengket sama Wanda, ya karena karakternya itu. Tapi klien kan ketemunya jarang-jarang. Nggak kayak co-worker yang hampir selalu ketemu setiap hari kerja, in this case, hubungan antara Runa dan Wanda.
Kedua, yang kelihatannya sebal sama Wanda bukan hanya Runa aja, mungkin hampir semua anak divisinya. Menurut Runa, ini alasan yang valid untuk dia jadi nggak bisa nge-vibe sama Wanda. Nggak mungkin dong orang yang nggak menyebalkan punya haters sebanyak itu? Runa tahu hal ini bukan karena dia punya chat group terpisah yang nggak ada Wandanya, tapi karena Runa sering nggak sengaja lihat wajah orang-orang saat Wanda being a smartass in Monday meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle, Twinkle, Little Sparks
ChickLit- novelette Saat Runa-si bridesmaid-dan Cay-si groomsman-bertemu dalam perjalanan menuju pernikahan teman mereka di Bromo, 𝘴𝘱𝘢𝘳𝘬𝘴 𝘧𝘭𝘺, 𝘧𝘭𝘺 𝘩𝘪𝘨𝘩. Tapi, dengan masa lalu rumit dan masa depan yang nggak pasti, apa mereka bisa mengatasi...