Bab 17 : Kenangan yang Abadi

4 1 2
                                    

Pagi merupakan sebutan bagi manusia untuk mentari yang terbangun. Kehangatan yang dipancarkan oleh dirinya sehabis tidur adalah kebalikan dari dingin yang selalu dibawa oleh malam.

Malam adalah akhir dari sebuah aktifitas, tempatnya rahasia terjaga. Namun, pagi adalah tempatnya beraktifitas, menuangkan segala rahasia yang terjaga untuk tidak diketahui.

"Hua.. Aku hari ini sangat lemas. Hari ini, aku sepertinya tidak akan berolahraga dan bertemu dengan Wirnama" Kaj Liam duduk setelah bangun dari tidurnya, menikmati hangatnya mentari di pagi hari dengan menegok ke luar jendela.

Kaj Liam dengan ekspresi sedihnya berucap, "Wirnama, mentari pagi ini sungguh hangat. Namun, jika malam tiba lagi. Kehangatan ini yang terjaga ini pastilah sirna."

"Kuharap dirimu tidak benar-benar melewati batas, Wirnama" ucap Kaj Liam yang selesai menikmati hangatnya sinar pagi dan melanjutkan aktifitas rumahnya seperti biasa.

Dilain sisi, dengan penuh kegembiraan, Blancaa menyiapkan dirinya menunggu sore hari.

Sore merupakan sebutan bagi kemunculan senja yang akan segera dimakan oleh malam, sore adalah waktunya mentari mempersiapkan tidurnya.

"Wirnama, aku harap waktu segera berjalan. Aku ingin merasakan sensasi cinta darimu, cinta pertamaku. Aku sendiri tak tau perasaan ini seperti apa, hanya saja. Aku benar-benar menyukaimu sejak kau masuk ke klub, Wirnama."

Blancaa duduk di meja belajarnya. Menantikan sore, dirinya menuntaskan hobi yang menjadi minatnya. Dalam sebuah kertas, wajah Wirnama terlukis. Di kamar Blancaa, ada banyak kertas gambar yang berisi wajah Wirnama.

"Ah, aku sempat mengira tidak akan pernah bisa memiliki dirimu semenjak Yuki datang, apa alasan terbaik mu untuk mendekatiku seperti ini?"

"Aku lelah menggambar dirimu Wirnama, aku hanya bisa mengabadikan dirimu dalam selembar kertas gambar. Karena dulu, aku takut dengan penolakan."

Blancaa mulai mengambil pensilnya dan menggambar, menunggu waktu yang ia tunggu tiba.

Pagi berganti ke siang sebelum sore, karena di siang hari, semangat mentari lebih membara sesudah dirinya bangun. Barulah sore tiba setelah mentari lelah dengan semangatnya, mempersiapkan diri untuk tertidur, membiarkan senja bertemu dengan malam.

Di balai kota sore itu sangat ramai. Di aula, Wirnama duduk menunggu seseorang mendekati dirinya. "Wirnama" sebut seseorang yang dirinya tunggu. Wirnama lantas berdiri dan berbalik badan, memperhatikan seorang gadis dengan rambut pirangnya dan gaun birunya yang sangat cocok dengan dirinya.

"Kau terlihat sangat cantik, Blancaa" senyum Wirnama tulus memuji Blancaa.

Blancaa yang tersipu malu membuang muka, "Terima kasih, Wirnama. Kau juga sangat tampan, apalagi kau selalu terlihat keren dengan pakaian warna hitam bercampur putih."

"Haha, iya. Namun, aku sebenarnya lebih menyukai warna abu-abu."

Blancaa menatap Wirnama, "Begitu, ya?"

"Iya, kalau begitu, ayo jalan." Tarik tangan Wirnama pada Blancaa mengajaknya berjalan-jalan.

"Kemana kita akan pergi sekarang, Wirnama?" tanya Blancaa.

Dengan nada pelan, "Hm, kemana ya," ucap Wirnama singkat sambil berjalan berpegangan tangan dengan Blancaa memikirkan kemana tujuan mereka, "Aku tau, sebelum gaun mu kotor, ayo kita ke tempat foto untuk mengabadikan dirimu yang cantik hari ini," senyum Wirnama mengarah pada Blancaa.

"Baiklah, ayo."

Mereka berdua pergi ke sebuah studio foto, Wirnama membuat segalanya berjalan lancar. Disana, mereka membuat sekitar lima belas foto yang indah.

"Wah, Wirnama, lihatlah ini, aku paling suka foto kita dengan background pantai dengan laut birunya ini, indah."

"Blancaa, lihatlah ini, mungkin ini adalah yang terbagus dari semuanya." Wirnama menunjukkan salah satu foto mereka.

"Background malam?"

"Lebih tepatnya petang, malam yang masih terlihat biru. Indah bukan? Biru gelap, seperti gaun biru mu dan pakaian hitamku."

Blancaa hanya tersenyum, "Tentu, selera mu memang selalu berbeda, ya?"

"Seperti itulah."

"Sekarang kita akan kemana?"

"Bagaimana jika ke bioskop untuk menonton film?"

Blancaa tersenyum ria, "Wah, ide bagus. Sebaiknya kita menonton film yang sedang trend dibicarakan dikelasku, aku masih ingat judulnya kok."

"Sudah diputuskan, oke?"

"Iya, ayo kita ke bioskop."

Setelah dari mengambil foto yang dipajang sebagai kenangan, Wirnama dan Blancaa melanjutkan waktu berdua mereka untuk menonton sebuah film dibioskop.

Mereka yang sudah memesan tiket menonton film di tempat masuk ke dalam dan duduk berdua ditemani dengan popcorn, hal biasa yang dilakukan ketika menonton film.

Film yang mereka tonton berjudul "Romansa" sebuah film yang menceritakan karakter wanita yang berusaha mengejar pria idamannya. Namun, pria idamannya adalah seorang penjahat, rasa penyesalan tiba pada wanita yang menyukai pria penjahat, tapi kehidupan masih berpihak pada dirinya. Ia diberikan seorang pria yang mampu menerimanya apa adanya.

Blancaa mengeluarkan air mata, menyaksikan penderitaan wanita itu. Mengejar seorang pria yang ia cintai, tapi berakhir dengan penyesalan. Namun, akhir yang bahagia karena kesetiaannya, ia dipertemukan dengan seseorang yang bisa menerima dirinya.

"Wirnama, ini adalah cerita yang sangat menyedihkan ternyata."

Wirnama dengan serius memperhatikan film itu, ia menyadari sesuatu. Bahwa dirinya adalah seorang penjahat.

"Kau benar, aku harap, pria yang membuat wanita itu menderita mati ditangan kekasihnya sendiri daripada bunuh diri."

"Haha, kau sungguh kejam. Itu akan menjadi penderitaan paling menyiksa untuknya."

Ending dari film itu adalah si pria bunuh diri karena salah telah mencampakkan wanita yang mengejar dirinya. "Sungguh ending yang biasa, tetapi, rasa bad ending dan happy endingnya sungguh terasa," ucap Wirnama.

Mereka berdua keluar dari bioskop, Blancaa menenangkan diri setelah menonton sebuah film yang memerlukan kondisi mental. Wirnama membeli minum dan duduk bersama Blancaa.

"Sungguh cerita yang menarik, aku menyukai endingnya," ucap Wirnama.

"Iya, aku juga," balas Blancaa.

"Sekarang, apa kita harus pulang?" tanya Wirnama.

"Kau benar, ini sudah malam. Aku harus pulang," balas Blancaa.

"Wirnama.. Kapan kita bisa melakukan hal seperti ini lagi?" Blancaa bertanya sebelum pergi meninggalkan Wirnama.

"Lagi berapa bulan kelulusan?" Wirnama bertanya kembali pada Blancaa.

"Hm, mungkin sekitar 4 bulan lagi?" jawab Blancaa dengan lembut.

"Kalau begitu tunggu sampai pengumuman acara kelulusan diumumkan, sebelum kelulusan, mari melakukan hal ini sekali lagi."

"Baiklah. Aku duluan, ya. Wirnama."

"Iya, hati-hati di jalan."

Blancaa meninggalkan Wirnama pulang. Wirnama pulang sendirian, ketika dirinya sampai dirumah, ia duduk kembali menatap bunga higanbana yang semakin layu.

"Empat bulan? Aku harus bersabar. Agar aku bisa pergi dengan nyaman, untuk saat ini, yang harus kuperbaiki adalah kenangan yang harus disimpan oleh Kaj Liam."

"Aku akan mengajaknya untuk membuat foto di foto studio tadi? Kedengarannya bagus, setidaknya, Kaj Liam tidak akan membakar foto terakhirku."

Sebuah foto itu adalah keabadian. Kenangannya akan selalu teringat dalam foto kecil tersebut. Kenangan harus diabadikan sebaik mungkin sebelum benar-benar melangkahkan kaki ke sebuah jalan yang salah.
~Puisi higanbana~

"Pertama adalah Kaj Liam, barulah Yuki dan Blancaa. Sayangnya, Yuki harus ikut denganku, maafkan aku, Liam."

Higanbana : Love Wrapped in Bloody Memories  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang