4. Ditemukan

19 3 0
                                    


"Semahal itukah tawaran Shaheer sampai aku kau jual dengan cara sejahat ini?"

Ucapan Rohit berhasil membuat Arpit membayangkan betapa kejam penghianatan yang dilakukannya. Ia menuangkan bir ke gelas sampai tumpah saking asiknya melamun. Veebha yang hendak melabraknya langsung menarik bir itu dan meminumnya segera.

"Bos, bisa-bisanya menghabiskan bir sebanyak ini!" protes Veebha lalu menghapus sisa bir di bibirnya.

"Astaga!" Arpit menggosok kepala dengan depresi, lalu meneguk salah satu gelas di situ.

"Kau tetap membayar, ya!" ucapanya kepada Veebha.

"Astaga, pelit sekali kau ini! Aku baru saja mengambil satu bir gratis di sini. Iya deh, ini!" gerutu gadis hitam manis itu sembari menyerahkan uang pada bosnya.

"Bos, Kakak Rohit ke mana? Telingaku lama-lama berdarah gara-gara mengenakan headset terlalu lama. Aku langsung bermain DJ selama 3-5 jam dan itu melelahkan telingaku," keluh Veebha sambil menunjukan keadaan telinganya yang semakin memerah.

"A-ku tidak tahu! Jangan banyak protes, aku akan membayarmu lebih bulan ini!" bentak Arpit, tentu Veebha langsung mengerenyitkan dahinya.

"Hei, kau membentak pacarku?!" protes Shaheer yang entah sejak kapan berada di bar itu.

"Dia menanyakan tentang Rohit, aku sebal lama-lama. Ini sudah kelima kalinya dalam tiga hari ini," dalih Arpit sambil memberikan segelas bir kepada Shaheer.

"Kenapa kau menanyakan tentang Rohit? Kau mulai menyukainya?! Kau ingin dikasari seperti Pooja juga?!" ancam Shaheer sambil mencengkram lengan Veebha.

"Aneh sekali, masa aku menyukai kakak sepupuku sendiri?"

Shaheer melongo mendengar pengakuan Veebha. Ia bisa gagal mendapatkan restu dari keluarga Veebha jika mengetahui dirinya adalah dalang kematian Rohit.

"Biasa aja kali melongonya! Lebar banget kayak bundaran gelas bir," ledek Veebha lalu langsung berlari ke atas lagi.

"Sayang, aku mau satu lagi, ya!" Veebha kembali ke tempat semula lalu mengambil segelas bir. Shaheer tak banyak bicara, ia hanya mengangguk ketakutan seolah siap mentraktir selingkuhannya.

"Kau tahu tentang semua ini?!" tanya Shaheer pada Arpit.

"Tentu, Rohit adalah sahabat karibku sejak dulu. Tentu aku mengenal orang tua, abangnya, dan juga adik sepupunya. Apakah kau tak curiga? Kenapa Veebha memanggil Rohit 'Kakak' meskipun keduanya seusia? Ya, karena ikatan persaudaraan itu," jawab Arpit santai seolah tak tahu bahwa jantung Shaheer berhenti berdetak karena kaget dengan kenyataan ini.

"Bodoh, kau sangat bodoh! Kenapa kau tak memberi tahu kepadaku tentang ini?!" Shaheer mendobrak meja yang dipenuhi gelas bir dengan amarah.

"Kau juga pacar macam apa? Pacar bodoh! Masa keluarga pacar sendiri tidak kenal! Cuih!"

Shaheer langsung membeku mendengar sindiran Arpit. Lalu kembali pada kawanannya untuk berpesta supaya melupakan rasa takut berpisah dari Veebha.

***
  Siang hari di esok hari, Pooja memegang tepak berisi nasi briyani yang sengaja ia masak spesial untuk Rohit. Pooja selama tiga hari berturut-turut berusaha mencari waktu kosong untuk memasak, tapi hanya pagi ini saja dia berhasil mencuri waktu. Pooja saat ini berdiri di depan tangga jurusan seni musik, tapi tak kunjung ia dapatkan tubuh Rohit yang menuruni tangga.

"Aha, iya, Rohit 'kan anak introvert. Pasti dia masih diam di kelas."
Pooja segera naik sambil mencari kelas Rohit di aplikasi sistem pembelajaran kampus. Ia melihat kelas yang ditempati Rohit kosong. Pooja mengernyitkan dahi, "Apakah siang ini adalah kali ke empat Rohit ke kantin? Tapi, aku juga dari tadi di kantin dan tidak melihat batang hidung Rohit. Ke mana ya dia? Apakah tidak masuk, ya?"

Crossing TheaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang