5. Madu Tumpah
Pooja memantau keberadaan Shaheer
dari aplikasi pendeteksi letak seseorang."Biasanya kau mendeteksi segala kegiatanku di aplikasi ini, bukan? Sekarang, aku akan gantian melakukan ini padamu! Kupastikan kau tidak akan bebas dariku, Shaheer!"
Pooja berhasil mendeteksi Shaheer yang sore ini sudah berada di bar. Itu artinya, Shaheer meninggalkan Arpit pulang begitu saja. Andai Pak Pranett dan Pooja tak menemui Arpit, maka Arpit akan menjadi jamur busuk di lorong kampus. Pooja segera menaiki montor gede milik Arpit, dan aura kemarahan menaungi gadis dua puluh tiga tahun itu.
Kini Pooja sudah berada di bar. Berbeda dengan malam itu, Pooja saat ini menjelma menjadi singa betina yang ditakuti oleh siapapun itu. Pooja sempat dibelai oleh salah seorang pelanggan, tapi dengan satu dorongan, laki-laki itu jatuh tersungkur.
"Aku tidak ada waktu berurusan denganmu, maaf!"
Pooja berjalan terus dan kini sudah berada di tengah-tengah bar. Ia mulai mencari keberadaan Shaheer dengan napas yang memburu. Saat ia mendongak, ia tepat sekali melihat Shaheer yang sedang memeluk Veebha dari belakang. Mata Pooja memerah, dia benar-benar marah.
"Shaheer Khurana!" teriak Pooja histeris.
Pooja kini menjadi pusat perhatian. Shaheer menatap Pooja dengan sedikit ketakutan di wajahnya. Pooja berjalan ke atas, lalu mendorong Veebha dengan kekuatan penuh hingga terpelosok di meja DJ.
"Veebha!" Shaheer dengan tanggap memeluk Veebha di depan matanya. Hati Pooja semakin hancur. Ia lalu menarik tubuh Shaheer lalu menonjok perutnya dengan kencang.
"Ketika aku duduk berpelukan dengan Rohit kau marah. Kini, kau malah bersenang-senang dengan perempuan lain, dengan Veebha yang sudah kuanggap sebagai sahabatku sendiri! Kalian jahat!" rengek Pooja sambil membenturkan kepala Veebha di ujung meja DJ.
"POOJA CUKUP!" teriak Shaheer lalu mengangkat rambut Pooja. Namun Shaheer yang masih kesakitan oleh tendangan Pooja sedikit kesusahan mengangkat Pooja. Sehingga tamparan dahsyat didapatkan oleh pria bajingan itu.
Pooja berdiri sendiri. Lalu menatap ke bawah dan melihat pelanggan merekam mereka bertiga. Pooja semakin tersulut. Diangkatnya kuat-kuat sekotak musik DJ yang berat, lalu dilemparkan kepada mereka, "AKU BUKAN ARTIS, BODOH!"
Shaheer menggeleng melihat kekuatan Pooja yang mampu melemparkan kotak DJ yang amat berat ke pelanggan. Shaheer semakin ketar-ketir sekaligus malu dengan apa yang dilakukan Pooja.
"Pooja, apakah kau belum cukup mempermalukan kami?!" bentak Shaheer.
Pooja menginjak lutut Shaheer, lalu menarik jambul Shaheer dengan sekuat tenaganya. Ia juga menarik rambut Veebha yang masih kesakitan akibat serangan Pooja tadi.
"Aku justru malu menjadi kalian! Kalian telah berzina, Bodoh! KALIAN YANG BODOH! BUKAN AKU!" teriak Pooja di depan muka mereka, kemudian membenturkan kedua kepala tersebut.
Pooja sudah lelah. Gadis malang itu menjatuhkan diri ke lantai, lalu menggelengkan kepala mengingat kejahatan Shaheer tadi.
"Jika ada madu di belakangku, lalu mengapa kau buat pelangiku hancur? KENAPA KAU MEMBUNUH ROHIT?! KENAPA SHAHEER?!" tanya Pooja membuat Veebha kaget bukan main.
"Kak Rohit? KAU MEMBUNUH KAK ROHIT?!" tanya Veebha juga, sambil mengerucutkan pipi Shaheer. Shaheer membanting tangan Veebha lalu berdiri dan mencengkram tangan Pooja.
"Pooja, cukup!" teriak Shaheer.
"Aku sudah cukup bungkam dengan semua ini! Gadis sepertimu sungguh tidak layak berada dalam hidupku!" Suara petir menggelegar taktala Shaheer mengatakan itu. Gerimis mendadak mengalir dari awan menyapa tanah yang sedari tadi sekering nurani Shaheer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crossing Theater
Fiksi PenggemarTeater penyebrangan? "Apa-apaan? Kita 'kan hanya bermain lakon di panggung? Mana mungkin Pooja melupakan segalanya tentangku?" protes Rohit sambil mendengus emosi karena sifat Pooja mendadak berubah padanya. Berawal dari sebuah teater panggung yan...