BAB 34 : Lonteh

27 5 1
                                    

Motor vespa putih itu berhenti di depan halaman rumah minimalis yang dikelilingi pagar besi hitam. Bentala, seorang pemuda dengan rambut hitam rapi dan senyum yang selalu terpancar, mematikan mesin vespa dan menoleh ke belakang.

Ilesha, gadis yang duduk di belakangnya, segera turun dari motor dengan lincah. Rambut panjangnya tersembunyi di balik jaket kulit yang dikenakannya. Wajahnya memancarkan kehangatan.

"Jangan dulu dibuka!" cegah Bentala dengan nada serius namun lembut saat melihat Ilesha berniat melepaskan jaket yang menutupi rambutnya.

Ilesha mengerutkan kening, bingung. "Kenapa?" tanyanya sambil menatap mata Bentala dengan tatapan ingin tahu.

"Banyak orang yang lewat," jawab Bentala sambil menunjuk jalan di depan rumah yang memang ramai. "Nanti aja kembaliinnya. Kayak yang gak bakal ketemuan lagi aja," lanjutnya dengan senyum menenangkan.

Tak mau ribet, Ilesha hanya mengangguk pelan. Ia tahu Bentala hanya ingin melindunginya dari pandangan orang-orang.

"Maaf ya, aku masih lepas pasang hijab," ujar Ilesha dengan lirih, menunduk sedikit.

Bentala menggeleng dan tersenyum. "Gak perlu meminta maaf. Aku tau kok, emang sesulit itu untuk memperbaiki diri," ucapnya sambil menepuk bahu Ilesha dengan lembut. "Udah gih, masuk."

Ilesha tersenyum tipis, mengangguk patuh, dan membalikkan badan. Langkahnya pelan saat ia mulai berjalan, sepatu kets putihnya menyentuh paving halaman. Tiba-tiba, langkahnya terhenti oleh suara Bentala.

"Ilesha, tunggu!" Bentala memanggil.

Ilesha berbalik, menatap Bentala yang berdiri di samping vespa putih, matanya penuh makna yang belum terucap. Kening Ilesha mengkerut.

Berubah pikiran apa nih orang? Katanya nanti aja jaket dikembaliinnya.

"Bukan itu, Ilesha! Aku gak bakal berubah pikiran, jaketnya tetep kamu pake sampe masuk rumah."

Seakan tau apa yang sedang Ilesha pikirkan membuatnya sedikit syok. Cenayang kah?

"Jangan marah ya?" kata Bentala.

"Marah kenapa?" tanya Ilesha. Ia bingung dengan maksud Bentala. Apa Bentala kembali melakukan kesalahan, sampai ia harus berbicara seperti itu? Seakan-akan kesalahannya sangat besar.

"Aku... Takut."

Semakin dibuat tak mengerti, Ilesha lebih mendekat pada cowok yang masih duduk diatas motor Vespa-nya tersebut. "Takut kenapa? Kamu buat salah, hm?"

Dengan cepat Bentala menggelengkan kepalanya, rambutnya yang hitam bergoyang mengikuti gerakannya. "Jangan berubah."

Apa katanya? Jangan berubah? Memangnya ia siluman buaya putih bisa berubah wujud? Ilesha terkekeh, merasa lucu dengan pikiran itu.

"Berubah jadi apa? Hulk, Spiderman, Power Rangers? Atu ya kali... sayang," jawabnya sambil tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan.

Bentala menggaruk belakang lehernya, sebuah kebiasaan yang selalu muncul saat ia gugup. "N-nggak gitu. Maksudnya jangan kayak tadi lagi marahnya," ucapnya.

Ilesha mengerti, hanya karena ia bersikap mirroring treatment Bentala takut dirinya berubah. Mujarab sekali fyp tiktok itu. Padahal  ia menerapkan Ilmu mirroring treatment dari salah satu fyp tiktok yang tak sengaja lewat di beranda app-nya.

Ilesha sedikit mengangkat bahunya, menunjukkan sikap santai. "Tergantung kamu, aku cuma ikutin cara kamu," katanya dengan senyum simpul.

"Oke-oke, aku gak ngulang."

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang