Asa menyerahkan sebuah case handphone yang baru saja dibelinya kepada Ahyeon. Gadis itu menerimanya dengan penuh antusias, wajahnya berseri-seri, bahkan Ahyeon sampai melompat-lompat kegirangan."Aaa! Ini bagus banget! Aku suka, suka banget!" seru Ahyeon sambil memeluk Asa erat.
Asa tersenyum puas melihat reaksi Ahyeon. 'Pilihan yang sempurna' pikirnya. Ia senang bisa membuat Ahyeon sebahagia ini.
"Syukurlah kalau kamu suka." Jawab Asa dengan nada lembut. Ia kemudian duduk di tepi tempat tidur Ahyeon.
Di sisi lain, Chiquita yang tadinya duduk di ranjang sudah pindah ke sofa di sudut kamar, tepat di samping Rora yang tampak sibuk dengan pikirannya sendiri.
Asa menatap Chiquita. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya. "Canny, kamu habis nangis, ya?" tanyanya pelan, menatap wajah sembab Chiquita dengan penuh perhatian.
Chiquita mengangguk kecil. "Umm... iya, Kak Asa." jawabnya polos.
"Kenapa?" Bukan Asa yang bertanya kali ini, melainkan Rora. Setelah diam cukup lama, gadis itu akhirnya bersuara.
"Nggak apa-apa, cuma pengen aja." Jawab Chiquita singkat, tampak enggan untuk menjelaskan lebih jauh.
Asa memperhatikan lebih cermat. "Pusing nggak kepalanya? Hmm?" Tanyanya, kini mendekat ke arah Chiquita. Ia memberi isyarat halus pada Rora agar sedikit bergeser, memberikan ruang di sofa.
"Coba sini, biar Kak Asa cek suhu tubuhnya. Biasanya seseorang akan demam kalau habis nangis." Ucap Asa lembut, sambil menempelkan punggung tangannya di dahi Chiquita, memastikan apakah gadis itu baik-baik saja.
Ahyeon, yang sedari tadi menyaksikan momen itu, mulai merasa tidak nyaman, terselip perasaan cemburu menyaksikan adegan yang ada dihadapan nya saat ini. 'Kenapa perhatian Asa ke Chiquita berlebihan banget si?' pikirnya dengan geram.
"Jangan lebay, deh, Kak Asa. Anak itu memang pada dasarnya cengeng, sedikit-sedikit nangis." Sindir Rora, nada suaranya terdengar kesal.
Asa menoleh tajam. "Rora, yang sopan kalau bicara!" Tegurnya tegas, tak Asa segan mencubit kecil lengan Rora sebagai peringatan.
Rora meringis pelan. "Aduh, Kak Asa, sakit dong gue dicubit." Rora langsung mengelus-ngelus lengan nya yang baru saja dicubit oleh Asa.
Sementara itu, Ahyeon hanya diam, menatap Asa dengan ekspresi tak terbaca, Chiquita tersenyum menikmati perhatian kecil yang diberikan Asa kepada nya.
Di ruangan itu, atmosfer berubah menjadi semu, antara perhatian, kecemburuan, dan ketegangan yang tak dapat terucap.
"Sukurin, makanya kalau ngomong itu di filter dulu." Ejek Chiquita sambil menjulurkan lidah. Wajahnya berseri-seri, puas melihat Rora yang meringis kesal.
"Canny, jangan meledek Rora seperti itu. Dan lo juga, Ra, jangan dibiasakan ngomong tanpa filter kaya tadi." Tegur Ahyeon, mencoba melerai keduanya.
Aurora hanya menatap malas ke arah Ahyeon, enggan menanggapi gadis itu.
"Asa, aku tinggal sebentar, ya. Mau ambil camilan untuk kalian." Ujar Ahyeon melangkah kan kakinya menuju pintu.
"Iya, jangan lama-lama yaa." Balas Asa santai.
Setelah Ahyeon keluar, Asa menarik lembut Chiquita ke dalam pelukannya.
Aurora, yang duduk di samping Asa, memutar mata dengan kesal sebelum akhirnya ia bangkit dan berjalan menuju tempat tidur Ahyeon. Tanpa berkata apa-apa, Aurora merebahkan tubuhnya di kasur, membiarkan suasana di ruangan tetap hangat dengan obrolan Asa dan juga Chiquita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lowkey.
Teen FictionAhyeon, seorang gadis yang dikenal oleh semua orang sebagai sosok yang tak pernah mengecewakan. Dengan prestasi yang gemilang, ia selalu menjadi teladan. Tak ada riwayat buruk dalam hidupnya, tak pernah ada kata 'gagal' yang singgah dalam perjalanan...