28 - Angry Baby Bear

33.3K 3K 117
                                    

haloww, guysss~

udah 3 minggu ga ketemu ya 😭 sorry banget buat yang dm nya lama di bales, bukan sombong tapi aku jarang ngecek ig 💔

Happy Reading!
—✦◌✦—
🤎🐻

Aura suram memenuhi kandang besi besar yang berdiri kokoh di belakang Mansion. Asfar, serigala putih si pemilik kandang, menolak untuk makan dan lebih memilih duduk memojok pada dinding.

Felix, yang sejak tadi sore ditugaskan untuk memberi makan Asfar mendengus malas. Asfar benar-benar teguh pada pendiriannya, bahkan tak terpengaruh pada aroma daging segar yang sejak tadi digunakan untuk memancingnya makan. Meletakkan seember daging dan penjepit di genggaman, Felix segera melepas sarung tangan kemudian bersedekap dada.

"Aku ulangi sekali lagi, Tuan Muda Lion mengatakan tidak akan ada keringanan untuk hukuman kali ini." ujar Felix, kembali menyampaikan ucapan Lion. "Kau sungguh tidak mau makan? Oke, menolak untuk makan ku anggap kau sudah kenyang!" lanjutnya sedikit kesal.

Asfar akhirnya menoleh, tatapan netra emasnya tampak berkilau memantulkan cahaya bulan sabit. Memiringkan kepala, ia membalas tatapan Felix yang kini masih berdiri tegap di depan kandangnya.

Felix adalah orang yang selalu melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Dan kini, ia merasa tidak puas hanya karena tidak bisa membujuk seekor serigala yang sedang merajuk untuk makan.

Felix mendekatkan wajah pada kandang, menatap Asfar yang masih memojok dengan intens. "Kau sungguh tidak lapar?" tanyanya lagi, yang langsung dibalas dengusan nyaring oleh Asfar.

✦◌✦

Setelah makan malam, saat ini para anggota keluarga sedang berkumpul di ruang keluarga lantai satu seperti biasa. Lou ditemani Ravel, memilih duduk diatas karpet bulu berwarna coklat gelap yang terbentang luas di depan televisi. Sedangkan Lean dan Lion yang duduk diatas sofa, sibuk dengan ponsel ditangan mereka masing-masing.

"Lou sudah kenyang, perut Lou penuh." Lou berguling diatas karpet bulu, menjauhi Ravel yang hendak menyuapkan potongan buah apel kedalam mulut kecilnya.

Bayi beruang itu kini benar-benar kekenyangan. Karena tadi pada saat makan malam, ia makan dengan begitu lahap menggunakan lauk sosis favoritnya yang dimasak oleh Lovisa.

Ravel menyuap potongan buah apel kedalam mulutnya sendiri, kemudian meraih tangan si bayi dan kembali menariknya mendekat. "Kalau kenyang bangun, jangan berguling-guling seperti telur gulung."

Mendengar kata telur gulung, Lou langsung melempar bantal bulunya pada sang kakak yang segera menghindar dengan tawa kecil. "Kakak yang telur gulung!" balasnya tak terima.

Lovisa yang sejak tadi menikmati tayangan televisi, tersenyum geli begitu mendengar seruan kesal si bungsu. Sedangkan Levan yang duduk di sampingnya, tampak tak terganggu dan tetap fokus membaca beberapa berkas ditangannya.

"Memangnya siapa yang sejak tadi berguling-guling? Nanti kalau muntah bagaimana?" Ravel meraih bantal bulu yang dilempar oleh si bayi, kemudian mengembalikannya pada sang pemilik yang kini telah mengerucutkan bibir.

Pipi tumpah Lou menggembung cemberut, namun tetap menuruti ucapan sang kakak. Merebut bantal bulu yang di sodorkan oleh Ravel, ia segera beranjak berdiri dan memilih menghampiri Lion.

Lou mendengus dengan alis menukik tajam. "Lou bukan anak kecil, tidak mungkin Lou muntah karena kekenyangan." gumamnya, masih tak terima atas ucapan sang kakak barusan.

Lion yang awalnya sedang menonton konten tentang pelajaran matematika, segera melepas earphone yang terpasang di telinga kirinya. Menjeda video, satu tangan Lion dengan sigap mengangkat tubuh mungil si bayi beruang yang saat ini berusaha ingin naik keatas pangkuannya.

LOUISE (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang