3. Exorcist

206 26 3
                                    

"Ayah mu juga memilikinya, dia memiliki warna mata yang sama dengan mu Halilintar!"

-----------------
Halilintar menggertakakan giginya kuat mendengar ucapan pamanya barusan. Sekarang Halilintar tahu dari mana dirinya mendapatkan mata terkutuk miliknya ini. Mengepalkan tangannya kuat Halilintar menghembuskan nafasnya dengan berat. Mata miliknya melirik kearah dua orang dihadapannya.

"Tolong," ucap Halilintar lirih dengan suara yang sangat kecil walau begitu kedua orang dihadapannya masih dapat mendengarnya dengan jelas. Keduanya menatap bingung kearah  Halilintar setelah mendengar ucapannya barusan.

"Tolong beri aku alasan lagi, alasan mengapa aku harus ikut dengan kalian dan pergi meninggalkan tempat ini."

Bahkan jika mereka berdua memang keluarganya tetap saja meninggalkan panti tempat dirinya dibesarkan adalah hal yang berat baginya. Selama ini dirinya dibesarkan disini, dan segala sesuatu yang ada di panti ini terlalu berarti bagi Halilintar. Dan lagi Halilintar takut jika kekuatan miliknya terbongkar

"Jika ..., jika kau ikut pulang dengan kami, kami akan mengajarkan padamu cara mengendalikan kemampuan milikmu."

Halilintar membelalakkan matanya terkejut mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut pamanya. Padahal sejak tadi Halilintar sangat yakin jika dirinya sama sekali tak menyinggung soal kekuatan. Jadi, bagaimana mereka mengetahuinya?

"Ba- bagaimana? Bagaimana kau ... mengetahuinya?" tanya Halilintar terkejut. Keduanya saling menatap sejenak sebelum kembali menatap Halilintar.

"Karna kami juga seperti mu Halilintar, kami memiliki kekuatan. Tentu saja ini sedikit berbeda dengan yang kau miliki." Halilintar mengerutkan keningnya kebingungan mendengar ucapan barusan.

"Kekuatan mu adalah memanipulasi petir sementara aku memiliki kemampuan untuk memanipulasi tanah dan bibi mu ini memiliki kemampuan memanipulasi kekuatan angin." Halilintar menganggukkan kepalanya memahami maksud ucapan keduanya sejenak tadi dia merasa takjub dengan kekuatan keduanya yang terdengar cukup hebat dibandingkan dengan kekuatannya, dan lagi kekuatan mereka berdua tidak akan melukai orang lain seperti kekuatan miliknya.

"Monster, bagaimana dengan para monster itu? Apa kalian bisa melihat mereka juga?" tanya Halilintar ragu ragu walau dia berharap mereka juga sama seperti dirinya.

"Tentu saja Hali, kami juga dapat melihatnya."

Walaupun sudah memperkirakannya tetap saja bagi Halilintar untuk mendengar ada seseorang yang persis seperti dirinya membuatnya merasa sedikit lega.

"Jadi Halilintar apa kau mau ikut dengan kami?"

"Ah, itu ..." Halilintar

"Tapi bahkan jika kau menolak kau harus tetap ikut dengan kami Hali, kau sudah berjanji akan ikut dengan kami jika kami bisa menunjukkan kepadamu buktinya."

Itu benar, dirinya sudah berjanji dan tak mungkin baginya untuk mengingkari ucapannya sendiri.

"Ingatlah Halilintar, jika kau ikut dengan kami, kami akan membantumu untuk belajar mengendalikan kekuatan milikmu." Sejujurnya Halilintar tak punya alasan untuk tidak ikut dengan mereka, bahkan ini memberikan keuntungan padanya, terutama tentang kekuatan nya.

" ... Baik, aku akan ikut dengan kalian tapi, ... Biarkan aku tinggal selama seminggu disini terlebih dahulu, ada hal hal yang harus ku selesaikan disini."

"Tentu saja."

*********

Helaan nafas keluar dari belah bibir Halilintar, mendongakan kepala ke atas, menatap kearah bulan purnama yang bersinar dilangit malam. Dengan langkah pelan Halilintar melangkah menuju sebuah bangku dipinggir jalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ExorcistsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang