𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒔

201 16 1
                                    

"Apa yang sedang kalian tunggu? kesadaran? atau kematian?"

Ruangan putih dengan bau khas obat yang semerbak itu menjadi saksi bagaimana pecahnya tangis pilu seorang ayah.

Alat EKG yang terus berbunyi menandakan nafas anaknya masih ada, Tapi sampai kapan alat itu akan berbunyi?

Bahkan kita tak pernah tau sampai kapan anak tampan dengan sejuta luka ini akan kembali membuka matanya yang sendu nan indah itu.

"Tuhan, ambil saja nyawaku, jangan nyawa anakku, dia belum sempat merasakan bahagia tuhan..." rancauan kalimat terus ia ucapkan

Sedangkan dua remaja yang sama sama kehilangan peran seorang ayah itu pun tak sanggup lagi untuk menahan tangisnya, air mata telah membanjiri diri mereka masing masing.

~ • ~

Nicho pov :

Dirinya terbangun dengan tubuh sehat tanpa rasa sakit sedikit pun, menoleh kesana kemari mencoba mengenali lokasi dirinya berada.

Namun nihil.

Tidak pernah ia temukan tempat seindah ini, taman indah dengan banyaknya bunga bunga yang menari akibat hembusan angin semilir.

Rerumputan hijau segar dengan hiasan kelopak bunga yang berjatuhan, dan juga suara merdu dari air terjun yang berada tak jauh dari sana, ini seperti mimpi namun benar benar terasa nyata. Tangannya bisa menyentuh itu semua.

"Nicho..."

Remaja itu menoleh kesana kemari mencari siapapun yang memanggilnya.

"Papa..."

"Mama..."

Mata sendunya berbinar indah, bulir bulir air mata jatuh begitu saja melihat kedua orang tuanya yang sedang berduduk mesra di kursi taman.

Ia berjalan menghampiri, senyumnya tak pernah pudar dari wajahnya "mama, papa. Kalian disini?"

"Iya, kami disini untuk kamu, nicho."

"Jangan pergi lagi...."

"Pergi kemana memangnya?"

"Kalian ga akan ninggalin nicho, kan?"

"Anakku, meninggalkan atau ditinggalkan itu adalah hal yang pasti akan kita lalui esok nanti."

"Mama, papa, boleh nicho minta peluk dari kalian?"

Tanpa menjawab, sebuah pulukan telah mendarat di tubuhnya. Pelukan hangat yang ia rindukan telah ia dapatkan.

"Tuhan? Apakah ini keajaiban?"

"Sayang, kalau kamu sudah lelah, kamu boleh beristirahat."

"Tapi kalau nicho istirahat, nicho akan kehilangan mama dan papa."

"Kita selalu ada disini" ia menggantung kalimatnya dengan tangannya yang terangkat menuju dada anaknya "di dalam sini, di hati kamu."

Suaranya hangat nan merdu, tak ada nada tinggi dalam kalimatnya, begitu halus seperti sebuah lagu penghantar tidur.

"Mama, papa..."

"Nicho pamit, ya?"

"Nicho lelah..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tongkrongan06 || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang