𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ ⚠️
#𝑺𝟒 𝑲𝒚𝒍𝒆𝒓 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔
CERITA INI DI PENUHI ADEGAN DEWASA. ⚠️
Musik adalah suatu keindahan yang membuat pendengarnya terbawa akan perasaan. Nada-nada yang di susun sedemikian rupa. Setiap musik memiliki makna. Begitu m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Denmark— Negeri yang di pilih Alessia bukan tanpa alasan. Bukan hanya memiliki kenalan. Negara ini menganut sistem monarki atau kerajaan konstitusional. Negeri yang di anggap sebagai negeri makmur dan damai. Minimnya kejahatan seperti korupsi atau mafia-mafia yang bertebaran. Tidak ada pemimpin yang menjadi kaki tangan. Bangunan di Denmark pun sangat unik. Berwarna-warni seperti pelangi. Suasananya tidak begitu jauh berbeda. Karena masih dalam negeri di eropa. Negara luar pertama yang Aloisia kunjungi.
Aloisia menunggu di dalam salah satu Cafe bersama Alessia. Ibunya sudah menghubungi kenalannya dan dia bilang akan segera datang. Sudah dua jam mereka menunggu namun orang itu tak kunjung datang.
Alessia merasa gelisah. Jari kuku-kukunya tak henti mengetuk-ngetuk meja. "Oh tuhan!"
Gemerincing bel pintu masuk berbunyi membuat Alessia menatap ke arahnya. Bokong wanita itu terangkat dari kursinya. "Alcet!"
Aloisia melihat Alessia berpelukan dengan seorang wanita yang baru saja datang. Dahinya mengernyit heran begitu wanita bernama Alcet itu duduk bersama mereka. Rasanya tidak asing. Seperti mereka sering bertemu. Dia dan seseorang yang dia kenal sangat mirip. Hanya kaca mata dan rambut pendeknya yang berbeda.
"Anne, perkenalkan, mantan polisi yang menjadi rekan kerja ayah mu, Mrs. Alcet."
Alcet melihat ke arah Aloisia yang tersenyum untuknya. "Aloisia, pasti sulit bagimu untuk melalui semua ini."
"Tidak juga. Karena aku punya ibu." Jawabnya. Dalam pertemuan pertamanya dengan wanita bernama Alcet ini. Entah kenapa Aloisia merasa sangat tidak suka terhadapnya. Rasanya sangat benci dan tidak ingin menatap wajahnya.
Tangan Alessia menyentuh bahu Alcet. "Begini, Alcet. Sebelumnya maaf karena aku menghubungi mu tiba-tiba. Tapi aku dan putri ku membutuhkan bantuan mu."
Alcet meraih tangan Alessia yang berada di bahunya. "Tentu saja, Ales. Aku pasti membantu mu. Katakan, apa yang bisa ku lakukan untukmu?"
"Apakah kau memiliki kenalan yang bisa mengubah identitas ku dan juga Aloisia? Berapapun aku akan membayarnya dan tolong carikan dokter bedah plastik yang kau percayai."
Alcet memandangi Alcet dan Aloisia itu bergantian. "Ta--"
"Tidak ada waktu. Kumohon ... Alcet. Aku akan menceritakannya setelah semuanya selesai." Alessia memohon dengan memaksa. Tidak ada waktu. Mereka harus bergegas. Tidak tahu sampai kapan Archie akan di bebaskan. Namun, setidaknya Alessia berharap jika Kyler akan menemukannya di saat tubuhnya sudah habis, tersisa tengkoraknya saja.
Alcet menatap ke arah Aloisia. Manik mata mereka bertemu. "Tapi ... Sia. Sangat mirip dengan suami mu. Apa kau sungguh menyayangkan wajahnya akan di ubah?"
Dahi Aloisia mengkerut. Penangkapan yang bagus.
Alessia menatap Aloisia tak kuasa. Demi kebaikannya. Untuk kehidupan yang damai sesuatu harus di korbankan. "Seperti apapun wajahnya. Tidak menutupi seperti apa dirinya."