"Oh, ayolah Jenna! It's been a week! Kau harus keluar dari sini," omel Olivia saat melihat Jenna sedang bermalas-malasan di sofa ruang tengah.
Jenna tidak menggubris Olivia. Ia tetap menikmati sarapan yang dibuat Ana di sofa sambil menonton serial favoritnya. Sementara ketiga temannya menatap Jenna prihatin di pantri.
"Apa dia tidak tidur lagi semalaman?" tanya Olivia setengah berbisik pada kedua temannya.
Ana angkat bahu, sementara Iris mengangguk kecil. "Sudah beberapa malam aku mendengarnya terisak di dalam kamar. Dia selalu mengunci pintu dan tidak membiarkanku masuk."
Mengerang, Olivia menghampiri Jenna dan menyeretnya bangun dari sofa. "Jenna Lim! Dengarkan aku!"
"No! Olivia stop!" omel Jenna mencoba melawan Olivia.
Kesal, Olivia mencengkram kedua bahu Jenna dan memaksanya saling menatap. "Dengarkan aku! Sudahi semua ini, oke? Kau tidak lemah seperti ini. Jenna yang kukenal tidak pernah menyerah melawan keadaan."
"Tapi kali ini aku menyerah," ujar Jenna tidak mau menatap mata Olivia.
Olivia menahan rahang Jenna agar menatap ke arahnya. "Kau tahu apa yang kau butuhkan? Bersenang-senang! Pergi keluar, berpesta, kencan! Oh, kau harus kencan! Lupakan Kane, kau bisa mendapat pria manapun dengan mudah."
Dengan satu gerakan cepat, Jenna melepaskan diri dari cengkraman Olivia. "Tidak, aku sudah muak dengan laki-laki. Lagipula semua ini bukan tentang Kane."
Sebagian besar, ya, ini tentang Kane dan kejadian seminggu lalu di charity ball. Tapi selain itu, semua ini tentang segala masalah dalam hidup Jenna yang terus menumpuk hingga meledak di waktu yang bersamaan.
"Aku mau pergi ke kampus saja. Aku harus cepat lulus agar bisa menjauh dari semua ini," ujar Jenna lagi.
"Kau mau aku temani?" Iris bersuara dengan prihatin.
Jenna menggeleng. "Tidak perlu. Aku harus bersiap untuk ujian akhir. Jadi aku akan berada di perpustakaan seharian."
Saat Jenna beranjak dan pergi ke kamar mandi, ketiga temannya saling tatap. Mereka mencoba membantu Jenna keluar dari situasi menyedihkannya.
Sudah berhari-hari Jenna mengurung diri di rumah. Ia tidak mau pergi ke manapun. Ia tidak pergi ke kantor dan juga ke kampus. Beberapa kali Kane datang ke rumah, tapi Jenna selalu menolaknya. Ana berdiskusi dengan Kane dan meminta agar Jenna dibiarkan sendiri dulu.
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Iris. "Haruskah kita mengikutinya?"
Diam-diam, Olivia mengambil ponsel Jenna. Olivia tahu Jenna masih menyimpan aplikasi kencan yang dulu pernah digunakannya karena kalah taruhan. Olivia membuka aplikasi itu dan memilihkan kencan untuk Jenna.
"Kurasa itu bukan ide bagus, Olivia." Ana bersuara. "Jenna masih perlu waktu untuk pulih dari insiden kemarin."
Menghiraukan Ana, Olivia menggeser jarinya ke bagian kiri dan kanan layar. "Jenna butuh pengalihan. Dan pria di dating apps adalah pengalihan yang cocok."
Suara nyaring tanda aplikasi kencan menemukan pasangan berdering. Olivia bersorak kecil. "She got a match!"
Saat Olivia memperlihatkan pria yang jadi teman kencan Jenna, Iris berseru. "Whoa, that guy is cute."
"Kau yakin Jenna akan setuju?" tanya Ana ragu.
Belum sempat ketiganya mendiskusikan reaksi Jenna, gadis itu sudah muncul kembali dari kamarnya dengan pakaian lengkap. Sontak Olivia menghampiri Jenna dengan riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loathe You | BOOK 1 | TERBIT ✔️
Romance[LIMA CHAPTER TERAKHIR DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN] Hampir lulus kuliah, Jenna Lim hanya ingin segera punya pekerjaan agar tetap bisa menetap di New York. Dia kemudian mendapat pekerjaan sebagai anak magang di kantor milik Kane Hayes atas rekome...