Two

10 1 0
                                    

Pada pagi harinya, Bright dikejutkan dengan suara berisik dari dapur. Dengan langkah gontai, ia berjalan mengikuti sumber suara.

Kekasihnya sibuk menggoreng telur dadar yang nampaknya tidak ada yang berhasil. Ada sekitar lima telur dadar gosong yang tergeletak menyedihkan di atas satu piring.

"Mencoba membuat sarapan?" Bright menyeringai, terhibur melihat Metawin yang kesulitan membalikkan telur.

"Ternyata memasak benar-benar sulit." Metawin mengeluh kesulitan saat membalik telur yang lagi-lagi berwarna kehitaman.

Bright memukul pelan kepalanya, gemas.

"Tentu saja gosong. Apinya sebesar ini."

Seperti yang selalu terjadi, Bright mengambil alih posisi Metawin yang berada di depan kompor. Mengambil dua telur dan memecahkannya di atas teflon, lalu mengaduknya hingga setengah matang.

Masakan Bright selalu enak dan Metawin kebalikannya. Entah apa yang membuat lelaki itu sama-sekali tidak pandai dan tidak bisa memasak.

Dalam waktu sekejap, dua porsi sarapan sudah siap di atas meja.

Keduanya duduk dengan tenang dan menghabiskan milik masing-masing.

Ekor mata Bright melirik Metawin yang sedikit mengomel saat saus yang ia tuangkan justru malah mengotori meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekor mata Bright melirik Metawin yang sedikit mengomel saat saus yang ia tuangkan justru malah mengotori meja.

Mana mungkin kekasihnya yang baik ini berani berselingkuh? Sudah selama bertahun-tahun mereka berhubungan dan harusnya Bright lebih mempercayainya.

Mungkin lipstik itu bukan apa-apa.

Pukul delapan mereka harus bergegas mengejar pekerjaan masing-masing.

Metawin menyelipkan satu kecupan ringan lantas meraih jas hitam yang tergantung.

Hubungan mereka yang manis terasa seperti selamanya.

Dalam hubungan mereka, tidak ada istilah dominan-submissive. Keduanya tau mereka sama-sama lelaki yang sehat dan rutin melakukan aktifitas seksual setidaknya sebulan sekali. Tidak ada yang pernah memperebutkan posisi. Semua berjalan begitu alami. Seringkali Bright berada di posisi atas, berkali-kali juga ia di bawah.

Metawin sama menggairahkannya, baik di atas ataupun di bawah. Ia tampan dan memiliki badan yang bagus. Kulitnya pun lebih lembut dari kebanyakan lelaki.

Ya Tuhan...

Bright merasa beruntung memilikinya.

***

Bright membuka pintu kaca kafe dan menemukan kakak perempuan Metawin duduk di bagian sudut dengan tangan terangkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bright membuka pintu kaca kafe dan menemukan kakak perempuan Metawin duduk di bagian sudut dengan tangan terangkat. Wajahnya nampak sumringah. Cantik seperti biasa.

Bright bergegas melangkah masuk dan menghampiri Kak Mera. Satu pelukan hangat langsung menderanya begitu sampai.

"Sibuk banget sampai gak sempat main?" Kak Mera merenggut dengan wajah yang 11-12 seperti adiknya.

Bright tertawa mendengarnya lantas mengangguk.

Percakapan berjalan lancar. Bright menceritakan kesibukannya di kantor begitu juga dengan Kak Mera. Matanya yang jernih begitu jenaka saat bercerita, mengingatkan Bright pada kekasihnya yang mungkin sibuk bergelut dengan klien di bangunan yang berbeda.

Diam-diam Bright mengulum senyum.

"Sampai mana hubungan kalian? Sudah ada niatan ke jenjang yang lebih serius?"

"Eh-uh."

Bright mendadak gugup. Tolol total.

Kak Mera tertawa renyah lantas menepuk punggungnya.

"Main ke rumah kalau sempat. Papa dan Mama kangen melihat calon menantu kesayangannya."

Wajah Bright semakin memerah.

Setelah beberapa saat sibuk menggoda, Kak Mera mulai menghela napas panjang.

"Anak itu susah sekali disuruh pulang. Bahkan untuk bertemu kakaknya saja tidak ada waktu. Benar-benar, deh."

Tiba-tiba Bright teringat sesuatu.

la membuka tas lantas mengeluarkan lipstik yang semalam ia temukan.

"Lipstik ini milik kakak?"

Dahi Kak Mera mengerut. Ia membuka tutup lipstik dan menperhatikan warnanya.

"Tidak. Warnanya merah sekali. Terlalu mencolok."

Rasa gundah yang sebelumnya sempat menghilang kini kembali lagi.

"Kenapa berpikir ini milikku?"

Bright menyunggingkan senyum palsu namun matanya berkilat, "Jatuh dari tas Metawin. Aku pikir punya Kak Mera."

Kak Mera menggangguk-ngangguk saja.

"Ini liptick mahal limited edition. Mungkin milik rekan kerjanya."

Rahang Bright mengeras.

Kenapa lipstik itu bisa masuk ke dalam tas kekasihnya?

Red Lipstick (BrightWin AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang