Chapter 2: Permohonan

19 5 0
                                    

TENG─! TENG!

"Please, jangan bilang hal ini pada siapapun! Aku juga bermaksud simpan hal ini dalam hati selamanya!"

Bisa dilihat Taufan yang menundukkan kepalanya dengan tangan disatukan tanda memohon pada anak cowok di depannya.

Oh, ini jam istirahat sekolah. Taufan menyeret Blaze ke atap sekolah setelah ketahuan nama di penghapus miliknya oleh titisan ifrit itu.

Balik to the story.

Blaze bersandar di pagar pembatas, menyingkap rambutnya. "Eh, gimana ya... kalau sampai mohon-mohon gitu, gue 'kan jadi tambah asyik ngebocorin ini."

"Perasaan kek gitu bagusnya lu sampaikan aja. Manusia akan bertambah dewasa pas menyampaikan hal seperti ini dengan santai. Teman chat gue juga bilang gitu."

Taufan cuma bisa membungkuk di depan Blaze yang terus ceramah kayak orang bener.

"Yah~ tapi, susah juga ngungkapin hal kek gitu ke tetangga sebelah lu! Nggak mungkin banget, pasti dia dah anggap lu kek saudara sendiri!"

Dengan wajah ngajak ribut, Blaze berkata. "Gimana kalau gue aja yang ngomong ke doi lu? Gue 'kan akrab banget sama si Gledek Merah itu."

Mendengar itu, Taufan tersentak dan langsung menarik lengan seragam Blaze.

"Jangan! Please jangan seenaknya beberin perasaanku padanya!"

"Please jangan... aku tahu dia lagi menghindariku... makanya, please... jangan diumbar...!" suara Taufan bergetar dengan wajah memerah ingin menangis.

Blaze terus diam, sedikit tersipu juga canggung.

Taufan menatap Blaze dengan wajah sangat memohon. "Akan kulakukan semua keinginanmu, jadi please jangan bilang..."

Suasana hening untuk beberapa waktu sebelum cengiran terpampang lebar di wajah Blaze.

"Cius, nih? Semauku?"

Waduh, Taufan salah ngomong nih.

Mari saksikan lanjutannya~

«Hari esok, di jam istirahat»

"Woi, tornado! Kalau mau pergi ke kantin sekalian beliin gue jus, ya!"

Ukh!

"Oh! Sekalian roti ayam makcik kantin juga, deh! Beliin, ya~?"

Taufan menyaut dengan sedikit ogah-ogahan. Thorn disampingnya menatap bingung ke kedua mahkluk tersebut.

«Di jam pelajaran»

"Tadi nggak keburu nyatet, nih! Salinin, dong!"

Ukh!

«Waktu pulang kelas»

"Oi, piket gue hari ini lu yang gantiin, dong!"

Ukh!💢

Wah, udah di ambang rasa kesal, nih anak.

"A-Anu, kayaknya kamu sudah keterlaluan, deh. Biasanya 'kan cuma sekali permohonan aja yang dikabulin...!💢'' ucap Taufan mencoba mengendalikan emosinya.

Blaze malah garuk-garuk kepala, pura-pura tuli sambil menghampiri murid sekelas.

"Kalian tahu nggak... soal Hali..."

Taufan hampir menjerit saat Blaze mulai melancarkan aksinya.

"Kalian tahu nggak kartun 'Tendangan Halilintar'? Tokoh utamanya Aksa sama Widhi, 'kan?"

"B-Blaze..."

"Hali... pedang yang seperti itu juga ada, 'kan...?"

"Akh! Iya, iya aku ngerti! Akan kulakukan!" dengan paniknya Taufan mengikuti perintah Blaze mengerjakan piketnya.

Taufan's Breeze Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang