CHAPTER 4 [PEMENANG]

84 12 0
                                    

Setelah Shani dan Gracio selesai dari ruangan bu Melody. Mereka berjalan melewati halaman belakang sekolah, Gracio yang menarik Shani dengan lembut ya guys yaa.. Bidadari ga boleh dikasarin. Mereka sekarang sudah ada di parkiran, dan tidak ada tanda-tanda Frans berada disana.

"Nah kan, si Frans ga ada. Ga tulus banget, untung kamu sama aku Shan."

"Kalau gak ada kamu, aku bisa sama supir aku"

Gracio hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia beralih pergi ke motornya, yang selalu ia bawa setiap pergi ke sekolah. Meninggalkan Shani yang masih berjalan santai.

"Shani cepetan.." Gracio sedikit berteriak memanggil Shani.

"Santai aja cio, buru-buru amat. Emang mau nyari siapa?" Shani akhirnya sudah berada didekat Gracio dan motor Gracio.

Gracio mengeluarkan wajah tengilnya. "Mau nyari adik kamu, ada dirumahkan?"

"Ngapain?" Shani mengeluarkan nada ketusnya.

"Santai dong mbak" Gracio sudah ketar-ketir.

"Aku tanya mau ngapain?"

"Bercanda shan.., aku cuma mau nganter kamu kerumah  dengan selamat"

"Ga lucu bercanda kamu"

Gracio sudah naik ke atas motornya terlebih dahulu. "Yaudah maaf ya, sekarang naik yuk"

Shani menaiki motor Gracio, setelah itu  Gracio menyodorkannya helm. Shani hanya melihat helm tersebut tanpa berniatan ingin memakainya.

Gracio melihat kebelakang, keningnya mengerut saat melihat Shani yang tidak mengambil helm yang berada di tangannya.
"Shani? mau pakai ga?"

"Emm.. aku ga bisa pakai helm sendiri cio" Shani meyesali perkataannya, ia malu, ia pasti akan diejek oleh Gracio.

"Oh, bilang dong Shan.." Gracio turun dari motornya, lalu memakaikan Shani helm. Setelah selesai Gracio mempuk-puk pelan helm yang terpasang di kepala Shani, gemas pikir Gracio. Shani terpaku atas perilaku Gracio dengannya. Gracio mulai menaiki motornya.

"Udah siap? pegangan ya"

"Siap" kedua tangan Shani memegang pundak Gracio.

"Lho Shani.., kenapa disitu?"

"Disitu apanya cio?"

"Itu.. kok dipundak aku?" Gracio menuntun kedua tangan Shani untuk melingkar di pinggangnya.

"Nah.. gini kan enak, let's go" Gracio menyalakan mesin motornya, lalu pergi meninggalkan area sekolah. Diperjalanan mereka hanya mengobrol ringan, diselingi dengan candaan. Hingga mereka tidak sadari, bahwa mereka sudah berada di depan rumah mewah keluarga Cassandra. Shani turun dari motor Gracio, lalu tersenyum kearah Gracio.

"Makasih ya cio udah nganter aku, mau mampir dulu ga?" Shani menawarkan Gracio untuk masuk kerumahnya.

"Sama-sama, emang boleh?"

"Ya boleh dong"

"Hehe.. makasih ya Shan, tapi mungkin lain kali aja. Mama aku pasti lagi nyariin aku."

"Yaudah, kalau gitu aku masuk dulu ya cio. Bye.." Shani pergi meninggalkan Gracio. Gracio menyalakan mesin motornya lagi, lalu pergi meninggalkan rumah keluarga Cassandra.

"Shani pulang"

"Eh nak, habis darimana aja sih?" tanya Yona, ibu dari Shani.

"Shani tadi ada kegiatan osis mah, Shani keatas dulu ya mamah" Shani mengecup pipi kanan Yona, lalu pergi kelantai atas tempat kamarnya berada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang