𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 #𝟎𝟑

340 59 36
                                    

— 𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟎𝟑 —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— 𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟎𝟑 —








Hari ketiga dilalui tanpa kesadaran Dorothy. Gadis itu masih tak sadarkan diri di atas ranjang, tampak begitu lelap dalam tidurnya yang menakutkan. Jericho tak kembali ke kediaman Duke karena kekhawatiran berlebih, ia bertekat menjaga Dorothy. Sekali pun lelah menerpa tubuh diiringi kepala yang berdenyut nyeri. Mengacuhkan siapapun yang membujuknya, fokusnya kini berpusat pada sosok sang sahabat kecil, Dorothy Lilliandre. Dan hanya terbagi dengan pekerjaannya sebagai kepala keluarga.

Jericho menatap jengah tumpukan kertas beraneka ragam di hadapannya. Begitu banyak yang harus diperiksa, mulai dari laporan keuangan, anggaran, proposal acara hingga pajak dan upeti. Semua diurus oleh Jericho, membenarkan kejanggalan dan menambahkan hal-hal yang kurang. Total mengabaikan Julio yang membujuknya untuk menyisihkan waktu istirahat dengan layak. Beruntung beberapa urusan rumah keluarga Rovein ditangani oleh Eriness, sebab Jericho belum memiliki istri, semua terasa sedikit lebih mudah.

"Sepertinya anda butuh istirahat, Tuan Duke." Julio menginterupsi hati-hati. Takut memancing amarah dari tuannya. Siapapun di kekaisaran Amarylis tahu bahwa disamping usia yang terlampau muda. Gelar dan posisi yang dimiliki Jericho saat ini adalah hasil dari perebutan sengit. Dimana Jericho Rovein tak segan menghabisi siapapun yang menjadi lawannya sebagai kandidat calon Duke. Dan meski keberadaan Julio diakui, bukan berarti Jericho akan ragu untuk memenggal kepalanya detik itu juga jika merasa terusik.

Pria yang mengenakan setelan khas ungu-hitam—lambang keluarga Rovein—itu memutuskan untuk keluar dari ruang rawat, usai memerintahkan Julio untuk menjaga Dorothy, memastikan gadis itu aman. Jericho melangkah lebar, menyusuri koridor yang lumayan ramai membawanya menuju halaman belakang rumah sakit yang sepi. Ia butuh melampiaskan kesuntukannya sekarang.

Gulungan kertas berisi tembakau kering terselip di antara jemarinya yang mendingin. Angin menerpa helaian rambut legamnya lembut, membawa suhu dingin menusuk kulit. Jericho menghisap rokoknya lamat, memejamkan mata merasa asap rokok dan hawa dingin seolah menusuk paru. Kemudian menghembuskan kepulan asap yang menguap, hilang begitu saja. Menatap langit senja yang kelabu dengan pandangan kosong.

"Kau butuh istirahat, Jericho." Lembut suara Eriness mengalun. Menginterupsi satu-satunya sosok yang tengah memenuhi relung paru dengan nikotin. Wanita itu mendekat seraya merapatkan mantel ditubuhnya, menghalau udara dingin. "Kau kelelahan." Sambungnya.

"Aku harus menjaga Dorothy, bu." Sahut Jericho.

Pemuda itu mengambil lagi satu batang rokok. Memantiknya, sekalipun lelah tergambar jelas dari kedua matanya yang memerah. Sangat kurang istirahat, namun kekeras kepalaannya jauh lebih mendominasi dibanding penat itu sendiri.

"Banyak yang menjaga Dorothy di sini. Kau tak perlu khawatir."

"Count bisa saja membawanya lagi!" Ledakan emosi itu menyentak. Manik obsidiannya seolah mengobarkan api. Rahangnya mengeras bersamaan dengan tangannya yang terkepal kencang tatkala ingatan akan keadaan Dorothy ketika ia temukan menyeruak tanpa kendali. "Bajingan itu bisa saja memanfaatkan belas kasih Dorothy lagi." Geramnya.

Twilight Poem | Jeongbby [ GS ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang