𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 #𝟎𝟒

1K 63 105
                                    

— 𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟎𝟒 —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— 𝐓𝐰𝐢𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐨𝐞𝐦 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟎𝟒 —











Ada banyak harapan yang diusahakan. Berat memang, tapi Dorothy berharap dirinya kuat. Maka dari itu ketika ia tahu apa yang telah terjadi selama ia tak sadarkan diri, Dorothy hanya bisa terpaku di tempatnya, menunduk. Eriness yang duduk di kursi samping brankar menghela napas berat, menggenggam tangan Dorothy. Mengelus punggung tangan gadis itu hati-hati, berharap bisa memberikan rasa tenang.

"Mungkin ini terlalu mendadak," Eriness akhirnya bersuara. Menatap lekat manik Dorothy yang tampak sendu. "Tapi tak ada lagi yang bisa kulakukan untuk menyelamatkanmu." Ujarnya.

Sore itu kepingan salju kembali turun menyelimuti Reveryne dalam beludru putih yang manis. Hawa dingin menguar, membuat kaca jendela berembun memberikan pemandangan kelabu yang kabur. Terlalu abu-abu, persis seperti jalan alam semesta.

Dorothy menarik kedua sudut bibirnya. Merekahkan senyuman anggun, serasi dengan kepribadiannya yang lemah lembut namun memiliki wibawa tersendiri. Bukti nyata bahwa gadis itu memang dilahirkan sebagai bangsawan, sekali pun tak kaya dalam materi. Sebelah tangannya terulur lembut, mengusap punggung tangan Eriness yang menggengam tangan kirinya.

"Saya sangat berhutang pada Madam." Lagi, senyuman sehangat musim semi itu terbit. "Ini sudah lebih dari cukup."

Statusnya... Dorothy lebih dari sekedar mengerti bahwa statusnya saat ini sangat lemah. Sekali pun keluarganya adalah keluarga bangsawan yang memiliki sejarah panjang; akar kuat dari berdirinya kekaisaran Amarylis, itu semua tak mengubah fakta bahwa kini status sosialnya begitu rawan. Jika gelar kebangsawanan keluarganya dicabut sebelum ia menikah dengan bangsawan lain, dia akan menjadi proletar.

Sebenarnya, menikah dengan bangsawan seperti Baron Nine pun bisa dibilang keberuntungan sekaligus kesialan. Keberuntungannya adalah ia jadi bisa mempertahankan statusnya sebagai bangsawan, hidup dengan layak secara materi. Dan kesialannya adalah fakta bahwa orang yang dinikahinya bukanlah pria baik. Tetapi, apa yang bisa Dorothy harapkan dari keadaan seperti sekarang? Dari pada banyak menuntut, bukankah seharusnya ia merasa... bersyukur?

Maka dari itu, rasanya bagai sebuah keajaiban ketika Eriness menyampaikan tentang Count Romanov yang bersedia menikahi orang sepertinya.

"Sementara kau akan tinggal di Mansion Duke." Ujar Eriness.

"Terimakasih banyak, Madam."

"Dan kau dilarang bertemu dengan Count Lilliandre, sampai hari pernikahan."

"Saya mengerti..."

"Kau menyukai putraku, Jericho, benar?" Pertanyaan yang terlampau terus terang. Dorothy tercekat mendengarnya keluar dari bilah bibir si Duchess terdahulu.

Twilight Poem | Jeongbby [ GS ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang